Jakarta, (Tagar 25/7/2018) – Agar dapat membuat perencanaan bisnis yang baik, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut kalangan pengusaha membutuhkan kestabilan nilai tukar rupiah.
"Secara keseluruhan pengusaha tentu inginnya kestabilan karena kalau fluktuasinya besar, kita susah melakukan perencanaan," kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P Roeslani di Jakarta, Rabu (25/7).
Kendati demikian, Rosan mengatakan, saat ini kalangan pengusaha telah memperkirakan kondisi pelemahan nilai tukar rupiah karena kondisi global.
Dia menambahkan, pengusaha telah menyiapkan tiga opsi antisipasi, yakni menurunkan margin keuntungan, melimpahkannya kepada konsumen sehingga harga menjadi naik, atau justru melakukan efisiensi di berbagai aspek.
"Kalau tahu bakal tinggi kita tahu apa yang harus kita lakukan, menurunkan margin, melakukan efisiensi atau membebankan ke konsumen," ujarnya.
Rosan mengakui, dunia usaha telah memperkirakan tren pelemahan rupiah dan telah memasukkan hal tersebut dalam perencanaan bisnis tahun ini dan tahun depan.
Namun, dia memastikan antisipasi hanya akan dilakukan oleh sektor-sektor usaha yang terdampak langsung pelemahan rupiah, terutama bidang usaha yang masih didominasi bahan baku impor.
Sebaliknya, sektor-sektor yang mayoritas mengekspor produknya justru akan menikmati momentum pelemahan rupiah seperti batubara.
"Sebetulnya kita dari pengusaha sudah tahu, sudah memperkirakan akan ada kenaikan suku bunga yang mengakibatkan biaya kita naik. Jadi sebenarnya dalam perencanaan kita tahun ini maupun tahun depan kita sudah masukkan hal itu," kata Rosan P Roeslani.
Menguat
Sebelumnya, meski laju dolar AS melemah terhadap sejumlah mata uang utama dunia. Namun, tidak banyak berimbas pada mata uang rupiah yang masih dalam pelemahannya.
Pergerakan tersebut sesuai dengan perkiraan sebelumnya, di mana belum adanya sejumlah sentimen positif yang signifikan mengangkat rupiah membuat pergerakannya cenderung masih dalam tren pelemahannya.
Nilai tukar rupiah di pasar spot dibuka menguat 0,19 persen menjadi Rp14.517, Rabu (25/7). Begitu juga dengan kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) yang menunjukkan apresiasi 0,18 persen menjadi Rp 14.515.
Namun hingga pukul 10.30 WIB, rupiah mulai terkoreksi, meskipun masih menguat jika dibandingkan perdagangan Selasa (24/7), di pasar spot, satu dolar AS setara dengan Rp 14.525.
Menurut Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, nilai tukar rupiah pada Rabu ini masih berpotensi mendapat tekanan dari dinamika pergerakan mata uang global.
“Depresiasi pada Euro dan keberlanjutan devaluasi Yuan China akan menjadi sentimen negatif bagi mata uang Garuda,” ujarnya.
Euro melemah imbas kecemasan petinggi Uni Eropa terkait ancaman pengenaan tarif impor atau bea masuk oleh Amerika Serikat.
Di sisi internal, reaktivasi Sertifikat Bank Indonesia pada Senin lalu, belum banyak membantu menguatkan rupiah. SBI baru bisa menyerap modal asing setelah tujuh hari masa tunggu (holding period) oleh perbankan sebagai pembeli di pasar perdana selesai atau berarti pekan depan.
Rupiah kembali menembus level Rp 14.500 setelah melemah pada akhir perdagangan kemarin, Selasa (24/7).
Meski dolar AS sempat tertekan dalam beberapa hari terakhir, rupiah mesti tetap waspada dengan potensi penguatan kembali "Greenback", Rabu ini. Rupiah bisa kembali bertenaga jika diberikan sentimen positif dari domestik. [o]