Jual-Beli Berbasis Daring Tidak Ancam Pusat Perbelanjaan

Maraknya masyarakat yang mulai beralih pada jual-beli berbasis online atau daring tidak membuat pusat perbelanjaan modern terancam sepi pengunjung.
PENUTUPAN KANTOR GOJEK PADANG: Petugas Dishub memasang tanda penutupan kantor angkutan daring "Gojek", di Padang, Sumatera Barat, Rabu (20/9). Pascaprotes sopir angkot, Pemkot Padang menutup kantor operasional angkutan dalam jaringan (daring) Go-Jek, karena beroperasi tidak mengantongi izin dari pemerintah daerah setempat. (Foto: Ant/Iggoy el Fitra).

Surabaya, (Tagar 22/9/2017) – Maraknya masyarakat yang mulai beralih pada jual-beli berbasis online atau dalam jaringan (daring) tidak membuat pusat perbelanjaan modern seperti mall dan plaza di Kota Surabaya, Jawa Timur terancam sepi pengunjung.

"Setidaknya untuk lima tahun ke depan prospek pusat perbelanjaan di Indonesia masih menjanjikan," ujar Direktur PT Pakuwon Jati Sutandi Purnomosidi di Surabaya, Jumat (22/9).

Dia mencontohkan, PT Pakuwon Jati yang menguasai bisnis pusat perbelanjaan, dengan sejumlah mall dan plaza yang tersebar di beberapa wilayah Kota Surabaya, justru semakin mengembangkan usahanya dengan membuka pusat perbelanjaan baru.

Setelah pada bulan Februari lalu membuka Pakuwon Supermall di kawasan Surabaya Barat, kini PT Pakuwon Jati akan semakin memperluas ikon pusat perbelanjaan di jantung kota Surabaya, Tunjungan Plaza (TP), dengan mendirikan TP 6, yang secara resmi akan dibuka perdana untuk umum pada Sabtu (23/9) besok.

"Beberapa kali memang saya tanyakan kepada beberapa penyewa besar di sejumlah pusat perbelanjaan Pakuwon Group dan mereka menyatakan tidak begitu mengkhawatirkan penjualan daring sebagai pesaing," ujarnya.

Alasannya, lanjut dia, infrastuktur serta konektivitas internet di Indonesia masih belum mendukung penjualan daring.

Selain itu, Sutandi meyakini, masyarakat saat ini hanya melakukan jual-beli daring pada produk-produk tertentu saja.

"Masih banyak masyarakat yang harus datang ke pusat perbelanjaan untuk mencari produk yang dibutuhkannya," ujarnya.

Dia menambahkan, data statistik penjualan maupun kunjungan masyarakat di pusat-pusat perbelanjaan di bawah jaringan Pakuwon Group selama ini selalu menunjukkan grafik meningkat.

"Seluruh tempat yang kami sewakan di pusat-pusat perbelanjaan jaringan Pakuwon Group selalu terisi di atas 95 persen," ucapnya.

Sedangkan untuk kunjungan masyarakat, dia mencontohkan di Pakuwon Supermall yang baru dibuka pada Februari lalu, rata-rata bisa mencapai 17 ribu orang pada hari-hari biasa, serta bisa mencapai 25 ribu orang pada akhir pekan.

"Pakuwon Supermall ini meski baru dibuka sudah menjadi pusat perbelanjaan yang paling ramai di antara pusat perbelanjaan jaringan Pakuwon Group. TP kalah ramai. Kalau TP rata-rata pengunjungnya 17 ribu pada hari-hari biasa dan mencapai 20 ribu pada akhir pekan," kata dia menjelaskan.

Sedangkan TP 6 yang akan dibuka perdana besok, Sutandi mengatakan 80 persen ruang yang disewakan sudah terisi dan diperkirakan sudah mencapai 95 persen pada bulan Desember mendatang.

Mengacu pada data statistik yang dinilai positif bagi bisnis pusat perbelanjaan itu, PT Pakuwon Jati malah sudah mencanangkan untuk membangun TP 7, memanfaatkan lahan nganggur yang dulunya ditempati Supermarket UFO di Jalan Embong Malang Surabaya.

Intinya, dia menambahkan, bisnis pusat perbelanjaan agar selalu ramai dikunjungi terletak pada pelayanannya yang ramah serta tempatnya yang selalu bersih dan nyaman. Menurutnya, Plaza Glodok di Jakarta gulung tikar bukan karena kalah bersaing dengan penjualan daring, melainkan pengelolanya tidak mau membenahi pelayanannya.

"Karena orang-orang datang ke pusat perbelanjaan itu sudah menjadi kebutuhan. Masyarakat telah menjadikan pusat perbelanjaan sebagai tempat berkumpul. Sudah menjadi gaya hidup. Sehingga pelayanan harus kami utamakan agar masyarakat betah untuk kembali lagi ke Mall," ucapnya. (yps/ant)

Berita terkait