Jokowi Ungkap Kenapa Batak Banyak Jadi Pengacara

Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana dan sejumlah menteri mendapat berbagai cerita dan kisah tentang Batak pada zaman dahulu kala.
Presiden Jokowi melihat sejarah peradaban penegakan hukum di Samosir pada zaman dahulu kala. (foto:Fb/Presiden Joko Widodo)

Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi Ibu Negara Iriana dan sejumlah menteri mendapat berbagai cerita dan kisah tentang Batak pada zaman dahulu kala, selama tiga hari memantau perkembangan tempat wisata dan pembangunan infrastruktur di kawasan Danau Toba Sumatera Utara. 

Kala itu, Jokowi berkunjung ke Huta Siallagan, Kabupaten Samosir. Dia mendapatkan cerita di balik banyaknya orang Batak terjun ke dunia hukum. Dalam akun Instagram miliknya, ia mengungkapkan mengapa banyak orang Batak yang menjadi pengacara.

Sidang pengadilan di sini dihadiri raja, adik-adik raja, penasehat terdakwa, penasehat korban, dan penasehat kerajaan.

Tahukah Anda mengapa banyak orang Batak jadi pengacara? Katanya memulai kisah yang beliau dengarkan dari salah satu keturunan Raja Siallagan ke-17, mengapa banyak Batak berprofesi sebagai pengacara.

"Ini hikayat yang saya dapatkan saat berkunjung siang tadi di kampung tua Huta Siallagan, kampung yang namanya diambil dari nama Raja Laga Siallagan, garis keturunan suku Batak asli," katanya.

JokowiJokowi didampingi Ibu Negara Iriana mendapat berbagai cerita dan kisah tentang Batak pada zaman dahulu kala. (Foto: Instagram/jokowi)

Jokowi menceritakan tentang peradapan penegakan hukum di Samosi pada saat itu. Dimana lokasi yang dia singgahi menampakkan adanya bangunan batu yang berbentu kursi dan meja. Konon menurut cerita yang didengarnya bahwa tempat itu merupakan tempat dimana orang Batak dihukum saat memiliki masalah yang bertentangan dengan Adat Batak.

"Kampung itu masih di area Danau Toba, tepatnya Desa Ambarita, Kabupaten Samosir. Inilah kampung yang konon titik awal sejarah peradaban penegakan hukum di Samosir pada zaman dahulu kala. Keturunan raja ke-17 Siallagan, Gading Jansen Siallagan, mengisahkan, di kampungnya masih ada bekas 'batu persidangan', berbentuk sebuah meja dengan kursi tersusun melingkar, tempat sang raja mengadili pelanggar hukum adat," tulisnya di akun Instagram @jokowi.

Pada saat menjalani persidangan, sama halnya seperti persidangan yang ada saat ini. Sidang itu dihadiri para pakar hukum. Itu sebabnya banyak orang Batak yang menjadi pengacara.

"Sidang pengadilan di sini dihadiri raja, adik-adik raja, penasehat terdakwa, penasehat korban, dan penasehat kerajaan. Nah, kata Gading Jansen, penasehat kerajaan ini kalau di zaman sekarang disebut pengacara. 'Jadi jangan aneh, Bapak, kalau orang Batak banyak jadi pengacara. Kayaknya, mereka itu lulusan Siallagan semua,' katanya," tulis Jokowi di akun Instagramnya.

Sementara itu, Ruhut Sitompul menjelaskan, banyaknya orang Batak menjadi pengacara karena memiliki prinsip dan ketegasan.

"Karena orang Batak itu, hidup ini prinsip. Jadi orang Batak berani mengatakan yang benar itu benar dan yang salah itu salah. Yang penting suaranya kuat," katanya melalui telepon seluler kepada Tagar, Kamis, 1 Agustus 2019.

Kebanyakan suara orang Batak dengan nada yang tinggi juga berpengaruh mengalahkan lawan dipersidangan. Meski memiliki badan kecil, katanya jangan anggap remeh dengan orang Batak.

"Jadi memanggil orang dari rumah satu ke rumah yang lain kan jauh, harus kuat. Makanya di pengadilan pun harus gitu. Jadi suaranya lantang. Tegas dan tidak KKO (Kanan Kiri Oke). Dia berada ditengah membela kebenaran," ujarnya. 

Orang Batak itu Partubu Na Gelleng (berbadan kecil) tapi jangan lihat dia orang kecil tapi dia berani.[]

Baca juga: 

Berita terkait