Untuk Indonesia

Jokowi: Kalau Diajak Berantem, Berani...

Tulisan Denny Siregar, Kalau orang waras selalu mengalah, maka orang gila yang akan berkuasa...
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dalam Rapat Umum Relawan Jokowi di Sentul Internasional Convention Center, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/8). (Foto: Ant/Arif Firmansyah)

Oleh: Denny Siregar*

"Jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian, jangan membangun fitnah-fitnah. Tidak usah suka mencela, tidak usah suka menjelekkan orang lain. Tapi kalau diajak berantem juga berani,"

Sabtu kemarin, di depan pendukungnya di Sentul International Convention Center, Bogor, Jokowi berbicara tentang bagaimana bersikap terhadap lawan-lawan politiknya.

Ada nada memotivasi yang dipompakan, tetapi juga ada nada gemas yang disuarakan. Jarang sekali Jokowi berpidato dengan nada yang keras. Mungkin ia mulai gemas dengan gerakan-gerakan yang selama ini memprovokasi terutama dalam kondisi tahun politik ini.

Lihat saja apa yang diserukan Amien Rais dalam setiap kesempatan. Amien selalu menyerukan bahwa mereka sedang "berperang" dengan dajjal, musuh umat Islam, sebagai bagian dari "perjuangan" mereka.

Bahkan Neno Warisman, dalam orasi kelilingnya, berbicara tentang perang yang tertera dalam Alquran, entah itu perang badar atau perang uhud.

Kalimat-kalimat provokatif yang selalu mengutip "ayat-ayat perang" dalam Alquran ini, dicemaskan oleh Tuanku Guru Bajang, Gubernur NTB. "Janganlah mengutip ayat perang dalam masa damai seperti ini," katanya mengingatkan.

Memang berbahaya sekali menggambarkan pemilihan umum sebagai bagian dari perang, karena masyarakat awam belum banyak yang mengerti kalimat metafora. Mereka terbiasa dengan kalimat langsung. Perang ya perang fisik. Jadi kalau diajak perang, yang mereka mengerti adalah perang dengan senjata, melawan kezaliman.

Ayat-ayat perang yang selalu diteriakkan lawan politik Jokowi itu mematikan demokrasi. Malah condong bersifat intimidasi. "Kalau tidak satu barisan dengan saya, kamu wajib saya perangi.." Begitulah kira-kira propaganda yang beredar dimana-mana.

Pemilihan Gubernur DKI tahun 2017 lalu, menggambarkan dampak ayat-ayat perang itu dilantunkan di masa damai. Sontak di masjid-masjid, di pengajian, di majelis, bergema bahwa kondisi Jakarta sekarang sedang "perang" melawan penista agama.

Belum hilang dari ingatan, di beberapa masjid di Jakarta terpampang spanduk-spanduk, "Tidak mensholatkan mayat pendukung penista agama". Ini sangat berpotensi memecah umat Islam yang menganggap masjid adalah tempat ibadah, tempat berkomunikasi dengan Tuhan, bukan tempat politik digaungkan.

Belum lagi toa-toa masjid berlomba dengan seruan perang setiap selesai shalat subuh. Begitu juga dakwah saat shalat Jumat, isinya mencaci, bahkan mengusir orang yang tidak satu pilihan.

Kondisi berbahaya inilah yang ingin diingatkan Jokowi kepada pendukungnya. Dan situasi ini pasti akan diulang karena mereka pernah merasakan manisnya kemenangan. Pesan itu juga yang disampaikan Rizieq Shihab dari tempat pelariannya. "Belajarlah dari Jakarta.." begitu serunya.

Meski mengingatkan bahaya permusuhan dan ujaran kebencian, Jokowi juga dengan gemas mengingatkan untuk jangan selalu mengalah. "Kalau diajak berantem juga berani.." adalah sebuah sinyal untuk tidak selalu diam ketika ada kelompok yang menyerukan kebencian dan permusuhan.

Statemen Jokowi yang banyak dipelintir oleh pendukung lawan politiknya sebagai sebuah pernyataan memecah belah dan mengadu domba ini, menjadi penanda panasnya Pemilihan Presiden 2019 nanti..

Saya memperkirakan inilah pemilihan umum terpanas sesudah Pemilihan Gubernur 2017 lalu. Kita berdoa, semoga semua berjalan lancar dan aman. Tetapi kita juga tetap bersiap, seandainya kondisi tidak sesuai dengan yang kita perkirakan.

"Kalau orang waras selalu mengalah, maka orang gila yang akan berkuasa.."

Seruput kopinya?

*Denny Siregar, Penulis Buku "Tuhan dalam Secangkir Kopi"

Berita terkait
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.