Kenapa Menteri Agama Selalu dari Nahdlatul Ulama?

Kursi menteri agama (menag) di pemerintahan Indonesia kerap jatuh kepada tokoh Nahdlatul Ulama (NU).
Bendera Nahdlatul Ulama (NU). (Foto: nukita.id)

Jakarta - Bukan rahasia umum lagi, dalam kabinet pemerintahan Indonesia, presiden ataupun partai politik pendukung akan menyerahkan kursi menteri agama (menag) pada tokoh Nahdlatul Ulama (NU).

Pemilihan jatah menteri menteri agama dari tokoh NU bukan dari tokoh lain ini, tak bisa dipungkiri imbas dari pemilihan menteri yang dimulai sejak Presiden ke-1 Indonesia Sukarno memimpin pemerintahan.

"Kemenag identik dengan NU karena menteri pertamanya adalah kyai dari pesantren. Ayahnya Gus Dur (Abdurrahman Wahid)," ucap Peneliti di Pusat Penelitian Politik (P2P) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati, kepada Tagar, Jumat 19 Juli 2019.

Alasan lain kenapa jabatan menag dipercayakan pada NU, karena NU merupakan organisasi masyararakat (ormas) muslim terbesar di Indonesia. NU dalam pergerakannya berusaha menampilkan Islam yang inklusif dan pluralis.

"Sehingga, kemenag jadi kunci untuk mewujudkannya," ujar dia.

Sebenarnya bila ditelusuri lebih jauh, jabatan menteri agama pernah juga dipegang oleh tokoh Muhammadiyah. Namun, tidak berlangsung lama karena secara tradisional kemenag ranahnya NU, apalagi Menteri Agama pertama Abdul Wahid Hasjim merupakan putra dari Pendiri NU Kiai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie.

"Itu seperti menjadi kultus secara kultural, kalau NU sebagai ormas muslim terbesar berhak atas jabatan menag di negara yang mayoritas muslim," tuturnya.

Ditambah, sosok Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahman Wahid membawa pengaruh untuk NU sebagai ormas Islam yang menerima pancasila dan memperjuangkan pluralisme beragama. "Sehingga menciptakan legitimasi simbolik kalau urusan agama sebaiknya diurus NU," kata dia.

Baca juga: 

Berita terkait
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.