Kenapa Bill Gates Tak Pernah Diisukan Jadi Menteri?

Atta Halilintar dan Raditya Dika diisukan bakal jadi menteri. Kenapa Bill Gates dan Mark Zuckerberg tak pernah diisukan jadi menteri?
Bill Gates (kanan) dan Mark Zuckerberg. (Foto: Telegraph)

Jakarta - Peneliti Bidang Perkembangan Politik Nasional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Aisah Putri Budiarti menanggapi perbedaan fenomena isu menteri di dalam dan di luar negeri. 

Di luar negeri, nama-nama seperti Mark Zuckerberg, Jeff Bezos, Larry Ellison, Warren Buffett, Bill Gates, Elon Musk, Jack Ma, Travis Kalanick, Larry Page, Sergey Brin, tidak pernah diisukan jadi menteri apalagi ditunjuk jadi menteri. 

Sementara di dalam negeri, beredar isu nama-nama seperti Erick Thohir, Achmad Zaky, Raditya Dika, Atta Halilintar bakal jadi menteri Jokowi dalam pemerintahan 2019-2024.

Aisah Putri mengatakan perbedaan fenomena tersebut karena tradisi politik pragmatis yang membudaya di Indonesia.

"Dalam artian, seperti sudah menjadi hal umum yang terjadi. Setelah pemilu, para pendukung dan pengumpul suara kandidat mendapatkan timbal balik politik berupa jabatan-jabatan penting dalam posisi pemerintahan ketika kandidatnya menang," ujar Aisah Putri dalam keterangan tertulis kepada Tagar, Selasa, 9 Juli 2019.

Saya masih optimis, Jokowi tetap akan memilih seseorang yang mumpuni dalam jabatannya.

Ia mengatakan nama-nama yang diisukan bakal diangkat jadi menteri, diketahui memiliki kedekatan politik atau merupakan sosok yang berasal dari barisan pendukung Jokowi pada kontestasi pemilihan presiden 2019. 

"Nama-nama pendukung Jokowi kemudian dikumpulkan dan diasumsikan media sebagai yang potensial menjadi menteri," katanya.

Aisah mengatakan sebaiknya jabatan politik mengutamakan kapasitas, bukan berdasar kedekatan dan asas timbal balik politik semata.

Munculnya nama-nama tersebut, menurut Aisah juga dipengaruhi pernyataan Jokowi sendiri yang mengaku akan menempatkan anak-anak muda dalam kabinet baru, tapi mendapat penolakan kalangan elit yang menyebut generasi tua lebih memiliki pengalaman untuk memikul jabatan politik seperti menteri.

"Jokowi menguji anggapan publik dengan melontarkan isu. Kalau positif responsnya, mungkin Jokowi benar-benar akan memilih anak muda, tapi kalau negatif maka bisa saja batal," kata Aisah.

"Nah, nama-nama potensial sengaja dimunculkan juga untuk tahu tanggapan langsung publik, kira-kira siapa yang dinilai paling positif, apakah Erick Thohir, CEO Gojek Nadiem Makarim, atau yang lain-lain," katanya.

Memilih menteri adalah hak prerogratif presiden. Jokowi memiliki kewenangan mutlak menentukan siapa yang bakal dijadikan pembantu di pemerintahan periode keduanya, termasuk nama-nama yang bakal jadi kontroversial sekalipun, kata Aisah

"Kita tahu Jokowi berpengalaman dalam hal ini. Misalnya memilih Susi Pudjiastuti yang tidak tamat SMA menjadi menterinya," kata dia.

Aisah yakin Jokowi akan menempatkan sosok tepat dan kaya pengalaman seperti Susi Pudjiastuti untuk duduk di kursi menteri, di samping menempatkan sosok-sosok lain untuk mengisi kursi kabinet dengan alasan pragmatis politis.

"Saya masih optimis, Jokowi tetap akan memilih seseorang yang mumpuni dalam jabatannya. Kembali, ini dibuktikan dengan Susi yang justru jadi menteri dengan prestasi dan dinilai cukup positif oleh publik," kata Aisah. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara