Kapolres Mimika Bantah Adanya Penyanderaan

“Yang bilang menyandera siapa? Tidak ada. Kondisi Banti kondusif, daerah tersebut memang basis KKB, masyarakat memang dibatasi kalau mau keluar harus melalui desa Kimbely,”
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terus melakukan intimidasi dan ancaman bagi masyarakat di kampung Banti dan kampung Kimbely. Seluruh masyarakat dilarang bepergian oleh kelompok kriminal tersebut. (Foto: Ist)

Jayapura, (Tagar 9/11/2017) – Kapolres Mimika, AKBP Victor Dean Mackbon membantah warga kampung atau desa Kimbely dan Banti disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Kepada Tagar, diungkapkannya, kondisi Kampung Kimbely dan Banti masih kondusif, hanya saja ruang gerak warga terbatasi karena dua kampung tersebut merupakan basis dari KKB.

“Yang bilang menyandera siapa? Tidak ada yang menyandera, kondisi Banti kondusif, daerah tersebut memang menjadi daerah basis KKB, masyarakat memang dibatasi karena kalau mau keluar harus melalui desa Kimbely,” ungkapnya kepada Tagar melalui telepon genggam Kamis (9/11).

Hingga kini, pihak kepolisian masih membangun dialog dengan KKB melalui tokoh masyarakat dan agama setempat. “Kami masih membangun dialog dengan kelompok mereka melalui tokoh-tokoh masyarakat baik tokoh agama supaya tidak ada aksi-aksi yang akan mengganggu kamtibmas,”ujarnya.

Hingga saat ini, lanjut Mackbon, belum ada upaya evakuasi dan bila perlu dievakuasi maka pihaknya sudah membuat rencana untuk evakuasi.

“Belum ada upaya evakuasi memang mereka sementara ruang geraknya terbatas jika perlu di evakuasi kami juga telah menyusun rencana untuk evakuasi, aktifitas mereka biasa aja, untuk membeli barang biasa aja,” tuturnya.

Sebelumnya diinfokan, Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terus melakukan intimidasi dan ancaman bagi masyarakat di kampung Banti dan kampung Kimbely. Seluruh masyarakat dilarang bepergian oleh kelompok kriminal tersebut. (tri)

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi