Jepang Perkuat Militer dan Atasi Angka Kelahiran yang Rendah

PM Jepang, Fumio Kishida menyebut prioritasnya itu dipercaya bakal mempertahankan kekuatan nasional Jepang
Ilustrasi - Seorang ibu muda di Tokyo, Jepang. (Foto: dw.com/id - David Mareuil/AA/picture alliance)

TAGAR.id - Jepang disebut tengah menghadapi isu keamanan lingkungan terparah. Pemerintah bakal fokus dalam masalah militer dan angka kelahiran rendah. Muhammad Hanafi melaporkannya untuk DW.

Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida, menyebut Jepang tengah menghadapi lingkungan masalah keamanan terparah sejak akhir Perang Dunia II. Ia berjanji untuk memperkuat program militer di bawah strategi keamanan yang baru diadopsi, serta fokus menangani penurunan angka kelahiran.

Hal itu disampaikan Fumio Kishida dalam pidato kebijakannya yang disampaikan pada hari pertama sesi Majelis Rendah Parlemen, Senin, 23 Januari 2023, di Tokyo. Dia menyebut prioritasnya itu dipercaya bakal mempertahankan kekuatan nasional Jepang.

Sebelumnya, pada Desember 2022 lalu pemerintahnya resmi mengadopsi reformasi bidang keamanan dan pertahanan, termasuk soal kemampuan menangkal pelanggaran prinsip pascaperang Jepang yang disebut hanya membela diri secara ekslusif.

kapal perusak jepangKapal perusak Jepang, JS Asahi, memimpin armada angkatan laut Jepang di Teluk Sagami, Tokyo, November 2022. (Foto: dw.com/id - Kyodo/REUTERS)

Jepang mengaku persebaran alat penangkal rudal yang dimilikinya saat ini tidak cukup untuk mempertahankan diri dari pesatnya perkembangan persenjataan di Cina dan Korea Utara.

Dalam pidato kebijakan membuka sesi parlemen tahun 2023 ini, Fumio Kishida menyebut isu diplomasi yang aktif harus menjadi prioritas, hanya saja hal itu membutuhkan "kekuatan pertahanan sebagai penyokong”.

Dia mengatakan strategi keamanan Jepang yang baru tersebut didasari dari simulasi realistis "saat Jepang menghadapi masalah lingkungan keamanan terburuk dan kompleks sejak akhir Perang Dunia II, dan soal kesiapan Jepang dalam melindungi nyawa manusia dalam keadaan darurat”.

Fumio menjelaskan strategi itu bertujuan untuk mewaspadai ambisi Cina dalam masalah teritorial yang semakin tak terbendung. Hal itu juga menjadi isu sensitif bagi negara-negara Asia yang pernah menjadi korban agresi masa perang Jepang.

Kata Fumio Kishida, ini merupakan "perubahan haluan drastis” dari kebijakan keamanan Jepang. Namun, dia menyebut hal itu masih dalam batasan konstitusi pasifis dan hukum internasional.

PM Jepang Fumio KishidaPM Jepang, Fumio Kishida, sebut pihaknya tengah menghadapi masalah keamanan lingkungan terparah sejak akhir Perang Dunia II. Ia menyebut Pemerintah bakal fokus memperkuat masalah militer dan fokus dalam menangani angka kelahiran rendah. (Foto: dw.com/id - YUICHI YAMAZAKI/AFP/Getty Images)

Fokus Perbaiki Angka Kelahiran, Fumio Kishida: Sekarang atau Tidak Sama Sekali

Pada kesempatan itu Fumio Kishida juga berjanji untuk mengambil langkah-langkah serius dalam menghadapi masalah tingkat kelahiran yang menurun di Jepang. Ia mengatakan "sekarang atau tidak sama sekali” untuk masyarakat tertua di dunia.

"Bangsa kita berada di titik puncak, apakah dapat mempertahankan fungsi sosialnya,” kata Kishida dalam pidato kebijakannya itu.

"Sekarang atau tidak selamanya, saat menyangkut kebijakan soal kelahiran dan pengasuhan anak - ini adalah masalah yang tak bisa menunggu lebih lama lagi,” tambah dia.

Kishida menyebut dia berencana mengajukan rencana penggandaan anggaran untuk kebijakan menyangkut masalah anak pada Juni mendatang. Serta bakal membentuk sebuah badan pemerintah yang baru untuk mengatasi masalah ini, yang direncanakan dibentuk pada April mendatang. [mh/hp (Reuters, AP)]/dw.com/id. []

Berita terkait
Bisakah Bantuan Tunai untuk Tingkatkan Angka Kelahiran di Jepang?
Saat ini setiap pasangan di Jepang sudah dijanjikan bantuan tunai sebesar lebih dari Rp 47 juta bagi bayi yang baru dilahirkan
0
Jepang Perkuat Militer dan Atasi Angka Kelahiran yang Rendah
PM Jepang, Fumio Kishida menyebut prioritasnya itu dipercaya bakal mempertahankan kekuatan nasional Jepang