Kedelai Naik, Harga Jual Tahu di Kudus Masih Stabil

Harga jual tahu di Kudus stabil. Ukurannya juga tidak lantas dicetak setipis kartu ATM seperti pedagang tempe sebagaimana dilansir cawapres Sandiaga Uno.
Pekerja memproduksi tempe di kawasan Kemayoran, Jakarta, Kamis (6/9/2018). Produsen tempe mengeluhkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berdampak pada naiknya harga kedelai impor dari sebelumnya Rp 6.500 menjadi Rp 7.700 per kilogram. (Foto: Ant/Akbar Nugroho Gumay)

Kudus, (Tagar 9/9/2018) – Meski harga jual kedelai impor saat ini mengalami kenaikan secara signifikan menyusul melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, harga jual tahu di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, masih stabil.

Bambang, salah seorang pengusaha tahu asal Desa Karangbener, Kecamatan Bae, Kabupaten Kudus, mengakui, hingga saat ini harga jual tahu masih tetap sama sebelum ada kenaikan harga jual kedelai impor.

Kenaikan harga jual kedelai impor, kata dia, memang tinggi karena sebelumnya hanya berkisar Rp 7.000 per kilogram kini naik menjadi Rp 7.500/kg.

Jika sebelum ada kenaikan harga jual kedelai, kata dia, harga tahu per papan berkisar Rp 23.000, sedangkan saat ini harga jualnya masih sama.

Perajin Tempe di MedanPerajin menata tempe yang masih proses fermentasi di salah satu tempat pembuatan tempe di Medan, Sumatera Utara, Kamis (6/9/2018). Pengusaha tempe mengaku terpaksa mengurangi ukuran produknya agar usaha mereka tetap berjalan terkait harga bahan baku kedelai yang terus naik di pasaran. (Foto: Ant/Septianda Perdana)

Dia mengakui belum berani menaikkan harga jual tahu karena di pasaran harga jualnya juga belum ada kenaikan.

"Jika dinaikkan, khawatir tidak laku di pasaran," ujar Bambang seperti dikutip Antaranews, Minggu, (9/9).

Selain itu, kata dia, dirinya juga tidak berani mengurangi komposisi bahan bakunya karena pelanggannya dipastikan akan protes dan bisa beralih ke pembeli lainnya.

Menurut dia, untuk sementara lebih baik menunggu perkembangan harga jual kedelai impor karena ketika nilai tukar rupiah semakin menguat dipastikan harga jual kedelainya juga menurun.

Imronah, pedagang tahu lainnya asal Pedawang, Kecamatan Bae, mengakui hal serupa bahwa harga jual tahu hingga sekarang masih tetap sama sebelum ada kenaikan harga jual kedelai impor.

Untuk setiap papan, kata dia, tahunya dijual Rp 25.000 dengan isi 50 biji.

"Kalaupun ada kenaikan harga, kami masih menunggu hasil kesepakatan dengan paguyuban pengusaha tahu apakah akan dinaikkan atau menunggu perkembangan harga jual kedelai," ujarnya.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, harga jual kedelai impor memang berfluktuasi karena saat kondisi normal harganya berkisar Rp 6.000/kg, kemudian akhir Agustus 2018 sempat naik menjadi Rp 7.000/kg dan saat ini naik menjadi Rp 7.500/kg.

Perajin Tahu dan Tempe di Banda AcehPerajin menuangkan cairan kedele saat proses produksi tahu di salah satu industri tahu Desa Seutui, Banda Aceh, Rabu (5/9/2018). Asosiasi Perajin Tahu dan Tempe di daerah itu mengeluh sehubungan harga bahan baku kacang kedele impor sejak tiga bulan terakhir terus naik dari Rp6.300 menjadi Rp 7.700 perkilogram akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. (Foto: Ant/Ampelsa)

Pengusaha tahu maupun tempe juga bisa menggunakan kedelai lokal karena saat ini juga tersedia, namun harganya juga ikut terdongkrak naik menjadi Rp 7.300/kg.

Satu hal, Bambang dan Imronah, tidak menyebutkan gara-gara harga kedelai naik lantas ukuran tahunya dicetak setipis kartu ATM seperti pedagang tempe sebagaimana dilansir oleh cawapres Sandiaga Uno. []

Berita terkait