Untuk Indonesia

Jokowi, Presiden Tanpa Baliho

Sejak ia memimpin, nyaris tidak ada gambar wajahnya di baliho-baliho besar di pinggir jalan. - Ulasan Denny Siregar
Presiden Joko Widodo. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)

Oleh: Denny Siregar*

Sejak dulu andalan SBY dalam mengangkat namanya adalah iklan. Mulai dari televisi sampai baliho, selalu muncul SBY.

Ingat iklan "katakan tidak pada korupsi"? Iklan Partai Demokrat itu tayang ratusan kali di hampir semua stasiun televisi, kebayang berapa ratus miliar rupiah uang keluar hanya untuk membangun citra.

Masalahnya apakah antara pembentukan citra dengan uang besar itu sejalan dengan apa yang dicitrakan??

Sejarah mencatat bahwa banyak kader Demokrat yang terjerat KPK. Mulai dari Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh sampai almarhum Soetan Batughana. Jadi memang ada upaya untuk menutupi masalah yang ada di dalam dengan iklan besar-besaran. Seakan bisa menutupi bau busuk dengan dilapisi selembar koran.

Model yang sama digunakan untuk mengangkat nama AHY jelang penentuan capres kemarin. Iklannya besar-besar di lokasi strategis, dan dikabarkan menelan dana puluhan miliar rupiah. Apa hasilnya? Tidak ada. AHY pun seperti menghilang ditelan macan.

Dan SBY tiba-tiba keluar lagi dengan ratusan baliho, tidak ada angin tidak ada hujan. Dan supaya semakin menarik perhatian, dibangunlah drama tangis menangis karena baliho dirobek orang. Tentu ada maksud di balik tangisan itu, supaya bisa menarik perhatian nasional.

SBY dan Demokrat adalah produk yang dibangun dengan iklan, menampilkan hal yang bagus-bagus saja untuk dicitrakan tetapi keropos di dalam.

Beda sekali dengan Jokowi....

Sejak ia memimpin, nyaris tidak ada gambar wajahnya di baliho-baliho besar di pinggir jalan. Iklan televisi pun tidak ada. Tetapi wajahnya selalu tampil di mana-mana dalam banyak cerita keberhasilan. Mulai dari selesainya jalan tol yang mangkrak puluhan tahun sampai transaksi mayoritas saham Freeport.

Jokowi adalah seorang pencerita, story teller, bukan pemimpin yang besar di baliho. Berapa rupiah yang dikeluarkan Jokowi untuk membangun citra pribadinya? Nol rupiah, tentu saja. Sebuah cara yang murah dan elegan....

Jadi gak mungkinlah kita temukan berita Jokowi nangis sesenggukan karena balihonya dirusak di pinggir jalan. Bagi Jokowi, fitnah kepada dirinya justru adalah marketing terbaiknya....

Kalau sepaham, angkat cangkir kopinya....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Jambi Apresiasi Kementan dalam Penanganan PMK
Wakil Gubernur Jambi Abdullah Sani menyambut baik langkah Kementerian Pertanian (Kementan) yang telah membantu menyalurkan vaksin PMK.