Kadarsah Sebut ITB Ciptakan Teknologi Restorasi Sungai Citarum

Kadarsah sebut ITB ciptakan teknologi restorasi Sungai Citarum. “Pakar ITB telah meneliti, membuat dan mengaplikasikan teknologi mengatasi limbah,” ujarnya.
SOSIALISASI CITARUM HARUM: Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan memberikan paparan saat sosialisasi Citarum Harum di Graha Tirta Siliwangi, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (20/1). Sosialisasi yang dilakukan kepada organisasi masyarakat (ormas) dan mahasiswa tersebut merupakan langkah awal dari proses revitalisasi Sungai Citarum agar masyarakat peduli pada Citarum yang kondisinya kian memprihatinkan. (Foto: Ant/Raisan Al Farisi).

Bandung, (Tagar 20/1/2018) – Prof Kadarsah menuturkan, ITB telah menciptakan sebuah aplikasi teknologi lingkungan yang dapat digunakan untuk restorasi Sungai Citarum.

Subdit Humas dan Publikasi Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam siaran persnya, Sabtu (20/1), menyatakan hal tersebut diutarakan oleh Rektor ITB Prof Kadarsah saat menjadi pemateri pada Sosialisasi Program Citarum Harum Tahun 2018, yang diadakan oleh Kodam III Siliwangi, di Graha Tirta Siliwangi Bandung, Sabtu (20/1).

Menurut Kadarsah, pakar ITB telah meneliti, membuat dan mengaplikasikan teknologi untuk mengatasi limbah cair dan juga limbah sampah rumah tangga.

Disebutkan, ITB memiliki dua mesin pengolah bricket yang dapat mengolah sampah rumah tangga dengan kapasitas maksimal masing-masing 25 kilogram dan 100 kilogram setiap hari.

Mesin itu merupakan hasil riset mahasiswa dan dosen dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB. Kemudian pengolahan limbah cair domestik menggunakan Bio-Septik tank yang sudah diterapkan di Komplek Permukiman Dago Pojok.

Di komplek asrama kampus Jatinangor, ITB juga sudah mengaplikasikan sistem Johkasou dari hasil riset teknik lingkungan.

Untuk limbah peternakan dapat diolah menggunakan teknologi bio-digester yang memproses kotoran ternak atau tinja manusia menjadi biogas. Gas bio ini tentunya bermanfaat untuk keperluan memasak sebagai pengganti gas elpiji dalam rumah tangga.

Ia menyebutkan, perhatian khusus perlu ditujukan bagi industri yang masih memiliki rapor merah akibat memproduksi limbah yang tidak sesuai aturan dan ketentuan baku.

Kadarsah merekomendasikan adanya revitasi IPAL (instalasi pengolahan air limbah) industri melalui konsultasi teknis, modifikasi IPAL, bersama para insinyur dari Teknik sipil, Teknik Lingkungan dan Kimia.

Pelatihan teknologi produksi bersih bagi industri agar industri tersebut mampu mengurangi (reduce), menggunakan kembali (reuse) serta melakukan daur ulang (recycle) sampah industrinya.

Ilmuwan ITB juga telah berhasil mengembangbiakkan bakteri pemakan limbah seperti immobilize alive petrophilic bacteria dan immobilized alive aerobic bacteria.

Kadarsah menjelaskan, kondisi Sungai Citarum dengan menampilkan peta kondisi geografis Sungai Citarum yang diperoleh dari hasil penelitian teknik geodesi dan geomatika.

Dia menuturkan, food (pangan), energi, dan water (air) berasal dari air Sungai Citarum. Pertanian, perikanan, dan peternakan sudah semestinya dapat hidup berkat aliran air anak Sungai Citarum.

Kemudian dari hulu ke hilir Sungai Citarum dapat ditemui Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Jatiluhur yang menghasilkan energi listrik sekitar 1.188 Mega Watt dan sekitar 20,7 juta warga dihidupi oleh aliran anak Sungai Citarum.

Menurut dia, limbah industri, limbah domestik atau limbah rumah tangga, serta limbah kotoran ternak juga tinja manusia, dan erusi serta sedimentasi merupakan akar masalah pencemaran air Sungai Citarum.

"Tingkat turunnya mutu air Sungai Citarum akibat limbah tersebut tidak hanya dapat dilihat dari kuantitas air limbah, melainkan juga kualitas air limbah," kata dia.

Limbah industri meskipun kuantitasnya lebih sedikit dibandingkan limbah rumah tangga, namun kualitas pencemarannya lebih tinggi, sehingga membutuhkan proses yang lebih lama untuk memperbaikinya.

"Pasalnya mutu air sungai menentukan apakah air tersebut dapat digunakan untuk keperluan air minum, sarana rekreasi air, peternakan atau budidaya ikan air tawar, dan pertanaman," kata dia. (ant/yps)

Berita terkait