Cirebon - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, secara resmi merilis jumlah kasus Covid-19 sejak tanggal 27 Juli hingga 9 Agustus 2020 terdapat penambahan kasus sebanyak 19. Dengan penambahan ini maka total jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon sebanyak 97.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon, Enny Suhaeni, mengatakan Tim Gugus Tugas Kabupaten Cirebon melakukan upaya pencegahan dan pemantuan penularan penyakit yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 itu.
"Komitmen tim gugus tugas sampai sekarang masih terus melakukan pengendalian secara koperhensif mulai dari upaya penemuan, pelayanan dan pemantauan di masyarakat," kata Enny di halaman parkir Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (FK UGJ) Kota Cirebon, 9 Agustus 2020.
Melalui pemeriksaan menggunakan PCR, sambung Enny, sudah sebanyak 9.125 dan 45 di antaranya terkonfirmasi positif Covid-19. Selain itu dari hasil rapid test hingga saat ini sebanyak 2.542 dimana 5 di antaranya reaktif. "Rapid test ini sudah kita bagikan ke setiap puskesmas karena akan digunakan santri yang akan masuk ke pesantren," tutur Enny.
Enny menjelaskan bahwa laju pertambahan kasus selama 44 hari memasuki masa Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) sejak tanggal 27 juni hingga hari ini sebesar 2,20%. Sementara itu untuk angka positif rate di Kabupaten Cirebon sebesar 0,49% dimana angka maksimal positif rate sebagai ambang batas sebesar 5%. "Alhamdulillah Kabupaten Cirebon berada di bawah 1 persen dari angka ambang batas," ujar Enny.
Untuk 19 kasus baru yang berhasil ditemukan oleh pihaknya, terdiri dari lima pegawai Dinas Kesehatan, satu pegawai BKAD, lima kader Posyandu, enam pegawai Puskesmas dan dua orang masyarakat. "Awalnya di Dinkes itu ada satu orang yang positif dan kita temukan ada empat orang lagi dari hasil tracing, terus yang di Kantor BKAD kemarin kita sudah lakukan tracing dan swab massal sebanyak 60 orang," kata Enny.
Enny juga menjelaskan, sejak memasuki fase AKB pihaknya sudah memahami bukan berarti selama masa AKB tidak adanya kasus justru sudah memperhitungkan adanya resiko adanya peningkatan kasus terkait dengan pemahaman AKB seolah-olah bebas. Akan tetapi hal itu dengan adanya penerapan AKB diharapkannya masyarakat harus lebih patuh terhadap protokol kesehatan.
"Kita sadar AKB bukan berarti kasus akan menghilang, tapi dengan adanya AKB jumlah kasus akan lebih meningkat dan dengan kondisi seperti sekarang masyarakat harus lebih patuh terhadap protokol kesehatan," ujar Enny. []