Jokowi Minta Pendukungnya Tidak Terlena Hasil Survei

Jokowi memberikan dua contoh survei yang meleset, yaitu referendum Brexit dan kekalahan Hillary Clinton.
Calon presiden nomor urut satu Joko Widodo (kanan) menyapa peserta jalan sehat bertajuk Sehat Bersama #01JokowiLagi di Lampung, Sabtu (24/11/2018). (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Jambi, (Tagar 16/12/2018) - Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo mengingatkan kepada pendukungnya juga tim kampanyenya untuk tidak terlena pada hasil survei. Bahwa hasil survei pemilihan presiden dapat meleset karena ada perubahan kondisi politik dan ekonomi global yang dapat berdampak ke situasi nasional.

"Tiga minggu sebelum referendum Brexit (British Exit), saya bertemu dengan PM Inggris, David Cameron. Pak Cameron referendumnya bagaimana kira-kira. Dia jawab, Presiden Jokowi pasti kita menang besar, bukan sedikit," kata Jokowi di Jambi, Minggu (16/12) mengutip pembicaraannya dengan David Cameron.

Ternyata harapan Cameron untuk menang besar pada referendum Brexit, ternyata kalah.

Baca juga: Jokowi Minta Pendukungnya Belajar dari Kekalahan Hillary Clinton

"Artinya perkiraan-perkiraan itu meleset," kata Jokowi pada pembekalan calon anggota legislatif dan rapat Tim Kampanye Daerah (TKD) di Hotel Abadi, Jambi.

Pencabutan keanggotaan Britania Raya dari Uni Eropa (UE) atau Brexit terjadi berdasarkan hasil dari referendum Brexit yang diadakan pada Kamis 23 Juni 2016.

Referendum itu diikuti 30 juta pemilih, dengan hasil 51,9 persen memilih untuk keluar dari Uni Eropa dan 48,1 persen memilih untuk tetap tergabung dengan Uni Eropa.

Jokowi memberikan contoh kasus survei kedua, yakni saat Hillary Clinton melawan Donald Trump pada pemilihan presiden Amerika.

"Semua survei mengatakan Hillary Clinton sampai detik terakhir menang, tapi feeling saya mengatakan Donald Trump ini (menjadi pemenang). Ini yang saya katakan ada perubahan ekonomi global, politik global, turun menjadi perubahan ekonomi dan politik nasional," kata Jokowi mengutip kantor berita Antara.

Donald Trump menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45 setelah mengalahkan lawannya Hillary Clinton pada Pemilu AS 8 November 2016.

Donald Trump yang didukung Partai Republik mengantongi 276 suara electoral college.

Jumlah tersebut sudah cukup untuk membuat Trump melenggang ke Gedung Putih karena jumlah suara minimal yang harus diraih calon presiden untuk memenangi pemilihan hanya 270 suara electoral college.

"Zaman keterbukaan lewat media sosial, tidak bisa terbendung lagi. Banyak isu berkembang setiap jam, setiap menit berubah," ungkap Jokowi.

Berdasarkan hasil sejumlah lembaga survei menunjukkan bahwa pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin masih memenangkan Pilpres 2019.

Lembaga survei Median merilis survei elektabilitas pasangan Capres-Cawapres di Pilpres 2019.

Hasilnya, Joko Widodo - Ma'ruf Amin unggul 47,7 persen, Prabowo - Sandiaga 35,5 persen dengan undecided votters 16,8 persen.

Survei dilakukan pada 4-16 November 2018 terhadap 1.200 responden yang memiliki hak pilih dengan 'margin of error survei' +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sedangkan berdasarkan hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul 60,4 persen sementara Prabowo-Sandi hanya 29,8 persen.

Survei itu dilakukan pada 7-14 September 2018 terhadap 1.220 responden dengan response rate 1.074 responden.

Survei dengan metode 'multistage random sampling' dan 'margin of error' kurang lebih 3,05 persen dengan responden terpilih diwawancarai melalui tatap muka.

"Kampanye yang paling efektif adalah dari pintu ke pintu, dari door to door. Acara besar memang perlu, tapi tidak terlalu mempengaruhi karena itu yang harus kita kerjakan adalah yang door to door," tegas Jokowi.

Hadir dalam acara tersebut Ketua Tim Pemenangan Pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin Erick Thohir, Kepala Staf Presiden Moeldoko, Plt Gubernur Jambi Fachrori Umar, Wali Kota Jambi Syarif Fasha dan sejumlah tokoh lainnya. []

Berita terkait