Kematian Anak-anak Akibat Covid-19 di Indonesia Tertinggi di Dunia

IDAI serukan seluruh orang tua untuk waspada dan lebih menjaga anak-anak seiring meningkatnya jumlah kematian anak akibat Covid-19
Anak-anak memakai masker pelindung berbaris saat kegiatan belajar mengajar di tengah wabah Covid-19 di Lebak, Provinsi Banten, 4 Agustus 2020 (Foto: voaindonesia.com - Antara/Muhammad Bagus Khoirunas/via Reuters)

Jakarta – Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyerukan seluruh orang tua untuk waspada dan lebih menjaga anak-anak seiring meningkatnya jumlah kematian anak akibat pandemi virus corona (Covid-19), yang mencapai tingkat tertinggi di dunia. Eva Mazrieva melaporkannya untuk voaindonesia.com.

“Saya malu sebenarnya. Ketika saya olahraga rame-rame di Wisma Atlet, di tengah pasien yang banyak itu, saya merasa kenapa mesti ada di sini. Seperti nyesek aja di dalam hati, kenapa bisa kecolongan," ujar Renata Silalahi, penyintas Covid-19. Padahal, katanya, Indonesia sudah melewati pandemi lebih dari setahun dan ia termasuk orang yang serius dalam menerapkan protokol kesehatan.

Anak-anak yang memakai maskerAnak-anak yang memakai masker, beraktivitas di luar ruangan dengan bermain ayunan di tengah pandemi di Jakarta (Foto: voaindonesia.com/AP)

"Anak-anak bilang saya 'prokes bawel' karena aku terlalu bawel dan terlalu khawatir. Jadi kecolongan ini bikin saya sakit hati karena kita sudah menjaga sedemikian rupa," tutur Renta.

Renata Silalahi adalah ibu dua anak yang baru saja diizinkan kembali ke rumah setelah menjalani perawatan selama dua minggu di Wisma Atlet Jakarta. Renata, yang berusia 46 tahun, baru merasakan gejala tertular Covid-19 ketika indra penciumannya mati rasa.

Renata SilalahiRenata Silalahi, ibu dua anak yang baru saja pulih bergulat dengan Covid-19 yang menjangkiti keluarganya, bersama salah satu putranya (Foto: voaindonesia.com/Dok Pribadi)

“Seminggu sebelum kita di-swab di puskesmas, anak saya sudah demam menggigil, tapi dikasih paracetamol demamnya hilang. Meski mereka tetap tidak mau makan," kata Renata.

"Lalu sakit tenggorokan, pilek sedikit, tidak ada batuk. Mereka masih tidak apa-apa. Seminggu setelah gejala itu, saya merasa tidak bisa merasakan apa-apa ketika mencium benda-benda yang biasa dipakai, seperti minyak telon atau minyak kayu putih," tambah Renata.

Ia bergerak cepat. Ia mendatangi puskesmas di Jagakarsa, yang langsung memisahkannya dari pasien lain dan melakukan uji swab. Hasilnya ia dan kedua anaknya yang berusia 7 dan 5 tahun dinyatakan positif Covid-19. Puskesmas memberinya dua alternatif, yaitu melakukan isolasi mandiri di rumah, tetapi pihak puskesmas tidak dapat membantu jika kondisi memburuk atau muncul penyakit lain; atau ia harus dirawat di rumah sakit. Beruntung ada tempat kosong di Wisma Atlet sehingga pada 4 Juni ia dapat dirawat di sana.

1. Kematian Anak Akibat Covid-19

Dalam konferensi pers perhimpunan lima profesi dokter Indonesia pada 18 Juni 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia IDAI mengatakan di tengah lonjakan kasus baru harian Covid-19, terjadi pula peningkatan tajam penularan dan bahkan kematian pada anak-anak.

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof Dr dr Aman Bhakti Pulungan, mengatakan data nasional menunjukkan konfirmasi Covid-19 pada anak berusia 0-18 tahun mencapai 12,5%.

Anak-anak membawa oborAnak-anak membawa obor di sekitar lingkungan selama parade untuk merayakan Idulfitri, menandai akhir bulan suci Ramadhan, di tengah pandemi Covid-19 di Jakarta, 12 Mei 2021 (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Willy Kurniawan)

“Artinya 1 dari 8 kasus konfirmasi Covid-19 adalah anak-anak. Data IDAI juga menunjukkan case mortality (tingkat kematian.red) mencapai 3 persen – 5 persen, jadi kita memiliki tingkat kematian tertinggi di dunia,” ujar Aman Pulungan. Ditambahkannya, dari seluruh data anak yang meninggal itu, 50 persen adalah balita.

2. Kematian Anak Akibat Covid-19 di AS

Sebagai perbandingan dengan Amerika Serikat (AS), American Academy of Pediatrics pekan ini melaporkan bahwa sejak pandemi merebak hingga 17 Juni 2021 lalu, jumlah anak-anak yang tertular mencapai 14,2% dari total orang yang tertular di seluruh negara bagian, atau berarti sekitar 4,02 juta anak. Namun tingkat kematian anak akibat Covid-19 di AS adalah 0,22%. Tujuh negara bagian bahkan melaporkan tidak ada anak yang meninggal karena Covid-19.

Oleh karena itu Prof Aman menggarisbawahi pentingnya orang tua menjaga anak-anak mereka lebih ketat lagi. “Kapan lagi kita jadi orang tua menyayangi anak? Jadilah orang tua saat pandemi! Dampingi anak-anak kita. Hindari membawa anak ke luar rumah, kecuali dalam keadaan mendesak," tukasnya.

perempuan dan anak-anakPerempuan dan anak-anak yang memakai masker menunggu pembagian makanan di tengah pandemi virus corona Covid-19 di Blang Bintang, Aceh, pada 6 Mei 2020 (Foto: voaindonesia.com - AFP/Chaideer Mahyuddin)

Prof Aman menekankan pentingnya anak-anak untuk tinggal di rumah. Jikapun harus berkegiatan di luar rumah, hindari area dengan ventilasi tertutup, kepadatan dan risiko kontak erat.

"Penuhi hak anak untuk hidup dan untuk sehat, secara fisik dan mental, untuk masa depan yang lebih baik. Kita hidup untuk apa kalau bukan untuk anak? Jaga anak kita! Jaga anak kita! Jangan sampai ada yang sakit,” tegasnya.

IDAI juga mengajak warga untuk berperan aktif bersama pemerintah, mengawasi protokol kesehatan di tempat-tempat umum.

3. Gembira dan Berdoa

Renata Silalahi – yang tetap merasa “kecolongan” karena selama ini senantiasa mendampingi kedua anaknya belajar dan beraktivitas di rumah, serta memberikan makanan bergizi dan vitamin – mengatakan sempat pilu ketika harus menjalani isolasi dan perawatan di Wisma Atlet selama dua pekan. Namun ia menguatkan diri dengan memberi semangat pada anak-anaknya dan selalu berdoa. Terlebih karena dari enam anggota keluarganya, lima dinyatakan positif dan dirawat di lokasi berbeda.

“Ketika berangkat ke Wisma Atlet saya bawa bola, mainan, skuter anak-anak, buku. Apapun yang bisa membuat mereka gembira, karena kegembiraan juga obat .... Kalau malam saya ajak anak-anak naik ke lantai atas Wisma Atlet," kata Renata.

petugas kesehatan wisma atletPetugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap untuk merawat pasien di rumah sakit darurat Covid-19 di Wisma Atlet, Jakarta, 26 Januari 2021. (Foto: voaindonesia.com - REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

"Mereka suka karena kelihatan gedung-gedung tinggi Jakarta yang indah banget. Saya bilang sama anak-anak, anggap saja kita lagi liburan. Nikmati saja. Kami juga sempat merayakan ulang tahun bersama para perawat," ujar Renata.

Tak lupa ia menekankan perlunya berdoa. "Doa menguatkan kita untuk gak bernafsu akan hal apapun, menjaga dan memagari diri dengan doa," kata Renata (em/ah)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Mengenal Bahaya Komorbid pada Anak Positif Covid-19
Covid-19 tidak pernah pandang usia, lansia, dewasa, bahkan anak-anak bisa terserang terutama jika anak memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Stigma Anak Yatim Piatu Covid Mendera Ribuan Anak di India
Ribuan anak di India kehilangan orang tuanya akibat pandemi Covid-19, mereka diterpa stigma “Anak Yatim Piatu Covid”
Kemen PPPA Bagikan Paket untuk Anak Terdampak Covid
Kementerian PPPA kembali memberi paket pemenuhan kebutuhan spesifik kepada anak yang merupakan kelompok rentan terdampak Covid-19
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.