Jembatan Dah dan Nasib Awal Warga Subulussalam Aceh

Jembatan sepanjang 150 meter di atas sungai Lae Suraya, Desa Dah, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, Aceh diresmikan.
Perahu motor sebagai alat transportasi penyebarangan masyarakat Desa Dah, Kecamatan Runding, Kota Subulussalam, Aceh dengan pemandangan jembatan yang baru diresmikan oleh Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang, Kamis, 12 Maret 2020. (Foto: Tagar/Nukman)

Subulussalam - Masyarakat Desa Dah, Kecamatan Rundeng, Kota Subulussalam, Aceh menyambut gembira atas rampungnya proyek pembangunan jembatan yang sejak lama mereka idam-idamkan. 

Jembatan yang berkontruksi beton dengan rangkaian kerangka baja, terbentang sepanjang 150 meter di atas sungai Lae Suraya yang seakan menghadirkan layaknya sebuah kemerdekaan bagi masyarakat di desa itu.

Pembangunan jembatan dimulai sejak tahun 2014 lalu dengan menelan biaya senilai Rp 40 miliar lebih itu kini menjelma menjadi lokomotif perekonomian.

Kepala desa ataupun masyarakat kini sudah dengan mudah menuju kantor camat dalam hal untuk mengurus keperluan administrasi.

Selama ini, masyarakat Desa Dah yang terletak di dalam wilayah Kecamatan Runding, Kota Subulussalam, Aceh itu selama ini bila hendak menuju ibu kota kecamatan terlebih dahulu harus menyeberangi sungai dengan menggunakan perahu motor.

Begitu juga, saban hari bila hendak mendistribusikan hasil pertanian, warga di sana harus mengangkutnya dengan perahu motor sebagai alat transportasi sungai.

Sebagai wujud rasa syukur atas terealisasinya pembangunan jembatan tersebut, Pemerintah Kota (Pemko) Subulussalam bersama masyarakat mengadakan resepsi peresmian yang diguguhi dengan zikir masal dan diiringi lantunan doa pertanda akses transportasi tersebut resmi digunakan pemakaiannya.

Jembatan Dah SubulussalamPemandangan jembatan Dah yang baru diresmikan oleh Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang, Kamis, 12 Maret 2020. (Foto: Tagar/Nukman)

Diisi dengan sejumlah rangkaian acara, mulai dengan penandatanganan batu prasasti oleh Wali Kota Subulussalam serta pengguntingan pita oleh Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) disusul dengan makan bersama menambah keluhuran asa masyarakat dalam menikmati jembatan penghubung yang diimpikan sejak lama.

Begitu juga anak-anak sekolah, dengan tersuguhnya jembatan tersebut membuat mereka tidak harus menyeberangi sungai dengan perahu motor.

Selain itu, komoditi pertanian di desa itu, seperti sawit dirasakan dengan mudah terangkut ke pabrik pengolahan kelapa sawit yang terdekat tanpa harus menyeberangi sungai lagi dengan perahu motor.

Pembangunan jembatan ini sempat terhenti pada tahun 2016 dan 2017 akibat ketidaktersediaan anggaran. Namun, seiring waktu tepatnya pada tahun 2019, Pemerintah Kota Subulussalam kembali melanjutkan proyek pembangunan jembatan tersebut dengan menggelontorkan taksasi dana sebesar Rp 20,8 miliar yang bersumber dari kucuran Dana Otonomi Khusus Aceh (DOKA).

"Mari kita syukuri pembangunan jembatan ini, seiring kami ucapkan terimakasih kepada Wali Kota Subulussalam sebelumnya, senior kami Bapak Merah Sakti yang telah memulai penancapan tiang pondasi pembangunan jembatan Dah," kata Wali Kota Subulussalam, Affan Alfian Bintang ketika memberikan sambutannya di dalam acara peresmian jembatan Dah, Kamis, 12 Maret 2020.

Manfaat pembangunan jembatan tersebut tidak hanya dirasakan oleh warga di Desa Dah saja. Akan tetapi turut juga dirasakan beberapa desa lainnya. Termasuk jembatan tersebut sekaligus sebagai penghubung yang memotong rentang kendali antara Kecamatan Sultan Daulat dengan Kecamatan Runding.

Dalam kesempatan itu, Wali Kota Subulussalam juga turut meresmikan pasar rakyat di Desa Dah yang sebelumnya pernah menjadi pusat transaksi dagang masyarakat di desa itu. Namun akibat konflik Aceh yang berkecamuk, kegiatan pasar itu pun jadi terhenti.

Salah seorang tokoh masyarakat Desa Dah, Rusdi Saraan mengatakan, masyarakat sangat terbantu dengan adanya jembatan tersebut. 70 persen masyarakat yang selama ini berkebun di seberang sungai kini tidak harus antri berjam-jam lagi menunggu giliran pengangkutan rakit (transportasi penyebarangan sungai).

"Kami masyarakat Dah sangat berbahagia bahwa penantian yang lama kini sudah terwujud," kata Rusdi kepada Tagar.

Menurutnya, urat nadi perekonomian masyarakat juga dapat bertumbuh dengan adanya infrastruktur tersebut yang telah memudahkan akses transportasi kendaraan darat masuk ke desa.

"Selain itu, kepala desa ataupun masyarakat kini sudah dengan mudah menuju kantor camat dalam hal untuk mengurus keperluan administrasi," ucapnya.[]

Berita terkait
2 Pasien Suspect Virus Corona Dirawat di Aceh
Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) Banda Aceh saat ini menangani dua pasien suspect (dicurigai) corona.
Dekat Perbatasan Polres Subulussalam Kurang Personil
Polres Subulussalam, Aceh membutuhkan penambahan personel karena wilayah perbatasan Aceh dan Sumatera Utara.
Kejaksaan Geledah Kantor BPKD dan PUPR Subulussalam
Kejari Subulussalam menggeledah Kantor BPKD dan PUPR atas dugaan korupsi proyek fiktif.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.