Jokowi Tegas Buka New Normal Harus Pakai Data

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan keputusan untuk membuka tatanan kehidupan normal baru (new normal) di setiap harus pakai data keilmuan.
Presiden Joko Widodo menyampaikan keterangan pers seusai meninjau persiapan penerapan standar normal baru di Mall Summarecon Bekasi, Jawa Barat, Selasa (26/5/2020). (Foto: Antara/Rangga Pandu Asmara Jingga)

Jakarta - Presiden Joko Widodo mengingatkan keputusan untuk membuka tatanan kehidupan normal baru (new normal) di setiap daerah harus didukung data-data keilmuan yang menunjukkan penurunan kasus Covid-19. 

“Jangan sampai kita berani membuka, masuk ‘new normal’ (normal baru) tapi keadaan datanya masih belum memungkinkan. Jangan dipaksa. Sehingga tahapan-tahapan harus betul-betul disiapkan,” ujar Presiden Jokowi dalam kunjungannya ke Posko Penanganan Covid-19 di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 30 Juni 2020. 

Hati-hati, jangan membuat kebijakan tanpa membuat data, ilmu, yang jelas.

Mantan Wali Kota Solo itu menekankan pentingnya setiap kepala daerah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 harus berpegang pada data keilmuan (science). 

Baca juga: Mahfud Md Jawab Spekulasi Jokowi Reshuffle Menteri

Jokowi juga mengatakan para kepala daerah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 daerah harus selalu melibatkan praktisi seperti ahli epidemiologi, ilmuwan, dan para tenaga medis, dalam setiap pengambilan keputusan.

“Jangan sampai membuka pada tatanan baru ‘new normal’, tapi tidak melalui tahapan-tahapan yang benar. Setiap kita buat kebijakan, tolong yang namanya data keilmuan itu dipakai,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta itu. 

Dalam membuka fase normal baru, kata Jokowi, ada tahapan prakondisi dengan menyosialisasikan kepada masyarakat soal pelaksanaan protokol kesehatan secara disiplin. 

Setelah itu, kepala daerah dan Gugus Tugas setempat harus menentukan waktu yang tepat untuk benar-benar membuka era normal baru. 

Baca juga: Jokowi Marah, Pengamat: Kinerja Menteri Belum Baik

“Jangan sampai R-t (angka reproduksi virus) masih tinggi di atas 1, R-naught masih tinggi, kita berani buka. Hati-hati, jangan membuat kebijakan tanpa membuat data, ilmu, yang jelas,” ujarnya.

Setelah itu, kepala daerah dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menentukan sektor yang menjadi prioritas untuk memasuki normal baru tergantung perkembangan data dan karakteristik daerah tersebut. 

“Tidak langsung dibuka semuanya. Apakah sektor industrinya sudah memungkinkan silakan. Apakah sektor pariwisatanya sudah memungkinkan silakan. Tapi juga mungkin masih dibatasi (kapasitasnya),” ujarnya. 

Jokowi mencontohkan daerah pariwisata yang memiliki kapasitas 1.000 orang, pada tahap awal pembukaan normal baru, perlu ada pembatasan kunjungan menjadi 500 orang. Setelah itu, keberlangsungan normal baru harus dievaluasi. Jika fase normal baru malah mendorong penambahan kasus Covid-19 di daerah, maka fase tersebut harus dihentikan. 

“Setiap hari, setiap minggu, setiap dua minggu terus dievaluasi, dimonitor dan dievaluasi. Kalau keadaannya naik, ya tutup lagi. Harus berani seperti itu,” ujar Jokowi. []

Berita terkait
3 Menteri Paling Layak Direshuffle Jokowi
Ada tiga orang nama menteri di Kabinet Indonesia Maju yang kemungkinan dilengserkan Presiden Joko Widodo.
Martin Benarkan Jokowi, Soal Lambatnya Anggaran UMKM
Martin Manurung membenarkan pernyataan Presiden Joko Widodo terkait lambatnya penyaluran anggaran stimulus penanggulangan dampak Pandemi Covid-19.
Jokowi Pantau Relokasi Investasi Asing ke Indonesia
Presiden Jokowi kembali melakukan kegiatan di luar kota untuk melakukan kunjungan kerja ke Jawa Tengah untuk pantau pemaparan investasi asing.