Untuk Indonesia

Kaum Fasik Dalam Perpolitikan Indonesia

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti
Ilustrasi. (Foto: NU Online)

Oleh: Yayong Waryono*

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya.” (Al-Hujurat: 6). 

Ayat tersebut adalah peringatan untuk seluruh umat bahwa jika datang orang fasik yang membawa berita untuk dicermati karena kebiasaan orang fasik adalah membawa berita palsu atau hoaks. Orang fasik bisa tampil dengan baju apapun, bisa tampil seperti preman, parlente, bahkan bisa tampil sangat religius dan mempunyai sifat adu domba dan ambisius.

Sifat tercela dari orang fasik lainya adalah gemar mencari kesalahan orang lain, untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya, demi memuaskan nafsu dan ambisinya. Perilaku tersebut sangat dilarang dan telah Allah SWT peringatkan dalam sebuah surat 

“Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain.” (Al-Hujurat: 12). 

Dalam kehidupan sehari hari, jika kita berteman dengan orang orang yang gemar mencari kesalahan orang lain, maka jauhilah karena tidak akan membawa manfaat. Dalam kontestasi politik Indonesia saat ini, siapakah pihak yang memiliki sifat fasik? Jawabannya adalah siapa yang paling banyak mencari kesalahan lawan, siapa yang paling banyak membuat berita hoaks itulah politisi fasik.

Banyaknya fitnah atau berita hoaks yang dibuat atau dibawa oleh orang orang yang memiliki sifat fasik untuk kepentingan politik, telah membuat resah dan membodohi masyarakat. Fitnah tentang komunis, fitnah tujuh kontainer surat suara yang sudah dicoblos, hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet, dan banyak lagi kasus lainnya yang beredar di masyarakat adalah contoh jahatnya orang fasik. Orang fasik sangat pandai mencari celah dan memanfaatkan segala hal untuk mendapatkan keuntungan. Kaum fasik cerdik dalam menyembunyikan niat jahatnya dengan melempar kesalahan kepada orang lain. Yang terbaru adalah mempolitisir kekhilafan Mbah Moen ketika membaca doa. Mbah Moen menyadari khilafnya karena kesepuhannya, Mbah Moen meralat sesuai niat sesungguhnya.

Untuk menjaga agar Indonesia tetap damai, aman dan sejahtera, maka masyarakat harus bersatu padu melawan politisi fasik yang lebih mementingkan ambisi kelompoknya daripada keutuhan NKRI. Memberi kesempatan kepada kaum fasik berkuasa, itu berarti memberi kesempatan serigala berbulu domba mencabik dan menghancurkan Indonesia. Karena jika kaum fasik berkuasa, bukan hanya kedamaian dan persatuan yang terancam, tapi kekayaan negara juga akan kembali diserahkan kepada pihak asing.

"Persatuan itu seperti tanaman, hanya bisa tumbuh dan berkembang jika kita merawatnya."

Salam Waras

*Yayong Waryono (Sekjen Bara JP)

Berita terkait
0
5 Hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Membeli Hunian di Sentul
Selain Bekasi dan Tangerang Selatan, Bogor menjadi kota incaran para pemburu hunian di sekitar Jakarta. Simak 5 hal ini yang perlu diperhatikan.