Kader Demokrat NTB: Para Elit Menganaktirikan TGB

Kader Demokrat NTB: para elit menganaktirikan TGB. Mereka kecewa pada sikap elit Jakarta yang tendensius pada TGB.
Kader Demokrat NTB: Para Elit Menganaktirikan TGB | Gubernur NTB TGB Zainul Majdi (kiri) bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan) menghadiri Rembuk Desa Pencegahan Stunting di Desa Dakung, Kecamatan Praya Tengah, Praya, Lombok Tengah, NTB, Kamis (5/7/2018). Kunjungan tersebut dilakukan untuk melihat dari dekat berbagai program pencegahan stunting (anak kerdil) dan upaya konvergensi pada tingkat desa di Lombok Tengah. (Foto: Antara/Ahmad Subaidi)

Mataram, (Tagar 11/7/2018) - Pernyataan sebagian elit DPP Partai Demokrat yang akan memberi sanksi pada M Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) terkait dukungannya kepada Presiden Joko Widodo untuk dua periode mendapat respons kader Partai Demokrat di Nusa Tenggara Barat.

Kader Partai Demokrat NTB M Nashib Ikroman di Mataram, Rabu (11/7) dilansir Antara menilai banyak sikap tidak simpatik dari para elit DPP Partai Demokrat dengan hadirnya Tuan Guru Bajang (TGB) yang merebut perhatian di pentas politik nasional.

"Sebagai kader Demokrat asal NTB, terus terang saya kecewa dengan sikap para elit di DPP Partai Demokrat yang tendensius dan menganaktirikan hadirnya TGB di pentas nasional," kata Acip, panggilan akrab Nasib Ikroman yang juga Ketua Komisi Pemenangan Pemilu Daerah Partai Demokrat NTB.

Ia mencontohkan, salah satu petinggi Partai Demokrat seperti Syarif Hasan yang mewacanakan sanksi atas sikap kader partainya, dinilai tidak simpatik dan mengecewakan para kader partai. Padahal Ketua Umum Partai Demokrat SBY belum memutuskan apa pun atas sikap yang diambil TGB.

"Tidak hanya di NTB tapi juga di daerah lain (banyak kader kecewa), hanya mereka tidak berani bertentangan dengan para elit," ujarnya.

Menurut Acip, seharusnya para elit Partai Demokrat memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama pada semua kadernya.

"Partai Demokrat sebagai parpol yang memiliki ideologi nasionalis religius, justru menganaktirikan TGB yang jelas-jelas profilnya sangat 'pas' dengan Partai Demokrat, sebagai figur yang nasionalis dan religius," ungkap Acip.

Sejauh ini, yang disampaikan TGB dalam pesan tausiyah dan sikap politiknya dalam menghadapi situasi kekinian, yakni 'partai tengah' menunjukkan sikap relevan yang seharusnya menjadi sikap Demokrat.

Acip mengatakan, sebelum Pilkada berlangsung TGB selalu menyuarakan partai yang menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan kelompok atau golongan. TGB selalu menyerukan sikap untuk 'fastabiqul khoirot' dalam politik, tidak memecah-belah bangsa hanya untuk kepentingan politik.

"Apa yang disampaikan TGB 'pas' dengan visi Partai Demokrat," kata Acip.

Namun disayangkan, kata Acip, justru elit DPP Partai Demokrat mau menjatuhkan sanksi kepada TGB yang sudah membesarkan Demokrat di NTB.

"Jadi saya rasa sangat wajar bila saya sebagai kader Demokrat kecewa dan bersuara seperti ini," ujar Acip yang selama ini dikenal sebagai penggerak tim sukses yang memenangkan pasangan Zulkieflimansyah-Sitti Rohmi dalam Pilgub NTB 2018.

Sebagai kader, Acip berharap para elit DPP Partai Demokrat lebih bijak dan mengimplementasikan prinsip-prinsip demokrasi dalam mengemudikan arah partai. 

"Kami yakin, Ketua Umum Partai Demokrat yaitu Bapak SBY melaksanakan prinsip-prinsip demokrasi itu," katanya.

Sanski untuk TGB

Senin (9/7) di Jakarta Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarief Hasan menekankan sikap politik kader partainya Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) yang mendukung Presiden Joko Widodo memimpin dua periode, merupakan ranah dewan kehormatan partai.

"Itu merupakan bidang dewan kehormatan," ujar Syarief Hasan.

Syarief mengatakan sejauh ini belum ada pembahasan di tingkat DPP Demokrat terkait sikap politik TGB.

Mantan Menteri Koperasi itu menegaskan hingga kini TGB masih merupakan kader Demokrat.

Tuan Guru Bajang merupakan anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat. TGB yang juga merupakan Gubernur NTB itu belum lama ini menyatakan mendukung Presiden Jokowi pada Pilpres 2019.

Syarief Hasan menegaskan sikap TGB tidak mewakili Partai Demokrat.

Perbedaan sikap politik di internal Partai Demokrat bukan pertama kali terjadi. Pada Pilkada DKI Jakarta lalu, dua kader Demokrat yakni Ruhut Sitompul dan anggota Dewan Pembina Demokrat Hayono Isman juga berbeda pandangan dengan partainya.

Demokrat menyatakan sanksi pemecatan kepada keduanya. Namun, Hayono menegaskan dirinya lebih dulu mengundurkan diri. (af)

Berita terkait