Jembatan Persaudaraan Desa Menari Kabupaten Semarang

Desa Menari di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Getasan, Kabupaten Semarang bukan sekadar desa wisata. Ia menjadi jembatan persaudaraan manusia.
Para wisatawan berfoto ria di pintu gerbang Desa Menari, di Dusun Tanon, Desa Ngrawan, Getasan, Kabupaten Semarang. (Foto: Desa Menari)

Semarang - Dusun Tanon di Desa Ngrawan, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah sudah moncer dengan sebutan Desa Menari. Ada gagasan besar yang diinginkan perintisnya, Trisno. Bukan sekadar destinasi wisata tapi juga sebagai jembatan persaudaraan berbasis kemanusiaan.

Sekilas, tak ada yang berbeda saat memasuki wilayah Dusun Tanon. Tempat itu sama dengan suasana desa pada umumnya. Sunyi rindang dipenuhi pepohonan yang menyejukkan mata. Suara khas burung dan serangga hutan tropis masih kerap terdengar. 

Namun, Tanon bukan dusun biasa. Daerah yang terletak di lereng Gunung Telomoyo ini sudah bertransformasi lama menjadi salah satu destinasi wisata, yang bukan hanya menjadi rujukan masyarakat lokal, tapi juga internasional. Orang-orang mengenal tempat itu sebagai Desa Menari.

Dan nama Gunung Telomoyo sendiri jauh hari sudah cukup mendunia. Ajang internasional berbasis olah raga pemacu adrenalin, gantole, kerap dihelat di puncak gunung setinggi 1.894 meter di atas permukaan laut. Banyak atlet internasional maupun turis asing yang kepincut dengan pesona alam gunung yang berhadapan langsung dengan Gunung Merbabu itu.  

Untuk menuju lokasi Desa Menari, wisatawan dari arah Solo maupun Semarang silakan ambil ke arah Jalan Lingkar Salatiga (JLS). Sekira pertengahan JLS ada persimpangan jalan, ambil jalan ke arah atas. Atau perhatikan papan petunjuk arah Kopeng yang terpasang di pinggir jalan.

Setelah itu, susuri Jalan Raya Kopeng yang merupakan jalur alternatif Salatiga-Magelang. Kira-kira 9 Km kemudian, di sebelah kanan jalan, akan ada papan petunjuk kecil bertuliskan Desa Menari. Ikuti jalan tersebut dan Anda akan tiba di desa tersebut. 

Atau jika wisatawan atau pengunjung tak tersesar dan ingin mudah tiba tujuan, bisa dengan mengikuti petunjuk di Google Maps dengan menuliskan kata kunci Desa Wisata Menari.

Dusun Menari2Wisatawan belajar menari di Desa Menari, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. (Foto: Desa Menari)

Paket Wisata Outbound Desa

Adalah Trisno, pemuda asli desa itu yang berhasil menyulap kampungnya. Sebagai sarjana pertama di desanya, pria kelahiran 12 Oktober 1981 itu, ia punya tanggung jawab moral untuk mengangkat derajat dan perekonomian warga desanya. Lantas dimulailah mimpi besarnya memajukan Desa Ngrawan, khususnya Dusun Tanon pada akhir 2009.

Ide untuk mengembangkan desa wisata memang tidak muncul tiba-tiba. Waktu itu, berangkat dari pengalaman pahit, lantaran mengalami kegagalan saat mencoba mendirikan baitul maal wa tamwil (BMT) atau biasanya dikenal dengan sebutan koperasi syariah pada tahun 2007.

Meski telah berjalan hampir dua tahun, lembaga keuangan Islam mikro rintisannya tersebut harus ia relakan bubar. Targetnya untuk mengedukasi peternak sapi susu perah yang menjadi profesi utama masyarakat sekitar tidak berjalan sesuai ekspektasi.

“Kalau keberhasilan diukur dari banyaknya dana mengucur, waktu itu kami berhasil mendapatkan dana dari CSR Rp 5,3 miliar. Namun, saya punya standar yang berbeda,” ungkap Trisno, saat ditemui Tagar di rumahnya, Minggu, 12 Januari 2020.

Kang Trisno, sapaan akrabnya, mulai mengevaluasi yang dilakukan. Pria ini berkesimpulan, ada dua penyebab kegagalan. Yakni, pertama, ia terlalu sembrono masuk ke jantung profesi masyarakat. Kedua, cakupan wilayahnya, pada waktu itu di dua kecamatan, dinilai terlalu luas dengan anggota kelompok yang tak banyak.

“Akhirnya di 2009 saya evaluasi, salah satunya adalah radius kerja saya yang terlalu luas di dua kecamatan saat itu, dengan tim yang sangat sedikit energi kami habis,” kata lulusan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu.

Pada akhir 2009, Trisno mulai bangkit dan kembali berinisiasi membuat gerakan berbasis ekonomi kerakyatan. Ia melirik potensi yang ada di kampungnya sendiri sebagai bahan dan modal untuk dikembangkan. Mulai dari sisi pendidikan, seni, peternakan, pertanian, dan wisata digarap bersama dengan pemuda, warga hingga tokoh masyarakat setempat. 

Saya mulai dari titik kecil. Kami garap dari berbagai sisi.

Desa Menari3Penggagas Desa Menari, Kang Trisno, saat ditemui Tagar. (Foto: Tagar/Sigit AF)

Gaung bersambut. Apa yang dikerjakan tersebut dinamai sebagai konsep laboratorium sosial itu mendapat dukungan penuh warganya. Termasuk pemerintah desa yang mulai optimis dengan kandungan nilai kemasyarakatan dibalik gagasan besarnya. 

“Saya mulai dari titik kecil. Kami garap dari berbagai sisi,” katanya.

Pada tahun itu, ia berinisisi membuka paket wisata outbound desa. Segala aktivitas khas pedesaan, tentunya dengan pemandu yang berasal dari orang-orang asli desa setempat dikemas menjadi sebuah paket wisata. Kegiatan wisata yang ditawarkan diantaranya melihat dan berlatih langsung menjadi peternak, aktivitas pertanian dan menjadikan dolanan tradisional sebagai basis edukasi pengunjung.

Trisno terus berbenah dan berfikir bagaimana menciptakan brand supaya Dusun Tanon maupun Desa Ngrawan lebih dikenal oleh masyarakat lebih luas. Tepatnya pada 2012, ia mendekati dan melakukan penjajakan dengan kelompok kesenian tari yang berada di desanya.

Ia pun bercerita tentang kesenian tari yang sudah menjadi urat nadi, bagian dari kehidupan sosial masyarakat Desa Ngrawan. Bahwa kesenian tari telah menjadi hobi kolektif masayarakat setempat. Ada tiga kelompok tari besar yang masing-masing mempunyai lima jenis tarian khas yang tidak didapat dari desa lain. 

Tepatnya, pada Februari 2012, bersama kawannya di kelompok sadar wisata (Pokdarwis), mereka mencetuskan konsep tempat wisatanya dengan nama Desa Menari. “Menari dari kata sempit yakni tarian. Tapi sebenarnya menari itu akronim yang saya kembangkan, yakni menebar harmoni, merajut inpirasi, menuai memori,” jelas Trisno.

Dari akronim itu terpanjat sebuah doa. Ia berharap, siapapun yang berkunjung ke desanya mendapatkan titik keseimbangan dengan alam. Sebab, semua paket wisata yang ditawarkan semuanya dikolaborasikan dengan aktivitasa masyarakat sekitar. Bahkan, jika ingin memilih paket home stay pun, wisatawan bisa menginap di rumah warga.

“Kami tidak memiliki aset sama sekali. Semua kami kolaborasikan dengan aktivitas masyarakat lokal,” ujar dia. 

Desa Menari4Para wisatawan belajar membuat panganan tradisional Di Desa Menari. (Foto: Desa Menari)

Konservasi Alam

Sejak pertama kali dibuka pada 2010, pengunjung outbound desa baru berkisar 120 orang. Jumlah itu terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2015, pengunjung ke desa itu bahkan mencapai 2.071 orang dan terus berkembang seiring makin dikenalnya Desa Menari. 

Saat ini, hitungan kasar omzet perputaran uang di Desa Menari ditaksir mencapai Rp 180 juta per tahun. Jumlah itu belum terhitung dengan yang didapat masyarakat sekitar.

Meski begitu, sebetulnya dalam diri Trisno tak menginginkan wisatawan terus meningkat. Ia membangun tempat itu bukan sebagai desa wisata murni. Sebab ada mimpi besar yang tidak cuma ingin menjadikan Desa Ngrawan maupun Dusun Tanon sebagai jujugan atau tujuan wisatawan. 

Baginya, jika beralih pada konsep desa wisata murni, profesi asli masyarakat desa akan hilang dan beralih ke pariwisata. Di samping itu, lanjut Trisno, pengunjung yang membeludak dikhawatirkan merusak kondisi alam sekitar.

“Saya tidak mau merekayasa desa ini menjadi desa wisata murni. Saya sampai saat ini masih konsisten dengan konsep laboratorium sosial saya,” sebutnya. 

Ia memberi contoh wisata spot foto alam. Dengan asumsi biaya tiket masuk pengunjung rata-rata Rp 5 ribu, maka untuk mendapatkan penghasilan Rp 50 juta maka harus bisa mendatangkan 10.000 ribu pengunjung.

Saya tidak mau merekayasa desa ini menjadi desa wisata murni.

Desa Menari5Belajar kesenian tradisional menjadi salah satu paket wisata yang disuguhkan di Desa Menari. (Foto: Desa Menari)

Yang tidak banyak disadari orang, lanjut dia, desa yang dikunjungi oleh 10.000 orang pastinya akan mengalami kerusakan lebih cepat dibanding wilayah yang masih natural, sedikit interaksi dengan manusia. Karenanya ia kini mulai fokus pada sebuah kualitas, bukan melulu kuantitas. Bahwa untuk mendapatkan Rp 50 juta, Desa Menari hanya perlu kunjungan sekitar 500 orang.

“Pariwisata menurut saya, harus berbasis konservasi, yakni merawat. Karena manusia butuh istirahat, alam juga butuh. Makanya, orang sedikit saja yang berkunjung tapi dengan kualitas finansial yang lebih besar,” urai dia. 

Jembatan Persaudaraan

Satu hal yang belum banyak diketahui banyak orang dari Trisno selain sebagai pegiat pariwisata. Sejak 2012 Trisno ternyata terlibat aktif dalam upaya hubungan kemanusiaan tanpa membedakan suku, agama dan ras. 

Kunjungan wisatan dan kegiatan di Desa Menari menjadi gagasan jembatan persaudaraan lintas iman melalui pendekatan budaya, kearifan lokal dan pemberdayaan.

Hal tersebut dibuktikan, saat kelompoknya menerima kunjungan kegiatan bakti sosial dari Paroki Gereja St Paulus Sendangguwo Semarang. Juga menjadi tempat life in dari SMA Sedes Sapiente maupun SMP Islam Al Azhar 23 Semarang.

“Sejak tahun 2012 sampai saat ini saya terbiasa menerima kunjungan dari rombongan sekolah berbagai karakter keagamaan, rombongan pengajian, komunitas berbagai gereja dan dari rombongan luar negeri seperti Singapura, Malaysia, Jerman, Filipina, Perancis, Bangladesh dan lain-lain,” terangnya.

Saat ini, imbuh Trisno, Desa Menari menjadi pembelajaran lapangan dari mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), UMS, Unika Semarang dan berbagai kampus swasta berbasis keagaman maupun kampus negeri lain.

“Desa kami juga menjadi tempat kuliah lapangan untuk program kearifan lokal dan multikulturalisme dari Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang,” tambah dia. []

Baca juga: 

Berita terkait
Kamping Asyik di I'ampelgading Homeland Bandungan
Iampelgading Homeland di Bandungan, Kabupaten Semarang bisa menjadi lokasi asyik berkemah di penghujung tahun.
Curug Lawe, Eksotisme Air Terjun di Belantara Gunung Ungaran
Melintasi turunan curam, tikungan tebing, terhampar kejernihan air yang jatuh dari ketinggian, berbias sinar matahari, tampak seperti untaian benang putih.
Tirto Argo Siwarak, Sensasi Kesegaran Mata Air Gunung Ungaran
Saking jernihnya air, Anda bisa leluasa memandang dasar kolam dengan mata terbuka.
0
Kapolri: Sinergitas TNI-Polri Harga Mati Wujudkan Indonesia Emas 2045
Kapolri menekankan penguatan sinergitas TNI-Polri menjadi salah satu kunci utama dalam menyukseskan dan mewujudkan visi Indonesia Emas.