Jokowi: Dalam Pilkada dan Pilpres Harusnya Adu Program dan Prestasi Bukan Isu SARA

Presiden Joko Widodo meminta para politisi agar tidak mengembangkan isu-isu yang membunuh karakter seseorang dalam Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019.
Presiden Joko Widodo. (Foto: Ant/Wahyu Putro A)

Bekasi, (Tagar 31/5/2018) - Presiden Joko Widodo meminta para politisi agar tidak mengembangkan isu-isu yang membunuh karakter seseorang dalam Pilkada 2018 maupun Pilpres 2019. 

"Jangan dikembangkan isu-isu yang hanya untuk membunuh karakter seseorang baik di pemilihan bupati, wali kota, gubernur, maupun presiden," kata Presiden Jokowi ketika membagikan 3.026 sertifikat tanah untuk warga Bekasi dan Jakarta Timur di Asrama Haji Bekasi, Jawa Barat, Kamis (31/5).

Menurut Kepala Negara, para politisi harus mengembangkan isu yang mencerdaskan masyarakat sehingga pilihan politiknya jernih dan sehat. "Jangan dibawa ke mana-mana, pakai isu ras, agama dan lainnya," ucapnya.

Dalam kesempatan itu mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengeluhkan banyaknya isu yang tidak benar yang bermunculan.

"Saya ingin menyampaikan banyaknya isu isu saat ini, sekarang ini memang kalau pas pilihan bupati, wali kota, gubernur, presiden, itu banyak sekali isu isu yang bermunculan," ujarnya.

Ia menyebutkan di Pilpres 2014 juga bermunculan isu tidak benar. Saat ini menjelang Pilpres 2019 juga banyak. Ia mencontohkan isu Presiden Jokowi itu PKI.

"Saya dengar di bawah ada seperti itu, dan ada yang masih percaya. Coba saya itu lahir tahun 1961, PKI dibubarkan tahun 1965. Saya kan masih balita, masak ada PKI balita," ucapnya, menegaskan.

Menurut dia, terhadap logika logika seperti ini masyarakat harus tahu. "Jangan sampai isu isu seperti ini dikembangkan hanya untuk membunuh karakter seseorang baik di pemilihan bupati, wali kota, gubernur, presiden," tegasnya.

Ia juga menyebutkan adanya isu yang beredar di bawah bahwa Jokowi itu anaknya orang Tionghoa dari Singapura namanya Ahong Liong.

"Bapak saya itu orang Karanganyar, orang desa betul di Karanganyar, ibu saya orang desa di Boyolali. Kalau diisukan seperti itu, ada yang percaya, sedih kita," ujar Jokowi, mengeluh.

Menurut dia, kondisi seperti itu merupakan proses proses demokrasi yang tidak mencerdaskan masyarakat karena harusnya dalam proses atau pesta demokrasi pemilihan bupati, wali kota, gubernur, presiden, yang dikembangkan adalah adu program, gagasan, adu ide, adu prestasi, rakyat diajak ke sana.

"Jangan memakai isu isu yang membunuh karakter, yang saya heran masih ada 1-2 rakyat kita yang percaya. Tapi yang saya lihat sebagian besar memang sudah dewasa dan matang dalam berpolitik," imbuhnya.

Ia menyebutkan di Kota Bekasi dan Provinsi Jawa Barat ada Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Bekasi dan Pemilihan Gubernur Jabar sehingga masyarakat harus bertindak cerdas.

"Silahkan dipilih siapapun tapi pilihlah yang paling baik sebagai pimpinan di daerah kita, silahkan karena itu memang kebebasan yang diberikan konstitusi kepada kita semuanya, hak memilih dan hak dipilih," katanya. (Fet/Ant)

Berita terkait