Kerupuk Kulit, Makanan Kalangan Atas Sejak Masa Penjajahan

Kerupuk ini menjadi makanan pendamping bagi kalangan atas seperti priyayi.
Ilustrasi kerupuk kulit. (Foto: Tagar/Ist)

TAGAR.id, Jakarta - Kerupuk adalah makanan ringan dengan tekstur yang renyah saat digigit dan cocok untuk dijadikan pendamping saat makan atau cemilan. Sama seperti sambal, kerupuk merupakan makanan pendamping yang konsumennya tinggi di Indonesia.

Kerupuk memiliki beragam jenis bentuk, warna, dan bahan pembuatannya yang berbeda. Salah satu jenis kerupuk yang eksistensinya sudah ada sejak masa penjajahan Hindia Belanda adalah kerupuk kulit. Kerupuk ini menjadi makanan pendamping bagi kalangan atas seperti priyayi.

Warnanya yang kekuningan dan gendut, namun saat digigit terdengar suara ‘kriuk’ karena di dalamnya kopong menjadi pasangan yang cocok disantap bersama nasi.

Bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan kerupuk kulit adalah kulit sapi atau kerbau segar. Di Kendal, Jawa Tengah, terdapat rumah produksi kerupuk kulit dengan kualitas bagus. Di sana, mereka menggunakan kulit sapi segar dan terjamin keasliannya karena mereka mempunyai rumah pemotongan hewan sendiri.

Kulit sapi yang mereka gunakan adalah sapi jantan yang bobotnya tidak kurang dari 30 kg karena kalau kulitnya terlalu tipis tidak bisa dijadikan kerupuk.

Proses pembuatannya dimulai dari pembersihan lemak yang masih menempel pada kulit. Kemudian, kulit yang telah bersih dari bulu direbus sebanyak 2 kali. Pada rebusan kedua, kulit sapi akan diikat agar tidak melengkung.

Setelah diangkat dari perebusan, kulit akan dipotong kecil-kecil. Kulit sapi akan dipotong persegi, sedangkan yang menggunakan kulit kerbau dipotong memanjang. Kulit dijemur di bawah matahari selama 3-4 hari sampai benar-benar kering. Dari proses pengeringan ini bobot kulit hanya tersisa 30%.

Kerupuk mentah ini dapat bertahan lebih dari satu tahun. Namun, kerupuk yang dipasarkan adalah kerupuk siap saji yang telah digoreng sebanyak 2 kali. Penggorengan pertama dipanaskan pada wajan hingga kerupuk mengambang. Kedua, digoreng di wajan berbeda sampai benar-benar matang dan warnanya berubah.

Bagi pencinta kerupuk kulit, perlu berhati-hati saat membeli jangan sampai mengkonsumsi kerupuk kulit palsu yang diolah dari kulit sapi yang telah terkontaminasi bahan kimia seperti tawas. Penggunaan bahan kimia ini karena mereka menggunakan kulit sapi tidak segar yang pada saat digoreng sulit mengembang, maka dari itu mereka menggunakan tawas.

Ciri-ciri dari kerupuk kulit yang memakai bahan kimia adalah warnanya yang terlalu putih, pori-pori pada permukaan kerupuk terlalu sedikit atau halus, tenggorokan terasa gatal dan nyeri saat mengkonsumsinya, dan terasa lebih empuk saat dimakan.

Kerupuk Rambak yang merupakan nama lain dari kerupuk kulit memiliki beberapa manfaat apabila tidak dikonsumsi secara berlebihan seperti dapat menjadi cadangan energi yang berasal dari kandungan protein hewani, dan sebagai penawar rasa pedas.


(Sekar Aqillah Indraswari)


Baca Juga :







Berita terkait
Rp 11.000 Triliun Bisa Bawa RI ke Mars Naik Kerupuk
Pemerintah percaya aset WNI di luar negeri tembus Rp 11.000 triliun. Untuk mendapatkan tafsir nilai, komparasi antariksa jadi solusi sederhana
Kerupuk Asal Lebak Laku Keras saat Pandemi Covid-19
Perajin kerupuk di Kabupaten Lebak, Banten mengaku laku keras di tengah pandemi Covid-19, permintaan pasar terus meningkat.
Makan Kerupuk, Cara Pendidik di Bantaeng Usir Jenuh
Puluhan kepala sekolah di Kabupaten Bantaeng mengikuti beragam lomba, termasuk lomba makan kerupuk, untuk mengusir jenuh selama pandemi.
0
Penanganan Komedo Timbul di Wajah, Awas Picu Jerawat
Komedo yang timbul di wajah membuat wanita bahkan laki-laki merasa risih. Jika penanganannya sembarangan, bisa tumbuh jerawat,