Kenapa Orang Indonesia Harus Kenal Ki Hajar Dewantara

Ada nama besar Ki Hajar Dewantara di balik peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei. Ini profil Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia. (Foto: Istimewa)

Jakarta - Ada nama besar Ki Hadjar Dewantara selanjutnya disebut Ki Hajar Dewantara di balik peringatan Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei. Ketokohannya membuat tanggal lahirnya ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ia adalah Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan dalam kabinet pertama Republik Indonesia. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pada momentum peringatan Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei 2020, menuliskan kalimat inspiratif Ki Hajar Dewantara di laman Facebook:

“Apa pun yang dikerjakan oleh seseorang itu seharusnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, juga bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya” ~ Ki Hajar Dewantara.

Sri Mulyani mengatakan di tengah sistem pendidikan kolonial yang sarat akan perintah dan hukuman, sang tokoh Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara menginisiasi pendirian Taman Siswa di Yogyakarta dengan visi yang sangat jelas, yaitu untuk membentuk karakter bangsa. Gerakan ini pun berkembang luas di seluruh Nusantara dan menjadi katalis bagi kemerdekaan berpikir dan berpendidikan yang berlandaskan budaya bangsa.

"Hari ini, kebutuhan akan pendidikan karakter bangsa menjadi lebih penting dan fundamental karena musuh bangsa hari ini tak terlihat oleh kasat mata dan tak muncul dari arah seberang. Musuh bisa datang dari diri sendiri, meracuni pikiran dan memprovokasi nurani, bahkan memecah persatuan bangsa," ujar Sri Mulyani.

Di tengah pandemi, lanjutnya, perjuangan atas pendidikan karakter bangsa merupakan hal yang tidak boleh mundur dan melambat.

"Terima kasih kepada para pejuang Pendidikan di mana pun berada yang tetap giat memperjuangkan Pendidikan di masa sulit ini," Sri Mulyani pada penutup catatan.

Kalimat Inspiratif Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar DewantaraKi Hajar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia. (Foto: Istimewa)

Berikut ini kedalaman dan keluasan pemikiran Ki Hajar Dewantara, tercermin dalam kalimat inspiratifnya dicatat sejarah.

#1

“Kalau suatu ketika ada orang meminta pendapatmu, apakah Ki Hajar itu seorang nasionalis, radikalis, sosialis, demokrat, humanis, ataukah tradisionalis, katakanlah bahwa aku hanyalah orang Indonesia biasa saja yang bekerja untuk bangsa Indonesia dengan cara Indonesia." - Ki Hajar Dewantara

#2

“Pengajaran yang diberikan oleh Pemerintah Kolonial hanya untuk dapat menjadi 'buruh' karena memiliki 'ijazah', tidak untuk isi pendidikannya dan mencari pengetahuan guna kemajuan jiwa-raga. Pengajaran yang berjiwa kolonial itu akan membawa kita selalu tergantung pada bangsa Barat. Keadaan itu tidak akan lenyap hanya dilawan dengan pergerakan politik. Perlu diutamakan penyebaran hidup merdeka di kalangan rakyat kita dengan jalan pengajaran yang disertai pendidikan nasional." - Ki Hajar Dewantara

#3

“Melalui ngerti, ngrasa, lan ngelakoni (menyadari, menginsyafi, dan melakukan), budi pekerti yang dibentuk untuk merdeka dan mandiri akan hadir adab." - Ki Hajar Dewantara

#4

“Setiap orang menjadi guru, setiap rumah menjadi sekolah." - Ki Hajar Dewantara

#5

"Anak-anak hidup dan tumbuh sesuai kodratnya sendiri. Pendidik hanya dapat merawat dan menuntun tumbuhnya kodrat Itu. Meskipun mengenyam pendidikan di tempat yang sama dan didik oleh guru yang sama, tentunya setiap murid punya jalannya sendiri-sendiri." - Ki Hajar Dewantara

#6

"Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan)." - Ki Hajar Dewantara

#7

"Pengaruh pengajaran itu umumnya memerdekakan manusia atas hidupnya lahir, sedangkan merdekanya hidup batin itu terdapat dari pendidikan. Bedanya pengajaran dan pendidikan: pengajaran untuk memerdekakan lahir (yang kelihatan), sementara pendidikan memerdekakan batin (hati dan jiwa)." - Ki Hajar Dewantara

Profil Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar DewantaraKi Hajar Dewantara dan istri. (Foto: Istimewa)

Nama asli Ki Hajar Dewantara pada awalnya adalah Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, selanjutnya Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan dengan bunyi bahasa Jawa: Ki Hajar Dewantoro. 

Ki Hajar Dewantara lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889, meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun.

Ia seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politikus, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda

Ki Hajar mendirikan Perguruan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Falsafah hidupnya: Tut Wuri Handayani menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia. Namanya juga diabadikan sebagai nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Gambar dirinya diabadikan dalam uang kertas pecahan 20.000 rupiah tahun edisi 1998.

Ia dikukuhkan sebagai pahlawan nasional ke-2 oleh Presiden Soekarno pada 28 November 1959 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959.

Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya.

Ki Hajar DewantaraFoto bersama patung Ki Hajar Dewantara di pelataran kantor Dinas Pendidikan Jalan Gentengkali 33 Surabaya, Jawa Timur. (Foto: Jawa Pos)

Masa Kecil Hingga Remaja Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga Kadipaten Pakualaman, putra dari Gusti Pangeran Harya (GPH) Soerjaningrat, dan cucu dari Pakualam III. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tetapi tidak sampai tamat karena sakit.

Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis andal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

Ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia terutama Jawa pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisir olehnya.

Ki Hajar muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Ki Hajar diajaknya pula.

Ki Hajar DewantaraTokoh Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Ki Hajar. Ia kemudian menulis Een voor Allen maar Ook Allen voor Een atau Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga. 

Tulisan Ki Hajar Dewantara yang paling terkenal berjudul Seandainya Aku Seorang Belanda (judul asli: Als ik een Nederlander was), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Tulisannya ini membuat panas telinga kalangan pejabat Hindia Belanda. 

Bagian dari tulisan tersebut berbunyi:

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya."

Tulisan tersebut membuat Ki Hajar Dewantara ditangkap dan diasingkan ke Pulau Bangka.

Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, rekan Ki Hajar Dewantara, memprotes perlakuan sewenang-wenang penjajah Belanda tersebut. Akibatnya mereka bersama Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Belanda. Tiga tokoh yang tekenal dengan sebutan Tiga Serangkai. []

Baca juga:

Berita terkait
Infografis: Mengenal Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara tanggal lahirnya 2 Mei diabadikan sejarah sebagai Hari Pendidikan Nasional. Ini pemikiran besarnya.
Biografi Ibu Kita Kartini, Pendekar Wanita Indonesia
Indonesia mengenal 21 April sebagai Hari Kartini. Seorang wanita yang cara berpikirnya visioner melampaui zamannya. Ini biografi Kartini.
Siapa Hasan Sadikin, Namanya Jadi RS Rujukan Corona?
Hasan Sadikin, namanya menjadi rumah sakit rujukan virus corona Covid-19 di Bandung, Jawa Barat. Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Hasan Sadikin (RSHS).
0
SDR: Kenapa KPK Tak Kunjung Panggil Gubernur DKI, Dispora, Bank DKI & FEO
Sementara dalam kepentingan penanganan kasus dugaan korupsi, baik Mabes Polri dan KPK tentunya akan merujuk pada hasil pemeriksaan BPK.