Untuk Indonesia

Jokowi Melawan Panah Fitnah Lawan

'Ia membuat lawannya terdiam dan terjebak dalam strategi yang mereka ciptakan sendiri.' - Denny Siregar
Presiden Joko Widodo meninjau lokasi gempa dan tsunami di Kelurahan Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10/2018). Presiden kembali mengunjungi Palu untuk memastikan perkembangan pencarian korban dan penanganan korban luka, distribusi logistik, perbaikan jaringan listrik serta penyaluran bahan bakar minyak. (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)

Oleh: Denny Siregar*

Demokrasi sejatinya adalah sebuah pesta....

Pesta dimana rakyat bisa memilih pasangan pemimpin yang mereka anggap mampu mengangkat harkat kehidupan dan mampu menjadi corong suara mereka. Karena itu sebagai "pesta", demokrasi haruslah berbentuk keceriaan dan kreativitas.

Tetapi sejak 2014, proses demokrasi di Indonesia sudah berubah fungsi menjadi demokrasi hitam. Demokrasi hitam adalah proses demokrasi yang penuh dengan kebencian, fitnah, hoaks dan persekusi massa. Demokrasi hitam di Indonesia mencapai puncaknya di tahun 2017, dimana terjadi tekanan aksi massa untuk mencapai tujuan kepentingan politik sekelompok orang.

Karena itulah Jokowi bertekad untuk mengembalikan proses demokrasi ke relnya. Ia menyelenggarakan Asian Games dengan konsep entertaining untuk mengembalikan kembali warna-warna demokrasi di negeri ini. Dan ia juga membranding dirinya dengan model komik supaya tumbuh keceriaan di sana.

Lihat, tahun 2014, Jokowi tergambarkan dalam bentuk komik Tintin karya Herge yang fenomenal.

Tetapi lawan politik Jokowi tidak bisa seperti dirinya....

Mereka masih berpikiran ala militer orde baru yang memainkan demokrasi dalam bentuk tekanan. Strategi-strategi mereka kotor dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Dalam pikiran mereka, tujuan akhir adalah kemenangan, karena itu segala cara dibenarkan.

Mereka memainkan isu-isu lama untuk menaikkan tingkat kebencian di publik. Mereka memainkan agama sebagai bagian dari konspirasi politik. Bahkan mereka memainkan uang sebagai pelumas atas semua yang mereka lakukan.

Inilah yang harus dilawan Jokowi, lawan terberatnya dalam Pilpres 2019 nanti. Dan serangan itu sudah mulai tampak dalam kasus Ratna Sarumpaet dimana opini akan digiring untuk menjatuhkan Jokowi karena ia dituding sebagai bagian dari PKI.

Lawan politik Jokowi tidak peduli dengan dampaknya. Mereka menunggangi banyak isu untuk membenturkan dua kelompok yang saling beradu. Mereka belajar dari kasus Ambon, kasus Poso, kasus Sampit untuk diterapkan dalam politik yang lebih luas. Harus ada benturan, biar mereka bisa muncul sebagai pahlawan. Mengembalikan dominasi militer kembali ke permukaan supaya tercipta rasa aman.

Mampukah Jokowi melawan demokrasi hitam yang diciptakan lawan sebagai senjata utama mereka untuk meraih kekuasaan?

Kita lihat saja. Jokowi bukan orang bodoh yang mudah terjebak umpan yang disodorkan lawan. Ia tipikal petarung yang diam sejenak untuk memikirkan sekian langkah ke depan. Dan ketika tiba saatnya menekan, ia menekan dengan cara yang efektif yang membuat lawannya terdiam dan terjebak dalam strategi yang mereka ciptakan sendiri.

Pertarungan ini menarik, seperti pertarungan antara si baik dan si jahat. Dan tentu kita ingin berpihak pada siapa pun yang menawarkan konsep baik dalam kehidupan.

Seruput kopinya, kawan....

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.