Kemana 5 Juta Warga Wuhan Pergi Sebelum Karantina?

Pasca Wuhan terdeteksi virus baru misterius, jutaan orang di kota yang berada di Provinsi Hubei itu eksodus.
Seorang pekerja di Stasiun Kereta Api Hankou, Wuhan, Provinsi Hubei memantau layar monitor melihat pemeriksaan penumpang, dengan menggunakan termometer inframerah. Foto diambil pada 21 Januari 2020. (Foto: Chinatopix via AP|japantoday.com).

Shanghai - Pasca Wuhan terdeteksi virus baru misterius yang kemudian dikenal dengan sebutan corona baru, jutaan orang di kota yang berada di Provinsi Hubei, China itu eksodus. Mereka berbondong-bondong naik bus, kereta api dan pesawat agar bisa segera keluar dari Wuhan. Ini merupakan migrasi besar-besaran di tengah China akan merayakan tahun baru Imlek.

Untuk menekan ruang gerak penyebaran virus, pemerintah kota mengisolasi Wuhan sejak 23 Januari. Namun sudah terlambat. Berbicara kepada wartawan beberapa hari setelah kota itu dikarantina, walikota memperkirakan ada sekitar lima juta orang meninggalkan rumah. Kemana mereka pergi?

Kantor berita Amerika Serikat, Associated Press melakukan analisa pola perjalanan domestik warga Wuhan dengan memakai data lokasi peta dari raksasa teknologi China Baidu. Dari analisa itu terlihat bahwa dalam dua minggu sebelum Wuhan diisolasi, hampir 70 persen perjalanan keluar berasal dari Provinsi Hubei. Seperti diketahui, Baidu memiliki aplikasi peta yang mirip Goole Maps yang diblokir pemerintah China.

Baidu mengumpulkan data perjalanan berdasarkan lebih dari 120 miliar permintaan lokasi harian dari aplikasi peta dan aplikasi lain yang menggunakan layanan lokasi Baidu. Hanya data dari pengguna yang setuju untuk membagikan lokasi mereka yang dicatat dan perusahaan mengatakan data ditutup untuk melindungi privasi. Data Baidu yang tersedia untuk umum menunjukkan perjalanan proporsional, bukan jumlah absolut dari perjalanan yang direkam.

Virus CoronaAnggota staf kesehatan dengan pasien di Wuhan, China. (Foto: businessinsider.sg/THE CENTRAL HOSPITAL OF WUHAN VIA WEIBO/via REUTERS)

Karantina itu sudah pasti terlambat.  Banyak dari mereka mungkin tidak akan kembali ke Wuhan.

Seperti diberitakan dari japantoday.com, Senin, 10 Februari 2020, sekitar 14 persen warga di Provinsi Henan, Hunan, Anhui, dan Jiangxi eksodus. Hampir dua persen dari Provinsi Guangdong dan sisanya menyebar di seluruh wilayah. Kota-kota yang menjadi tujuan utama warga Wunan untuk mengungsi antara 10 Januari - 24 Januari adalah Chongqing.

Mayoritas kasus dan kematian yang dikonfirmasi terjadi di Provinsi Hubei. Sedangkan jumlah kasus yang tinggi ada di China tengah dengan kantung infeksi terbanyak di Chongqing.

Mungkin mereka tidak mengalami gejala, tetapi bisa menularkan virus. 

"Karantina itu sudah pasti terlambat," kata Jin Dong-Yan, ahli virologi molekuler di Fakultas Ilmu Biomedis Universitas Hong Kong. Menurutnya, lima juta yang keluar merupakan angka yang besar. Itu tantangan besar. "Banyak dari mereka mungkin tidak akan kembali ke Wuhan. Untuk mengendalikan wabah ini, kita harus berurusan dengan ini. Di satu sisi, kita perlu mengidentifikasi. Di sisi lain, kita perlu mengatasi masalah stigma dan diskriminasi," ucap Dong-Yan.

Para peneliti dari kelompok riset WorldPop Universitas Southampton yang mempelajari dinamika populasi menggunakan data 2013-2015 dari layanan lokasi Baidu dan rencana perjalanan penerbangan internasional, membuat peta risiko global. Hal ini untuk memprediksi kemungkinan penyebaran virus dari Wuhan.

corona sembuhSebanyak tujuh orang yang terinfeksi 2019-nCoV diizinkan meninggalkan Rumah Sakit Zhejiang University di Hangzhou, China, Rabu, 5 Februari 2020, setelah dinyatakan sembuh total dari virus corona. (Foto: Tagar/ANTARA/HO-ChinaNews/mii).

Lai Shengjie, peneliti WorldPop mengatakan sangat penting untuk memahami migrasi penduduk dari Wuhan sebelum kota itu diisolasi. "Mungkin mereka tidak mengalami gejala, tetapi bisa menularkan virus. Kita perlu melihat tujuan mereka pergi ke kota-kota lain di China, ke negara-negara lain dan mencoba mempersiapkan pengendalian dan pencegahan penyakit," ucapnya.

Kereta terakhir meninggalkan Wuhan terjadi pada tanggal 23 Januari. Berdasarkan data Baidu, kota-kota terdekat Wuhan segera membatasi perjalanan setelah terjadinya eksodus besar-besaran warga Wuhan. Dari tanggal 23-26 Januari, 15 kota berdasarkan data Baidu memberlakukan beberapa tingkat pembatasan perjalanan.

Negara-negara lain segera mengikuti pembatasan perjalanan bagi warga Wuhan, termasuk Amerika Serikat, Australia, Singapura, Selandia Baru dan Filipina. Semua negara ini dengan tegas mengeluarkan pembatasan orang yang datang dari China khususnya Wuhan. Yang lain seperti Indonesia dan Italia mengeluarkan larangan penerbangan.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Virus Corona Bikin Amazon Batal Hadir di MWC 2020
Perusahaan teknologi multinasional asal AS, Amazon bakal absen dalam hajatan Mobile World Congress (MWC) di Spanyol karrena alasan virus vorona.
Sehari 97 Orang di China Tewas Kena Virus Corona
jumlah orang yang meninggal karena virus corona di China hingga data Minggu, 9 Februari 2020 telah mencapai 908 orang.
Warga China di Malaysia Sembuh dari Virus Corona
Seorang pria, warga negara China 63 tahun dinyatakan sembuh sepenuhnya dari virus corona setelah menjalani perawatan di Hospital Kuala Lumpur.