Jerman Kewalahan Hadapi Gelombang Kedua Pandemi

Jerman kewalahan menghadapi gelombang kedua pandemi virus corona (Covid-19) dari jumlah tenaga perawat karena jumlahnya sedikit
Ilustrasi: Perawatan di rumah sakit (Foto: dw.com/id)

Jakarta - Jumlah pasien virus corona (Covid-19) di unit perawatan intensif (ICU) di Jerman meningkat drastis. Rumah sakit mampu menangani serangan virus corona dari segi infrastruktur, tetapi tidak dalam jumlah perawat. Oliver Pieper melaporkannya untuk dw.com.

Sepuluh dari dua belas tempat tidur di unit perawatan intensif (ICU) Rumah Sakit Universitas Münster, Jerman, telah ditempati. Perawat di bagian ICU, Bärbel Breimann, mengatakan situasi Covid-19 sudah sama buruknya seperti April lalu, ketika gelombang pertama virus corona mencapai puncaknya.

"Kami bekerja sudah sampai batas kapasitas kami. Tidak perlu menunggu lama lagi sebelum seluruh sistem (kesehatan) segera runtuh," kata Breimann.

Perawat berusia 47 tahun itu adalah salah satu petugas kesehatan yang digambarkan sebagai “pekerja kunci” pada awal pandemi. Breimann telah bekerja di bagian ICU sejak 1998, dan baru saja merayakan 25 tahun bekerja di Rumah Sakit Universitas di Münster.

1. Kondisi Lebih Buruk dari Gelombang Pertama

ICU di RS Jerman telah melalui buruknya situasi Covid-19 gelombang pertama, tapi gelombang kedua saat ini berbeda.

barbelBärbel Breimann, perawat ICU di RS Universitas Münster (Foto: dw.com/id)

"Kami semua di bangsal sudah mencapai batas kami. Hal ini menimbulkan beban emosional dan fisik. Dan tentu saja, semua itu menimbulkan pertanyaan: Apa selanjutnya bagi Jerman?,” tanyanya.

Suasana di ICU Münster mewakili situasi di masyarakat Jerman secara keseluruhan, yakni semakin tegang dan frustasi. Suasana di musim dingin menambah parah situasi COVID-19 saat ini.

"Pada musim semi kami semua bersatu dan itu menghasilkan energi positif yang luar biasa besar. Tapi energi itu sekarang hilang," kata Breimann.

"Dan ada ketakutan bahwa kami tidak akan dapat mempertahankan standar saat ini. Semua staf berada di ujung tanduk dan batas kehancuran adalah persoalan hari ini,” tambahnya.

2. Satu Perawat Harus Menangani Dua Pasien

Dari segi usia, kini lebih banyak pasien muda di ICU. Pasien di usia 30-an awal ini juga tidak punya penyakit bawaan. Para perawat di ICU Münster masih bisa menjaga aturan ketat bahwa satu spesialis hanya boleh merawat maksimal dua pasien.

Tetapi, untuk hal-hal tertentu hal itu tidak mungkin. Misalnya, untuk mengubah pasien ke posisi tengkurap, diperlukan tiga perawat. Beberapa pasien juga memerlukan perawatan individu. Sistem kesehatan semakin kewalahan ketika semakin banyaknya staf yang harus izin karena sakit atau wajib karantina.

3. Perawat dan Tempat Tidur RS Terus Direlokasi

Thomas van den Hooven, direktur keperawatan di RS Universitas Münster mengatakan relokasi perawat akan jadi penentu upaya dalam menghentikan kesenjangan dan menangani kekurangan.

jerman kekuranganJerman kekurangan perawat di RS untuk menangani pasien Covid-19 (Foto: dw.com/id)

"Kami mengalami peningkatan signifikan pada pasien Covid-19 selama akhir pekan, jadi kami sedang dalam proses merelokasi staf perawat kami," jelas van den Hooven.

“Krisis membuat orang menjadi kreatif. Jadi bukan hanya 3.000 staf perawat saja yang dialokasikan ulang oleh rumah sakit setiap hari, tetapi juga kasur RS-nya,” kata van den Hooven. Tujuannya adalah untuk meringankan beban para perawat.

4. Puncak Covid-19 Diperkirakan Pertengahan Desember 2020

Apa yang harus dilakukan Jerman pada akhir November 2020 ketika lockdown parsial saat ini resmi berakhir? Haruskah Jerman membuka kembali semuanya karena banyaknya tuntutan?

"Kami akan mengalami peningkatan yang signifikan terhadap pasien perawatan intensif pada hari Natal. Maka kami tidak hanya akan kekurangan staf perawatan intensif, tetapi juga dokter pada umumnya," jelas van den Hooven.

Dia punya satu permintaan untuk Menteri Kesehatan Jens Spahn, bahwa: "Rumah sakit membutuhkan konfirmasi yang jelas bahwa pasien COVID-19 memiliki prioritas mutlak, dan operasi lutut atau pinggul harus ditunda," pintanya.

5. Jumlah Perawat Kurang

Jerman mungkin bisa menciptakan tempat tidur perawatan intensif yang berfungsi penuh, tetapi Jerman kekurangan sekitar 3.500 hingga 4.000 perawat ICU.

Alasannya? Pendapatan yang relatif kecil untuk tingkat tanggung jawab yang tinggi, harus beradaptasi dengan giliran kerja dan siap sedia di akhir pekan, hingga kurangnya pengakuan dari masyarakat.

Bahkan sebelum pandemi, Menteri Kesehatan Spahn berusaha sekuat tenaga merekrut tenaga perawat dari luar negeri.

Hasil survei DIVI terbaru di antara petugas perawatan intensif menunjukkan: 97% perawat merasa tidak akan ada cukup staf untuk menghadapi gelombang kedua, dan hampir setengahnya kurang termotivasi bekerja di musim dingin daripada di musim semi. Sementara, 93% takut bahwa kondisi kerja akan memburuk di bulan-bulan mendatang. (pkp/gtp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Makin Banyak Kota di Jerman Jadi Kawasan Risiko Virus Corona
Pandemi virus corona di Jerman terus bergejolak sampai melewati batas aman sehingga kian banyak kota yang jadi kota risiko virus corona
Vaksinasi Virus Corona di Jerman Sebelum April 2021
Pemerintah Jerman akan mulai jelanakan vaksinasi virus corona kuartal pertama tahun 2021 atau sebelum April 2021, vaksinasi bersifat sukarela
Lonjakan Pandemi Virus Corona di Jerman Mengkhawatirkan
Kasus baru virus corona di Jerman dilaporkan menyebar dengan cepat pada tingkat mengkhawatirkan sejak April 2020
0
Begini Cara Daftar BBM Subsidi Melalui MyPertamina
Pengguna BBM bersubsidi jenis Pertalite dan Biosolar diwajibkan gunakan aplikasi MyPertamina mulai tanggal 1 Juli 2022 mendatang.