Jokowi, Parameter Politik Indonesia yang Dibicarakan Dua Kubu

Mereka menyoroti Jokowi sebagai bahan perbincangannya, bukan memperkenalkan programnya masing-masing.
Diperbincangkan kedua kubu, "Sosok Jokowi kini jadi self-centred figure yang jelas sangat dikenal meluas publik," ujar Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati.

Jakarta, (Tagar 18/10/2018) - Dalam hitungan bulan, dua calon presiden akan bertarung dalam Pilpres. Namun, dua kubu petarung baik kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun kubu Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, masih saja menyoroti Jokowi sebagai bahan perbincangannya, bukan memperkenalkan programnya masing-masing.

"Nah terkait pencantuman nama Jokowi sendiri baik dari koalisi maupun oposisi sebenarnya adalah upaya mereka untuk meraih simpati publik," ungkap Peneliti di Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wasisto Raharjo Jati kepada Tagar News, di Jakarta, Kamis (18/10).

Menurutnya, apapun yang sedang diperbincangkan kedua kubu karena mereka sadar Jokowi akan menjadi parameter politik di Indonesia. Terlebih Jokowi kini menjadi  figur yang paling diperbincangkan publik.

"Ya, saya pikir nama Jokowi saat ini dan ke depan akan menjadi parameter politik di Indonesia. Sehingga, apapun yang sedang dan telah dilakukan selama pemerintahannya akan menjadi indikator utama," ujarnya

Presiden JokowiPresiden Joko Widodo meninggalkan lapangan usai membuka Asian Para Games 2018 di Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta, Sabtu (6/10/2018). (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

"Juga karena sosok Jokowi kini jadi self-centred figure yang jelas sangat dikenal meluas publik," sambung Wasisto.

Kubu Jokowi-Ma'ruf sudah jelas memperbincangkan Jokowi secara positif, namun sebaliknya kubu Prabowo-Sandi yang nyinyir pada tindak tanduk Jokowi. Sikap nyinyir itu, ia nilai sebagai sentimen personal ketimbang suara timses, yang memang wajar meski kadang menimbulkan emosi publik.

"Sikap nyinyir itu lebih pada sentimen personal daripada mewakili timses ya. Nah terkait, sentimen personal ini kan wajar karna merupakan rival, hanya saja nyinyirnya mereka ini kadang bersifat reaktif dan cenderung emosional," terangnya.

Tapi, ia yakin sebenarnya perbincangan seputar Jokowi bukan karena kedua kubu belum siap beradu program. Sebab, keduanya masih menunggu momentum yang tepat untuk melemparkannya kepada publik.

"Saya pikir mereka punya progam, namun menunggu momen pas untuk mempublikasikannya. Ini lebih pada strategi politik," tandasnya.

Kritik Kubu Prabowo
Perlu diketahui, sebagai Presiden RI memang Jokowi kerap kali dikritik dengan segala permasalahan oleh kubu Prabowo-Sandi. Semisal ketika Jokowi berpidato di IMF-World Bank Annual Meetings 2018, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).

Dalam cuitan twitternya Wakil ketua Umum Gerindra Fadli Zon menilai pidato Jokowi tak menunjukan wibawa dirinya sebagai presiden di depan pejabat ekonomi internasional.

"Pidato Presiden @jokowi kemarin, yang menyatakan, "Kami bergantung pada Bapak/Ibu semuanya, para pembuat kebijakan moneter dan fiskal dunia untuk menjaga komitmen kerja sama global,” sama sekali tak menunjukkan wibawa, tulisnya pada akun miliknya @fadlizon, Senin (15/10).

Tweet Fadli ZonFadli Zon menulis ktitikan terhadap Presiden Joko Widodo yang berpidato di forum IMF-World Bank Annual Meetings 2018. (Foto: Twitter/ @fadlizon)
Terlebih, ketika Jokowi membuat analogi film serial Games of Thrones yang menurutnya tak tepat. Karena, ia mengganggap analogi tersebut hanya untuk mengambil simpati pemilih muda, bukan pejabat ekonomi yang hadir di forum.

"Menurut saya, Presiden mengambil analogi ‘Games of Thrones’ hanya untuk mengambil simpati pemilih muda di tanah air saja, tapi apakah analogi itu tepat disampaikan di hadapan pemimpin-pemimpin dunia, menurut saya kok sepertinya tidak," tulis cuitannya yang bersambung itu.

Tweet Fadli ZonFadli Zon menulis kritikan terhadap Presiden Joko Widodo yang pidato dengan analogi Game of Thrones. (Foto: Twitter/ @fadlizon)

Padahal, ketika penutupan IMF-World Bank Annual Meetings 2018, semua pejabat yang hadir berkomentar positif atas pertemuan tersebut. Termasuk Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde yang memuji upaya panitia nasional yang tetap dapat menyelenggarakan pertemuan di tengah berbagai bencana yang melanda Indonesia.

"Anda telah betul-betul melakukan pekerjaan yang baik di bawah kepemimpinan Pak Luhut, Sri Mulyani, Gubernur Perry, dan dengan dukungan Presiden Jokowi," tukas Lagarde. []



Berita terkait
0
Presiden Jokowi Ajak Semua Kekuatan Bangsa Gerak Bersama Turunkan Stunting
Presiden Jokowi ajak seluruh komponen bangsa untuk gerak bersama dalam menurunkan stunting dengan seluruh akar permasalahannya