Kemarau, Karhutla, dan Ancaman Covid-19 di Indonesia

Musim kemarau tahun 2020 Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengingatkan ancaman karhutla berbahaya bagi Covid-19.
Pengunjung menggunakan masker pelindung pernapasan di pasar terapung Lok Baintan yang diselimuti kabut asap di desa Lok Baintan, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Sabtu, 9 November 2019. Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di sejumlah daerah Provinsi Kalsel mengakibatkan kabut asap yang menggangu aktivitas warga serta membahayakan kesehatan. (Foto: Antara/Bayu Pratama S)

Jakarta - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengatakan kebakaran hutan dan lahan atau Karhutla wajib dicegah agar tak berdampak bagi kesehatan masyarakat. Selain itu, kata dia, juga dapat mengurangi potensi penularan virus corona di antara mereka yang telah menderita penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan asma.

Menurut Doni, mereka yang mengalami ISPA berisiko terjangkit penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru bila berada di wilayah yang terdampak Karhutla.

"Hampir pasti lahan gambut terbakar akan menimbulkan asap pekat. Dampak asap pekat ini lah menimbulkan ancaman kesehatan bagi masyarakat, terutama mereka yang memiliki penyakit asma atau ISPA. Dampaknya berbahaya bagi mereka yang asma apabila terpapar Covid-19," kata Doni usai rapat bersama Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 23 Juni 2020.

Baca juga: Awal 2020, Agam Dilanda Tujuh Kali Karhutla

Doni mengimbau agar semua kepala daerah hingga masyarakat, diharapkan bisa maksimal dalam pencegahan untuk menghindari kebakaran lahan di musim kemarau ini. Terlebih, kata dia, asap yang diakibatkan Karhutla khususnya berasal dari lahan gambut.

"Sehingga kerja sama komponen daerah penting. Kita hindari asap agar kita selamat dari bahaya Covid-19," ujar Doni.

Dampak asap pekat ini lah menimbulkan ancaman kesehatan bagi masyarakat.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini juga menginstruksikan jajarannya untuk mengantisipasi munculnya Karhutla sedini mungkin sebagaimana arahan dari Presiden Jokowi. 

Oleh sebab itu ia meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di wilayah yang menjadi langganan Karhutla untuk lebih sigap dalam mencegah bencana tahunan tersebut.

Baca juga: 3 Kekalahan Telak Jokowi: Karhutla, BPJS, dan Internet

"Penekanan yang mungkin perlu disampaikan BNPB dan juga selaku Gugus Tugas, adalah kerja keras. Kerja sama seluruh komponen masyarakat di setiap daerah yang setiap tahun mengalami Karhutla yang cukup besar terutama di lahan gambut," kata dia.

Terkait Karhutla, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud Md optimis pemerintah sudah bisa menangani kebakaran hutan di beberapa titik daerah.

"Beberapa tahun terakhir alhamdulillah kita berhasil meminimalisir kebakaran hutan sehingga bencana-bencana yang agak besar yang membikin geger itu sudah dapat dikatakan tidak dapat terjadi," ucap Mahfud di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, 23 Juni 2020. []

Berita terkait
Karhutla di Dairi, Polisi Periksa Aparat Desa
Polres Dairi dan Polda Sumatera Utara melakukan penyelidikan penyebab kebakaran hutan dan lahan di perbukitan kawasan Danau Toba.
Peladang Tradisional Dayak Bukan Penyebab Karhutla
Puluhan orang dari 42 ormas di Kalteng menggelar aksi solidaritas bagi peladang tradisonal Dayak. Mereka menegaskan bukan penyebab karhutla.
Dampak Karhutla Nilai Ekspor Sumsel Turun
Ekspor di Sumatera Selatan pada tiga bulan terakhir terus mengalami penurunan, hal tersebut diakibatkan kebakaran hutan dan lahan.