Kenapa Setiap Orang Wajib Menonton Film 'Horas Amang'

Film ini wajib ditonton semua keluarga Indonesia, sebab pesan yang disampaikan diangkat dari fakta yang terjadi saat ini.
Konferensi pers film "Horas Amang" di Cinemaxx, Sun Plaza, Medan, Kamis, 26 September 2019. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Film 'Horas Amang-Tiga Bulan untuk Selamanya' tak hanya untuk orang Batak meskipun karakter dan cerita yang diangkat berlatar belakang kehidupan orang Batak.

Film ini wajib ditonton semua keluarga Indonesia, sebab pesan yang disampaikan diangkat dari fakta yang terjadi saat ini.

"Saya percaya cerita dalam film ini terjadi dalam keluarga, tak hanya Batak, tapi juga keluarga yang bukan juga Batak. Bedanya, di film ini kita juga memperkenalkan Danau Toba, selain pesan cerita. Apalagi pemainnya juga banyak orang Batak," kata salah satu sutradara 'Horas Amang', Steve Wantania saat konferensi pers, sebelum pemutaran film di Cinemaxx, Sun Plaza, Medan 26 September 2019 sore.

Menurut Steve, ide pembuatan film ini sebenarnya muncul setelah pementasan teater Legium berjudl 'Horas Amang' di Taman Ismail Marzuki, Jakarta tahun 2016. Kemudian, muncul pemikiran, kenapa tidak diangkat ke film saja. Gayung bersambut, ada produser yang mau mendukung pembuatan film ini, yaitu Dr Asye Berti Saulina Siregar dan Dr Jufriaman Saragih.

Agar film memiliki unsur kedekatan dengan Batak, selain mengambil latar belakang Danau Toba dan Tanah Batak, sutradara juga merekrut bintang film yang sudah tidak asing namanya. Di antaranya Cok Simbara dan Tanta Ginting, didukung dengan sejumlah pemain muda seperti Dendi Tambunan, Vanessa Marpaung dan Keysarah Flajsova.

Menariknya, artis yang dikenal sebagai penyanyi, Jack Marpaung dan putrinya Novita Dewi Marpaung, ikut membuat film ini semakin kuat dengan karakter kebatakannya.

"Kenapa saya mau main di film ini, ya bukan karena lebih besar honornya dari menyanyi, tapi karena saya lihat ceritanya bagus. Apalagi kan saya ini pendeta, sibuk kali sebenarnya saya, tapi ketika diajak main film ini, saya terima, karena ingin menjadikan film ini juga menjadi berkat buat orang Batak," kata Jack Marpaung, penyanyi Batak, pentolan Trio Lasidos itu.

'Horas Amang', film berdurasi hampir dua jam ini, menceritakan seorang bapak yang merindukan kehadiran anak-anaknya di saat ajal akan menjemputnya. Ia sengaja menyembunyikan sakit yang dideritanya agar tidak menjadi beban bagi anak-anaknya.

Sudah kucoba kutahan, tapi tak sanggup aku, nangis juga aku nonton film ini tadi bah

Namun, justru saat itu, ke tiga anaknya tidak memahami apa yang dirasakan sang bapak. Mereka justru sibuk dengan mimpinya masing-masing. Salah satu momen yang membuat penonton tak kuat menahan air mata ialah saat ulang tahun sang bapak.

Hari itu, ia sengaja memasak untuk putrinya, namun si putri begitu sibuk. Ia telepon anak sulungnya, seorang dokter, juga begitu sibuk. Anak bungsunya, malah tak peduli.

Sempat lupa, ke tiga anaknya ini merasa bersalah dan mengajak makan di sebuah restoran. Namun, ke tiga anak tak kunjung datang, hingga akhirnya sang bapak pulang setelah menunggu.

Di samping kisah asmara Arta dan Pardamean yang kocak, pesan utamanya ialah sayangilah orangtua saat mereka masih hidup, bukan ketika sudah meninggal dengan membangun kuburan mewah. Cinta dibutuhkan saat hidup, bukan setelah mati.

Pesan ini sebenarnya sudah berulangkali disampaikan dalam lagu-lagu Batak, dan sering dinyanyikan di setiap acara kematian. Seperti dalam lagu 'Uju di Ngolungkon Ma Nian'.

"So marlapatan marende

Margondang marembas hamu molo dung mate au

So marlapatan nauli na denggan patupaonmu

Molo dung mate au…"

Seorang penonton, Monang Sitohang, mengaku tak sanggup menahan air mata saat menonton film ini.

"Sudah kucoba kutahan, tapi tak sanggup aku, nangis juga aku nonton film ini tadi bah," katanya.

Tak sedikit yang memuji peran Cok Simbara, aktor watak yang memang tak perlu diragukan lagi.

Adegan-adegan saat ia menghadiri pernikahan anaknya yang dilangsungkan tanpa adat Batak dan kehadiran keluarga. Adegan ketika anak-anaknya tak bersopan lagi kepada namboru-nya (adik perempuan ayah) saat muncul niat mereka menjual rumah dengan harga menggiurkan. Juga adegan ketika ia mengumpulkan anak-anaknya sebelum ia menghembuskan nafas terakhir dengan damai.

Semua adegan itu memberi acungan jempol kepada Cok Simbara, tentu saja tak luput pujian kepada aktris muda Vanessa Marpaung yang mampu membuat penonton tertawa lepas. Karakter Dendi Tambunan yang agak slengean dan cuek.

Pada saat acara pemutaran film perdana di Medan kemarin, film besutan Prama Gatra Film ini, telah berhasil menyedot perhatian di tengah kehausan para keluarga terhadap film bertema keluarga yang dibalut dengan budaya kedaerahan. []

Berita terkait
Budaya Batak Bukan "Dijual" untuk Pariwisata
Pembangunan di Tanah Batak, khususnya kawasan Danau Toba, seringkali tak menyentuh kondisi sosial dan budaya.
Empat Hantu Paling Menakutkan di Tanah Batak
Di Tanah Batak, Sumatera Utara juga memiliki banyak kisah mistis. Ini 4 hantu paling ditakuti di Tanah Batak.
Industri Wisata Danau Toba: Copy Paste
Industri pariwisata Danau Toba cenderung lamban dan sulit maju karena kebanyakan copy paste produk lokal.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.