Karena Anak-anak Bukan Robot

Anak-anak itu tak ada satu pun yang memegang ponsel. Mareka gembira dengan aneka permainan tradisional.
Anak-anak gembira dengan permainan lompat tali di Sekolah Dasar Negeri Borong dalam kegiatan akhir tahun, MaCCa atau Makassar Children's Culture Festival, Sabtu (15/12/2018). (Foto: SDN Borong/Rio Anthony)

Makassar, (Tagar 16/12/2018) - Anak-anak gembira diperkenalkan dengan beberapa permainan tradisional yang sehari-hari tak lagi mereka lakukan, seperti bermain baguli (kelereng), dende, lompat tali, longga-longga (egrang) dan ular naga.

Hal tersebut terlihat di Sekolah Dasar Negeri Borong dalam gelaran akhir tahun "MaCCa" atau Makassar Children's Culture Festival, Sabtu (15/12). Event ini memadukan aspek perayaan, pameran, dan kompetisi.

"Event seperti ini mesti ada di setiap sekolah dan diadakan setiap tahun. Bahkan bila perlu diadakan dua kali dalam setahun, pada akhir semester," ujar Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Makassar, Dr Hasbi di lokasi acara.

SDN BorongPermainan tradisional dalam acara Makassar Children's Culture Festival di SDN Borong, Sabtu (15/12/2018). (Foto: SDN Borong/Rio Anthony)

Hasbi mengingatkan bahwa anak-anak kita bukan robot, yang hanya butuh pelajaran yang berkaitan dengan logika dan pengembangan otak kiri. Anak-anak, kata mantan Kepala SMP Negeri 6 Makassar itu, juga butuh keseimbangan, butuh diisi otak kanannya.

"Mereka punya hobi, bakat, talenta yang perlu ditingkatkan. Bukan hanya yang akademik, tapi juga non akademik seperti yang kita adakan," katanya.

Talenta yang tersimpan yang dimiliki anak-anak harus diasah dan dikembangkan guna disumbangkan bagi bangsa dan negara melalui kegiatan yang positif dan kreatif, kata Hasbi.

SDN BorongPermainan tradisional dalam acara Makassar Children's Culture Festival di SDN Borong, Sabtu (15/12/2018). (Foto: SDN Borong/Rio Anthony)

Hasbi melanjutkan, "Kita kini berada pada era 4.0 dengan perubahan yang sedemikian cepat. Sehingga, orangtua perlu mempersiapkan anak-anak menghadapi perubahan tersebut agar anak-anak jadi pelaku dan penentu. Bukan cuma penonton."

Anak-anak sebagai generasi milenial atau generasi 4.0, yang akrab dengan IT sejak lahir, harus didukung untuk mencapai kehidupan terbaiknya kelak. Hasbi melihat, bazar dan pergelaran yang diadakan dalam MaCCa bisa punya potensi mempersiapkan anak-anak jadi enterpreneur bila dikembangkan lagi.

"Event yang kreatif dan inovatif seperti ini bisa jadi jualan ke luar negeri bila memanfaatkan potensi budaya lokal dan memiliki kekhasan yang kuat," harap Hasbi dalam sambutannya.

SDN BorongPermainan egrang dalam acara Makassar Children's Culture Festival di SDN Borong, Sabtu (15/12/2018). (Foto: SDN Borong/Rio Anthony)

Usai memberikan sambutan, Dr Hasbi meresmikan perpustakaan SD Negeri Borong. Perpustakaan ini rencananya akan jadi multi-fungsi sebagai museum mini yang akan memajang memorabilia sekolah. Juga tempat anak-anak mengembangkan kreativitasnya.

Kepala SD Negeri Borong Makassar, Hendriati Sabir menjelaskan bahwa sekolahnya sudah tiga tahun melaksanakan bazar dan pementasan seni, cuma baru kali ini dikemas dan memiliki nama, yakni MaCCa.

SDN BorongPembacaan puisi dalam acara Makassar Children's Culture Festival di SDN Borong, Sabtu (15/12/2018). (Foto: SDN Borong/Rio Anthony)

"Cita-cita kami, bisa jadi kalender event yang kami integrasikan dengan berbagai program yang ada di sekolah, seperti program Adiwiyata, pendidikan karakter, dan sekolah ramah anak," katanya.

Sementara itu, Andi Etty Cahyani selaku Ketua Panitia mengatakan bahwa kegiatan yang dilakukan sejak pagi hingga siang itu bisa terlaksana berkat dukungan Komite Sekolah SD Kompleks Borong, paguyuban orangtua, para guru, mitra dan terutama anak-anak yang tampil dalam berbagai atraksi seni.

SDN BorongAnak-anak tampil dalam acara Makassar Children's Culture Festival di SDN Borong, Sabtu (15/12/2018). (Foto: SDN Borong/Rio Anthony)

Pada event MaCCa 2018 ini, anak menampilkan  kreasi busana daur ulang, tarian, lagu Ininnawa Sabbarae yang penuh petuah, medley lagu daerah. Juga pembacaan puisi  berjudul Ayah Bundaku oleh Lala dan Karina yang sempat membuat banyak penonton terharu hingga meneteskan air mata. Puisi tersebut merupakan karya bersama murid-murid peserta Gerakan Seniman Masuk Sekolah (GSMS), yang dibimbing oleh Rusdin Tompo, seorang aktivis anak yang juga dikenal sebagai penyair.

Menariknya, dalam MaCCa kali ini ada penampil tamu dari SD Negeri Minasa Upa, yang menampilkan teater gandrang bulo asuhan Rahmat Soni atau akrab disapa Romo.

"Ke depan maunya event ini digarap seperti F8 tapi dalam versi anak-anak," kata Andi Etty. []

Berita terkait
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban