Jukir Uzur di Siantar Tetap Semangat Berpuasa

Jalannya perlahan dan kondisi tubuh sudah membungkuk. Namun semangat mengatur motor dan mobil yang parkir tak pernah patah.
Anwar Tanjung (84) sedang istirahat di depan toko ponsel. (Foto: Tagar/Fernandho Pasaribu)

Pematangsiantar - Jalannya perlahan dan kondisi tubuh sudah membungkuk. Namun semangatnya mengatur sepeda motor dan mobil yang parkir depan toko ponsel di Jalan Bandung, Kota Pematangsiantar, Sumut tak pernah patah.

Anwar Tanjung (84), warga Gang Sewu, Jalan Sriwijaya ini sempat berniat untuk pensiun dari pekerjaannya sebagai juru parkir (jukir). Namun, dia urungkan, impitan ekonomi memaksanya tetap bekerja.

Menjadi jukir selama 49 tahun. "Dari usia 35 tahun aku menjadi tukang parkir sampai sekarang ini. Aturan sudah pensiun, tetapi macam manalah di rumah pun gak ada apa-apa ya terpaksa harus kerja. Aku gak mau lumpuh, makan tidur di rumah gak bergerak," ucapnya kepada Tagar, Sabtu 24 Mei 2019 kemarin.

Baca juga: Bara JP Siantar: Selamat Buat Jokowi-Ma'ruf

Bulan Ramadan, ayah empat anak ini tetap menjalani puasa. Meskipun dia hanya sanggup menjalaninya setengah hari. "Saya coba puasa setengah hari gitu, gak tahan juga sehari full karena keadaan seperti ini," katanya

Anwar berpenghasilan Rp 30 ribu sehari. Dia rasa itu tidak cukup, apalagi jumlah itu masih harus dibagi dua dengan kepala parkir di kawasan tersebut.

"Kalau dapat Rp 30 ribu bagi dualah sama toke. Kadang ada yang kasih uang parkir kadang ada juga yang gak mau kasih," katanya.

Selepas kerja, Anwar pulang ke gubuknya, berdinding tepas terbuat dari bambu. Anaknya ada yang merantau, namun dia jarang dapat kiriman.

Satu putrinya sudah menikah, saat ini tinggal dengannya. Pun tidak memiliki penghasilan menentu, karena suami putrinya cuma kuli bangunan.

Baca juga: Himapsi Minta Pilkada Siantar Digelar 2020

"Ada anak satu, punya anak empat, kadang saya juga yang bantu biaya hidupnya. Orang suaminya kerja bangunan, kadang gak kerja kalau gak ada bangunan ya nganggur lah," ucap pria yang telah ditinggal meninggal istrinya selama enam tahun.

Sehari-hari Anwar berjalan selama dua jam dari rumah ke tempat dia menjaga parkir.

"Kadang ada yang mau nolong, dibonceng naik kereta (motor) tapi sudah gak berani, takut jatuh. Karena badan sudah goyang-goyang. Mau sampai dua jam karena jalan pelan-pelan, kalau buru-buru takut jatuh," tambahnya.

Anwar sejauh ini tidak menjadi peserta BPJS dan tidak pernah menerima asuransi kesehatan dari Pemerintah Kota Pematangsiantar.[]

Berita terkait