Jerman Larang Kedatangan Au Pair di Masa Pandemi

Keluarga muda di Jerman menghadapi masalah karena program au pair ditunda yang disebabkan oleh pandemi virus corona
Seorang ibu muda menggendong dua naknya ketika mencari informasi tentang au pair di papan informasi (Foto: dw.com/id).

Oleh: Sabine Kinkartz

Pandemi virus corona telah membuat banyak rencana berantakan. Termasuk rencana para keluarga muda di Jerman yang ingin mendatangkan au pair untuk membantu pekerjaan rumah tangga.

1. Au Pair Bagian dari Kehidupan Keluarga di Jerman

Banyak kaum muda dari luar negeri tertarik dengan program ini, karena merupakan cara yang baik untuk mengenal budaya dan belajar bahasa Jerman. Sedangkan bagi keluarga majikan, ini sering kali menjadi satu-satunya cara mendapat bantuan di rumah tangga, ketika kedua orang tua harus bekerja.

Tahun 2019, ada sekitar 15.000 aui pair yang datang ke Jerman, sebagian besarnya lebih dari 9.000 orang, berasal dari luar Uni Eropa. Kebanyakan datang dari Kolombia dan Georgia, diikuti oleh Ukraina, Rusia, Madagaskar, Zimbabwe, Brasil, dan Vietnam.

Setelah masa setahun berakhir, Diana harus kembali ke Kolombia. Oliver dan Caroline dengan sedih mengatakan, anak-anak mereka merindukan Diana. "Dia memasak makanan khas Kolombia untuk kami, mengajari Clara berhitung dalam bahasa Spanyol dan sering berdiskusi dengan saya dan suami saya sampai soal politik," cerita Caroline. Seorang au pair memang sering menjadi bagian dari kehidupan keluarga.

Setelah Diana kembali ke negaranya, mereka tadinya mengharapkan kedatangan Seheno yang berusia 23 tahun dari Madagaskar. Tetapi karena wabah corona, Jerman menghentikan pemberian visa untuk program au pair. Oliver tidak bisa memahaminya. Dia mengatakan, au pair bukan program wisata, tetapi suatu masa tinggal jangka panjang yang dapat diatur "dengan sangat, sangat aman dan tanpa membahayakan orang lain." Jika perlu, Oliver siap membayar biaya tes corona dan biaya hotel untuk masa karantina bagi Seheno.

au pair indonesiaHerwina, peserta program au pair di Jerman dari Indonesia (Foto: dw.com/id).

2. Berharap Ada Perubahan Larangan Berkunjung untuk Au Pair

Monika Supernok, wakil ketua asosiasi au pair "Guetegemeinschaft Au pair", yang memastikan transparansi dan kontrol kualitas untuk program au pair di Jerman, juga menyayangkan larangan berkunjung ke Jerman. Dia telah berkampanye agar Jerman melonggarkan peraturan, sehingga memungkinkan kelangsungan program au pair selama masa pandemi, seperti yang dilakukan Prancis. Dia telah menulis surat kepada politisi dan meluncurkan petisi online yang diserahkan ke parlemen Jerman, Bundestag.

Tetapi situasi terbaru menunjukkan angka infeksi harian Covid-19 di Jerman terus meningkat. Monika Supernok mengatakan tidak berilusi bahwa Jerman akan melonggarkan larangan kunjungan bagi au pair.

Caroline dan Oliver juga ragu bahwa Seheno akan diizinkan melakukan perjalanan dari Madagaskar ke Jerman dalam beberapa minggu ke depan. Saat ini, mereka terpaksa membayar jasa baby sitter yang mahal. Putri mereka Clara juga menghabiskan lebih banyak waktu bersama kakek dan neneknya yang tinggal di negara bagian Niedersachsen. Untuk saat ini, mereka hanya bisa berharap bahwa vaksin Covid-19 cepat tersedia dan situasi wabah corona di Jerman cepat membaik. (hp/as)/dw.com.id. []

Berita terkait
Gereja yang Paling Indah di Jerman
Bangunan-bangunan kuno bergaya klasik di kota-kota di Jerman antara lain merupakan gereja-gereja paling indah di Jerman
0
Serahkan Alat Dukung Penyandang Disabilitas, Mensos Minta Tingkatkan Kepedulian Terhadap Sesama
Menteri Sosial (Mesos) Tri Rismaharini memuji konsistensi jemaat dan pimpinan Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).