Kekerasan Meningkat di Myanmar Timbulkan Kepreihatinan Dunia

Utusan baru PBB untuk Myanmar sangat prihatin akan peningkatan kekerasan sejak kudeta junta militer 1 Februari 2021
Para pengunjuk rasa membakar ban selama demonstrasi flash mob yang menyerukan boikot terhadap sistem pendidikan di bawah pemerintahan junta militer, 10 November 2021 (Foto: voaindonesia.com/AP)

Jakarta – Utusan khusus PBB yang baru untuk Myanmar, Noeleen Heyzer, 27 Desember 2021, menyatakan "sangat prihatin" akan peningkatan kekerasan di negara itu. Ia menyerukan gencatan senjata pada tahun baru antara militer dan lawan-lawannya.

Protes di seluruh negara itu, menentang kudeta 1 Februari 2021, telah dihadapi dengan tindakan keras berdarah. Lebih dari 1.300 orang tewas dan lebih dari 11.000 ditangkap, menurut organisasi pemantau lokal.

Upaya diplomatik untuk menyelesaikan krisis yang dipimpin oleh PBB dan ASEAN sejauh ini hanya membuat sedikit kemajuan, karena para jenderal menolak untuk berunding dengan lawan-lawannya.

Noeleen HeyzerWakil Sekretaris Jenderal dan Sekretaris Eksekutif ESCAP, Noeleen Heyzer (Foto: voaindonesia.com/PBB)

"Sangat prihatin akan eskalasi kekerasan yang berlanjut di Negara Bagian Kayin dan bagian lain Myanmar," kata Noeleen Heyzer dalam pernyataan pertama sejak bertugas. Ia juga mengimbau "semua pihak agar mengizinkan bantuan kemanusiaan diberikan kepada mereka yang membutuhkan, termasuk mereka yang terpaksa melarikan diri dari kekerasan," dan agar semua pihak mencapai gencatan senjata pada tahun baru.

Pada Minggu, 26 Desember 2021, seorang pejabat PBB menyatakan merasa "ngeri" setelah laporan yang dapat dipercaya menyebutkan bahwa setidaknya 35 warga sipil tewas dan tubuh mereka dibakar dalam serangan pada Malam Natal di Myanmar timur. Ia menuntut pemerintah melakukan penyelidikan.

Dua pekerja untuk kelompok nirlaba Save the Children masih hilang. Kendaraan mereka termasuk di antara beberapa yang diserang dan dibakar dalam insiden di negara bagian Kayah. Badan amal itu Senin mengatakan bahwa pihaknya masih menyelidiki insiden itu.

warga yangoon protes kudeta militerWarga Yangon menggelar aksi protes menentang kudeta militer di Myanmar, 5 Desember 2021 (Foto: dw.com/id)

Ada juga bentrokan baru dalam beberapa hari terakhir antara pemberontak etnis dan militer di negara bagian Kayin – yang juga dikenal sebagai Karen. Akibatnya, ribuan orang melarikan diri ke negara tetangga, Thailand.

Juru bicara junta mengatakan kepada Kantor Berita AFP pekan lalu bahwa militer telah melancarkan serangan udara terhadap pejuang Uni Nasional Karen dan anggota kelompok "Angkatan Pertahanan Rakyat" lokal yang bermunculan untuk melawan kudeta (ka/ab)/AFP/voaindonesia.com. []

Taliban dan Junta Militer Myanmar Ditolak PBB

Myanmar di Ambang Perang Saudara Sejak Kudeta Militer

30 Lebih Tewas di Negara Bagian Kayah Myanmar

16 Demonstran Mati Ditembak Ketika Demonstrasi di Myanmar

Berita terkait
30 Lebih Tewas di Negara Bagian Kayah Myanmar
Lebih dari 30 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, tewas dan tubuh mereka dibakar di negara bagian Kayah yang dilanda konflik Myanmar
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.