Jokowi End Game Ramai di Medsos, Senyap di Dunia Nyata

Beberapa hari terakhir ini seruan aksi massa ‘Jokowi End Game’ ramai di media sosial (medsos) namun di dunia nyata seruan tersebut tampak senyap.
Presiden Joko Widodo. (Foto: Tagar/Dok Kominfo)

Jakarta – Beberapa hari terakhir ini seruan aksi massa ‘Jokowi End Game’ ramai di media sosial (medsos), namun di dunia nyata seruan tersebut justru tampak senyap tidak terlihat aksinya.

Dalam sejumlah informasi yang beredar di media sosial, aksi tersebut dijadwalkan digelar pada Sabtu, 24 Juli 2021. Pada poster yang beredar, massa aksi hendak melakukan long march dari Glodok hingga kawasan Istana Negara. 

Poster tersebut juga mencatat sejumlah logo perusahaan layanan daring seperti Grab, Gojek, Shopee Food, serta paguyuban pedagang kaki lima Jakarta. Demonstrasi ini hendak memprotes, salah satunya mengenai pelaksanaan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang ditetapkan pemerintah.


Gerakan ini kayak gerakan uji coba saja untuk memprovokasi, mencoba menggalakkan massa, saya lihat motifnya sudah tidak murni lagi.


Stanislau RiyantaStanislau Riyanta saat diwawancarai Cory Olivia di kanal YouTube Tagar TV. (Foto: Tagar/Selfiana)

Namun, pada Sabtu, sejak pukul 08.30 WIB hingga menjelang petang, tidak terdapat massa aksi yang datang di sekitar kawasan Istana Negara. Pengamat Intelijen, Stanislau Riyanta menyikapi seruan tersebut seperti area perang yang berubah atau bermigrasi dari dunia nyata ke dunia maya. 

“Makannya kita lihat sekarang kan dunia maya itu sangat gaduh sekali mereka adu opini, memprovokasi, dan propaganda yan terjadi. Tapi memang tidak mudah mewujudkan apa yang ada di dunia maya ke dunia nyata,” ujar Stanislau Riyanta saat diwawancarai Tagar TV, Senin, 26 Juli 2021.

Ia juga menyebutkan bahwa di dunia maya orang bisa dengan mudah menyamarkan identitasnya dengan fake account, maka tidak heran banyak ditemukan hoax dan propaganda di medsos. 

“Gerakan ini kayak gerakan uji coba saja untuk memprovokasi, mencoba menggalakkan massa, saya lihat motifnya sudah tidak murni lagi,” ujarnya. 

Stanis menilai bahwa tujuan dari kritik yang dilayangkan tersebut sudah masuk ke ranah politis dan bukan lagi kritik untuk ranah pandemi yang akan membangun. 

Dengan munculnya narasi ‘Jokowi End Game’ banyak orang meramaikan dan membuat gaduh di medsos, namun pada kenyataannya hal itu hanya mempermalukan mereka karena hal tersebut tidak terjadi. 

“Tetapi tidak jadi demo belum tentu juga karena tidak ada yang mau ngikut, tapi bisa saja massa tidak berminat dan pasti juga ada upaya penyekatan, dan persiapan pasukan. Nah upaya pemerintah ini yang bisa saja buat mereka mundur dan tidak jadi demo,” ujarnya.

Dalam menanggapi ‘Jokowi End Game’ Menkopolhukam Mahfud MD, juga menghimbau kepada seluruh masyarakat agar tidak melakukan aksi unjuk rasa tapi bisa menyampaikan aspirasinya melalui online. []

Berita terkait
Dituduh Dalangi Jokowi End Game, Demokrat Siap Hadapi Buzzer
Demokrat memilih untuk fokus membantu rakyat yang terdampak pandemi Covid-19 dan tak ambil pusing soal fitnahan dari pendengung pemerintahan
Mahfud: Demo Jokowi End Game Ditunggangi Kelompok Tak Murni
Menko Polhukam Mahfud MD, mengatakan demo yang bertajuk Jokowi End Game ditunggangi oleh kelompok-kelompok tak murni.
Seruan 'Jokowi End Game' Provokasi dari Kelompok Tak Murni
Kemenko Polhukam mensinyalir adanya dua kelompok dari rencana tersebut yakni, kelompok murni dan tidak murni.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.