Kenali 3 Jenis Moving Average, Indikator Analisis Sederhana

Garis-garis pada moving average dapat terbentuk dari data harga terbaru sehingga selalu berubah sepanjang penghitungan moving average.
Ilustrasi. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Saat melakukan trading terdapat istilah moving average yaitu indikator yang membantu dalam menganalisis pergerakan harga pasar dengan cara menghitung rata-rata suatu aset pada periode waktu tertentu.

Pergerakan yang ditunjukan dari moving average terdapat 2 macam yaitu naik dan turun. Apabila kurvanya ke atas (uptrend) itu disebabkan oleh harga yang naik. Sedangkan apabila harganya turun, maka kurvanya mengarah ke ke bawah (downtrend).

Garis-garis pada moving average dapat terbentuk dari data harga terbaru sehingga selalu berubah sepanjang penghitungan moving average.

Panjang moving average yang umum adalah 10, 20, 50, 100 dan 200. Panjang ini dapat diterapkan pada kerangka waktu grafik apa pun (satu menit, harian, mingguan, dan lain-lain.) tergantung pada waktu yang dipilih.

Moving average diambil selama periode waktu tertentu, seperti 10 hari, 20 menit, 30 minggu atau periode waktu yang dipilih trader. Strategi moving average juga populer dan dapat disesuaikan dengan kerangka waktu apa pun, sesuai dengan investor jangka panjang atau jangka pendek.

Makin panjang periode waktu yang dipakai, maka semakin lambat pergerakan garis (lagging) dibandingkan harganya.

Fungsi dari moving average diantaranya:

  1. Indikator dalam melakukan analisis teknikal.
  2. Mengetahui arah tren pasar.
  3. Mengetahui harga rata-rata saham.


Terdapat 3 tipe moving average yang memiliki kelebihan dan kelemahan di bawah ini.


1. Simple Moving Average (SMA)

SMA merupakan jenis moving average paling sederhana dan paling aman jika dibandingkan dengan dua lainnya. Nilai bobot pada SMA adalah sama, misalnya dia menggunakan periode waktu 20 hari, maka selama itu nilainya akan tetap sama.

Selain itu, SMA jarang mengalami voltage, tetapi sinyalnya (signal) akan bergerak lebih lambat dari kedua jenis lainnya.

Trader yang mempunyai periode waktu panjang (swing trader) disarankan menggunakan SMA.


2. Exponential Moving Average (EMA)

Nilai bobot pada EMA akan berbeda selama periode waktu. Semakin lama data tersebut, maka nilai bobotnya akan jauh lebih besar. Jika terdapat informasi harga suatu saham sedang naik, maka yang pertama merespon adalah EMA.


3. Weighted Moving Average (WMA)

Pada WMA, nilai data harga terbaru yang memiliki bobot lebih besar, kebalikan dari EMA. Namun, WMA sama seperti EMA dalam merespon perubahan harga saham lebih cepat. Sehingga cocok untuk trader yang memiliki jangka waktu pendek.

(Sekar Aqillah Indraswari)


Baca Juga

Berita terkait
5 Strategi Trading Harian untuk Pemula
Mengambil keuntungan dari pergerakan harga kecil bisa menjadi permainan yang menguntungkan, jika dimainkan dengan benar
Dua Cara Profit Konsisten dalam Trading Saham ala Ellen May
Pemula dalam trading saham biasanya berfikir ingin mempunyai penghasilan dari pasar saham tapi takut dengan risikonya.
Investasi Saham atau Trading Saham, Mana yang Lebih Baik?
Salah satu istilah yang paling sering ditemui di awal menabung saham adalah istilah investasi saham dan trading saham.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.