Jokowi Pemimpin Energi Positif, Prabowo Pemimpin Energi Negatif

Jokowi pemimpin energi positif, bekerja untuk kebesaran bangsa. Prabowo pemimpin energi negatif,bilang Indonesia mau bubar.
Calon presiden RI Prabowo Subianto (kiri) dan calon presiden RI Joko Widodo (kanan). (Foto: Antara)

Jakarta, (Tagar 16/10/2018) - Jokowi pemimpin energi positif, Prabowo pemimpin energi negatif. Jokowi sukses menyelenggarakan tiga event internasional dalam waktu berdekatan; Asian Games 2018, Asian Para Games 2018, dan Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia di Bali. Sementara Prabowo masih berputar-putar di retorika dan bilang Indonesia akan bubar, ekonomi bangsa adalah kebodohan.

Indonesia mau bubar, bahwa ekonomi bangsa adalah kebodohan. Lalu di mana kesadaran sejarah dan nasionalisme pemimpin seperti ini?" katanya.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

"Selamat kepada Presiden Jokowi. Pelaksanaan Asian Games, Asian Para Games, dan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank telah berjalan sukses dan membanggakan bangsa Indonesia," kata Hasto Kristiyanto melalui pernyataan tertulisnya, di Jakarta, Minggu dilansir Antara.

Asian Games XVIII diselenggarakan di Jakarta dan Palembang pada 18 Agustus-2 September, Asian Para Games diselenggarakan di Jakarta pada 7-13 Oktober, serta Pertemuan Tahunan IMF-WB diselenggarakan di Bali pada 8-14 Oktober.

Menurut Hasto Kristiyanto, keberhasilan ketiga event internasional tersebut terbukti bahwa menyuarakan semangat nasionalisme telah menyatukan perbedaan.

Hal itu, kata dia, yang sebenarnya menjadi landasan prestasi, bahwa tiga event internasional sekaligus berkaitan dengan mengharumkan nama bangsa.

"Ketika semua pihak menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya, maka disability pun berubah menjadi ability. Api ability untuk Tanah Air inilah yang membakar semangat dan menorehkan prestasi. Selamat atas perolehan 37 medali emas Asian Para Games dan menempatkan Indonesia pada peringkat kelima," kata Hasto.

Baca juga: Jokowi-Ma'ruf Istimewa Karena Mereka Rakyat Jelata

Hasto menegaskan, PDI Perjuangan sungguh berbangga, bukan karena pujian Presiden Asian Paralympic Committee (APC), Majed Rashed, yang mengapresiasi Indonesia sebagai penyelenggara terbaik. 

"Pujian sudah selayaknya ditujukan bagi seluruh atlet, relawan, dan suporter yang tergerak mata hatinya untuk mengatakan 'kami mampu, dan kami tidak pernah menyerah; kami berprestasi untuk bangsa dan negara Indonesia Tercinta'," katanya.

Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo-Ma'ruf Amin ini menambahkan, peradaban sebuah bangsa dapat dilihat dari api semangat untuk bekerja kolektif, membangun sistem, mengejar prestasi, simpati terhadap proses dan hadirnya budaya penemuan bagi kemajuan bangsanya.

"Saya sungguh bergetar dan terharu melihat semangat yang ditunjukkan oleh para atlet kita. Itulah yang saya rasakan ketika melihat bagaimana para atlet Indonesia di cabang olahraga voli duduk bertanding," katanya.

Menurut Hasto, perjuangan para atlet difabel Indonesia, ini tidak sekadar perjuangan memperoleh medali, tapi pertunjukan semangat para atlet difabel yang memiliki ability.

"Sungguh sebuah atmosfer yang menggetarkan dengan menonton langsung. Itulah sebabnya, saya waktu itu mengajak semua pihak untuk menonton Asian Para Games. Para atlet Indonesia mempertontonkan nasionalismenya yang jelas-jelas butuh dukungan, tapi di sisi lain ada pihak yang justru mengarahkan massanya ke kepolisian hanya karena tidak mau bertanggung jawab sendirian atas kebohongan terencana yang dijalankannya," katanya.

Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan dua event olahraga internasional, menurut dia, akan menjadi pengalaman berharga bagi bangsa Indonesia "Kini kita menatap dengan lebih percaya diri, bahwa sejatinya Indonesia adalah bangsa pelopor, bangsa pejuang dan bangsa yang bisa berprestasi," katanya.

Percaya Diri Bangsa

Hasto Kristiyanto mengatakan keberhasilan penyelenggaraan Asian Games, Asian Para Games, dan Annual Meeting IMF WorldBank terbukti efektif membangun kepercayaan diri bangsa.

"Pada tahun 1955, Indonesia hadir sebagai bangsa pelopor. Hanya dalam waktu kurang dari 6 tahun setelah berjuang mendapatkan kedaulatan politik secara penuh, Indonesia mengguncangkan dunia melalui Konferensi Asia Afrika yang menelurkan Dasasila Bandung," kata Hasto. 

Menurut dia, semangat yang sama kini dirasakan bangsa Indonesia saat ini.

"Di tengah kritik yang sangat deras, bahkan lebih deras dari air terjun Niagara, Pak Jokowi tetap menunjukkan kualifikasi kepemimpinan yang terus bekerja," kata Hasto.

Ia mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah berhasil menyelenggarakan tiga event internasional dengan baik, sementara lawan politiknya dalam Pilpres 2019 masih mengandalkan retorika.

"Terima kasih Pak Jokowi atas kerja untuk nama harum bangsa," kata Hasto.

PDI Perjuangan melihat keberhasilan tersebut bukan kebetulan.

"Bangsa Indonesia sebenarnya bangsa pejuang. Laksamana Laut Perempuan Pertama di Dunia, Malahayati mampu mengalahkan Cornelis de Houtman. Demikian pula, arek-arek Suroboyo mampu menewaskan Brigjen Mallaby," katanya.

Dalam perspektif sejarah, abad kedelapan ini telah menghasilkan capaian peradaban yang luar biasa melalui Candi Borobudur.

"Kini masih ada saja pemimpin yang selalu meneriakkan energi negatif bahwa Indonesia mau bubar, bahwa ekonomi bangsa adalah kebodohan. Lalu di mana kesadaran sejarah dan nasionalisme pemimpin seperti itu?" katanya.

Hasto mengatakan bahwa bangsa Indonesia memerlukan pemimpin yang uji banting, tetap rendah hati menghadapi kritik, dan terus bekerja untuk kebesaran bangsanya.

"Bayangkan saja, mereka yang mohon maaf dikategorikan difabel saja mampu membawa nama harum bangsa dan mempersembahkan 37 emas dengan peringkat ke-5. Mereka memahami semangat ability dan rasa cinta pada bangsanya sebagai energi juang yang menyala-nyala," katanya.

Hasto juga mengatakan bahwa para pemimpin bangsa ini sudah selayaknya belajar dan mengambil inspirasi dari Asian Para Games.

"Para atlet justru menjadi sempurna dalam keterbatasan. Inilah inspirasi Indonesia: menjadi pelopor bagi tatanan dunia baru yang lebih makmur dan berkeadilan," katanya. []

Berita terkait
0
Luka Tembak di Bagian Belakang Kepala Brigadir J, Apakah Ini Titik Terang Pembunuhan Berencana
Luka tembak di bagian belakang kepala hingga tembus hidung Brigadir J, apakah ini titik terang pembunuhan berencana seperti dugaan keluarga.