Jakarta - Saat melakukan trading terdapat istilah moving average yaitu indikator yang membantu dalam menganalisis pergerakan harga pasar dengan cara menghitung rata-rata suatu aset pada periode waktu tertentu.
Pergerakan yang ditunjukan dari moving average terdapat 2 macam yaitu naik dan turun. Apabila kurvanya ke atas (uptrend) itu disebabkan oleh harga yang naik. Sedangkan apabila harganya turun, maka kurvanya mengarah ke ke bawah (downtrend).
Garis-garis pada moving average dapat terbentuk dari data harga terbaru sehingga selalu berubah sepanjang penghitungan moving average.
Panjang moving average yang umum adalah 10, 20, 50, 100 dan 200. Panjang ini dapat diterapkan pada kerangka waktu grafik apa pun (satu menit, harian, mingguan, dan lain-lain.) tergantung pada waktu yang dipilih.
Moving average diambil selama periode waktu tertentu, seperti 10 hari, 20 menit, 30 minggu atau periode waktu yang dipilih trader. Strategi moving average juga populer dan dapat disesuaikan dengan kerangka waktu apa pun, sesuai dengan investor jangka panjang atau jangka pendek.
Makin panjang periode waktu yang dipakai, maka semakin lambat pergerakan garis (lagging) dibandingkan harganya.
Fungsi dari moving average diantaranya:
- Indikator dalam melakukan analisis teknikal.
- Mengetahui arah tren pasar.
- Mengetahui harga rata-rata saham.
Terdapat 3 tipe moving average yang memiliki kelebihan dan kelemahan di bawah ini.
1. Simple Moving Average (SMA)
SMA merupakan jenis moving average paling sederhana dan paling aman jika dibandingkan dengan dua lainnya. Nilai bobot pada SMA adalah sama, misalnya dia menggunakan periode waktu 20 hari, maka selama itu nilainya akan tetap sama.
Selain itu, SMA jarang mengalami voltage, tetapi sinyalnya (signal) akan bergerak lebih lambat dari kedua jenis lainnya.
Trader yang mempunyai periode waktu panjang (swing trader) disarankan menggunakan SMA.
2. Exponential Moving Average (EMA)
Nilai bobot pada EMA akan berbeda selama periode waktu. Semakin lama data tersebut, maka nilai bobotnya akan jauh lebih besar. Jika terdapat informasi harga suatu saham sedang naik, maka yang pertama merespon adalah EMA.
3. Weighted Moving Average (WMA)
Pada WMA, nilai data harga terbaru yang memiliki bobot lebih besar, kebalikan dari EMA. Namun, WMA sama seperti EMA dalam merespon perubahan harga saham lebih cepat. Sehingga cocok untuk trader yang memiliki jangka waktu pendek.
(Sekar Aqillah Indraswari)
Baca Juga
- 4 Hal yang Dapat Meningkatkan Literasi Keuanganmu
- 5 Arahan Presiden Jokowi Terkait Pemulihan Ekonomi Nasional
- Pemulihan Ekonomi Kuartal IV Diperkirakan Meningkat Cukup Kuat
- Ekonomi Syariah Capai Rp 1.901,1, Wapres: Perlu Pembangunan