Jakarta - Meksiko menjadi negara dengan jumlah kematian akibat Covid-19 tertinggi ketiga dunia setelah Amerika serikat dan Brasil. Jumlah korban meninggal di negeri Sombrero ini mencapai 46.888 dengan 424.637 yang terpapar virus. Jumlah kematian di AS mencapai 153.415 dan Brasil 92.475 orang.
Seperti diberitakan dari BBC News, Sabtu, 1 Agustus 2020, dengan angka ini, Meksiko telah menyalip Inggris yang sebelumnya memiliki korban tertinggi ketiga dunia. Korban meninggal di Inggris berdasarkan data Jumat lalu mencapai 46.637 orang.
Baca Juga: Kasus Baru Covid-19 di Meksiko dan Bolivia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan efek pandemi masih akan terasa selama beberapa dekade mendatang. Sementara pemerintah daerah di Meksiko sebelumnya menyebutkan bahwa mereka merasa yakin jumlah korban positif Covid-19 kemungkinan secara signifikan lebih tinggi dari laporan resmi.
Sebelumnya Presiden Andrés Manuel López Obrador ingin sekali membuka kembali kegiatan ekonomi yang lesu karena imbas Covid-19. Pada Mei lalu, pemerintahnya mengumumkan rencana untuk mencabut pembatasan secara bertahap.
Di ibu kota, Meksiko City, ratusan ribu buruh pabrik kembali bekerja pada pertengahan Juni. Beberapa bisnis yang tidak penting kemudian diizinkan untuk dibuka kembali pada awal Juli di kota, pusat epidemi negara itu.
Tetapi para kritikus mengatakan Presiden Obrador terlambat dalam mengambil kebijakan penguncian atau lockdown dan terlalu cepat membukanya. Sebagian besar sektor ekonomi Meksiko berhenti pada 23 Maret, khusus untuk beberapa sektor industri dibebaskan dari kebijakan pembatasan.
Pada hari Jumat sepuluh gubernur negara bagian mengkritik kebijakan penanganan Covid-19. Mereka meminta Asisten Sekretaris Kesehatan Meksiko, Hugo López-Gatell yang merupakan ahli epidemiologi untuk mengundurkan diri.
Baca Juga: Dari Italia, Virus Corona Masuk Meksiko
Beberapa negara berusaha untuk keluar dari lockdown, namun justru terjadi peningkatan jumlah kasus. Seperti dilaporkan koresponden BBC di Jenewa, Imogen Foulkes, beberapa negara, seperti Spanyol dan Inggris, kembali melakukan pembatasan atau menunda rencana pelonggaran untuk mengantisipasi meluasnya penyebaran virus. []