Jihad Santri Semakin Berat, Wamenag: Pahami Era Digital 4.0

Wamenag RI Zainut Tauhid menilai jihad santri saat ini semakin berat oleh karena itu para santri diminta untuk memahami era digital 4.0.
Wakil Menteri Agama Zainut Tauhid Sa\\'adi. (Foto: Tagar/Kemenag)

Jakarta - Wakil Menteri Agama Republik Indonesia (Wamenag RI)  Zainut Tauhid, menilai jihad santri saat ini semakin berat. Selain kemampuan ilmu keislaman (tafaqquh fi al-din), mahasiswa juga diharapkan memiliki wawasan yang luas dalam berbagai perspektif keilmuan umum.

Tantangan bagi santri masa kini ialah mereka akan bergelut dengan isu-isu sosial kemasyarakatan, lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan yang lebih rumit dibanding dengan masa lalu, termasuk tantangan revolusi industri 4.0.

“Santri abad ke-21 harus memiliki keterampilan literasi digital (digital literacy), di samping literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan,” ujar Wamenag saat berbicara pada webinar Peringatan Hari Santri, di kanal YouTube Kemenag RI, Kamis, 21 Oktober 2021.


Harus kita akui bersama bahwa kondisi saat ini memaksa semua pihak untuk melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi tidak terkecuali para santri.


Zainut mengatakan, dunia saat ini tengah memasuki perubahan besar atau transformatif dalam berbagai aspek kehidupan. Segala sesuatu telah mengalami proses media, digitalisasi, hingga virtualisasi yang telah melewati berbagai tantangan baru yang semakin berat karena adanya pandemi.

Wamenag menilai akibat revolusi industri akan hilangnya lapangan pekerjaan sampai 800 juta di seluruh dunia sampai tahun 2030, Ia berkata bahwa saingan dalam revolusi industri kini bukan lagi manusia, namun mesin.

“Revolusi digital diperkirakan akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia, yang diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena digantikan oleh mesin. Hal ini bisa menjadi ancaman dunia termasuk Indonesia yang memiliki angkatan kerja yang cukup tinggi,” ujarnya.

Wamenag menjelaskan dengan mengutip pesan Wakil Presiden RI, KH Ma’ruf Amin, bahwa santri milenial tidak cukup hanya pintar mengaji. Lebih dari itu, santri harus mempunyai daya hidup dan kreativitas agar santri siap memasuki dunia industri dan dunia usaha.

“Harus kita akui bersama bahwa kondisi saat ini memaksa semua pihak untuk melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi, tidak terkecuali para santri,” ucap Wamenag.

Agar lebih kontributif dalam memecahkan masalah yang kompleks pada abad ke-21, lanjut Wamenag, santri milenial juga harus dapat berpikir kritis, kreatif, komunikatif, dan mampu berkolaborasi.

Simpulan dari Wamenag sebelum menutup sambutannya ialah pesantren selain memiliki fungsi pendidikan, fungsi dakwah, pesantren juga memiliki fungsi pemberdayaan masyarakat, pesantren dapat mendirikan koperasi, lembaga keuangan, lembaga UMKM, pembimbingan manajemen keuangan, bahkan pemanfaatan dan pengembangan teknologi.

“Proses pembelajaran di pesantren, selain tetap berorientasi tafaqquh fi al-din, selain itu juga harus berorientasi menyesuaikan dengan kondisi perkembangan zaman, tuntutan dunia industri dan dunia usaha, serta potensi kaum milenial dalam penghidupan di masa depan,” kata Wamenag.

(Putri Fatimah)

Berita terkait
Rayakan Hari Santri, Menag: Santri Harus Percaya Diri
Menag Yaqut Cholil Qoumas turut hadir dalam pagelaran Wayang Virtual. Ia mengatakan para santri harus percaya diri sebagai pemimpin masa depan.
Kemenag Salurkan 3,6 Juta Paket Data Internet
Kemenag kembali menyalurkan bantuan paket data internet yang diperuntukkan bagi siswa dan guru madrasah serta dosen dan mahasiswa
Maulid Nabi, Menag: Agama & Negara Harus Berjalan Beriringan
Menag RI) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan peringatan Maulid Nabi merupakan sebuah langkah untuk mendekatkan diri dengan akhir zaman.
0
Menkeu AS dan Deputi PM Kanada Bahas Inflasi dan Efek Perang di Ukraina
Yellen bertemu dengan Freeland dan janjikan kerja sama berbagai hal mulai dari sanksi terhadap Rusia hingga peningkatan produksi energi