Jasad Warga Palestina Jadi Alat Negosiasi Israel

Warga Palestina dan kelompok hak asasi manusia menilai, tindakan Israel yang menahan jenazah menambah penderitaan keluarga yang ditinggalkan.
Ilustrasi konflik Israel-Palestina. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Jenazah warga Palestina yang menjadi korban pertempuran digunakan oleh Israel sebagai alat negosiasi. Alasan Israel menahan jenazah warga Palestina adalah untuk mencegah serangan, dan sebagai alat tukar terhadap dua jenazah tentara Israel yang ditahan oleh kelompok Hamas di Jalur Gaza.

Warga Palestina dan kelompok hak asasi manusia menilai, tindakan Israel yang menahan jenazah merupakan bentuk hukuman kolektif, tindakan ini semakin menambah penderitaan keluarga yang ditinggalkan.

Dilansir dari The Dawn, Jumat, 8 Oktober 2021, Pusat Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Yerusalem, mengatakan, Israel menahan setidaknya 82 jenazah warga Palestina sejak kebijakan itu ditetapkan pada 2015 lalu. Sebagian besar jenazah tersebut dimakamkan di sebuah pemakaman rahasia dan hanya ditandai dengan plakat angka. Sedangkan Hamas menahan jenazah dua tentara Israel yang tewas selama konflik Gaza 2014 di sebuah lokasi yang dirahasiakan.

Pada 2020 lalu, Kabinet Keamanan Israel memperluas kebijakan tersebut dengan menahan semua jenazah warga Palestina yang tewas selama serangan. Menteri Pertahanan Benny Gantz pada saat itu mengatakan, kebijakan untuk menahan jenazah Palestina akan mencegah serangan. Kebijakan tersebut juga dapat membantu memastikan kembalinya tawanan dan jenazah tentara Israel. Namun, Kementerian Pertahanan menolak mengomentari kebijakan tersebut lebih lanjut.

Sudah lebih dari setahun, Seorang warga Palestina, Mustafa Erekat mencari putranya, Ahmed yang dibunuh oleh pasukan Israel di Tepi Barat. Menurut pejabat Israel, Ahmed ditembak dan dibunuh setelah dengan sengaja menabrak sebuah pos pemeriksaan militer pada Juni 2020.

Rekaman kamera keamanan menunjukkan mobil itu membelok dan menabrak ke sekelompok tentara Israel. Ahmed sempat terlihat melangkah keluar dari mobil dan mengangkat salah satu tangannya sebelum dia ditembak beberapa kali hingga jatuh dan tersungkur ke tanah.

Keluarga Ahmed mengatakan, insiden itu adalah kecelakaan. Sementara Erekat mengatakan, putranya sedang melewati pos pemeriksaan dalam perjalanan ke kota Betlehem untuk membeli pakaian bagi saudara perempuannya. Pakaian itu akan digunakan di hari pernikahan Ahmed.

"Ahmed ditembak mati menjelang hari pernikahannya,' kata Erekat. 

Penembakan itu menarik perhatian luas, karena Ahmed adalah keponakan Saeb Erekat, seorang juru bicara dan negosiator veteran Palestina yang meninggal dunia tahun lalu. Sampai saat ini, Erekat tidak mengetahui keberadaan jasad anaknya.

"Mereka tidak punya hak untuk menahan jenazah anak saya, dan itu adalah hak saya untuk menguburkan anak saya dengan baik,” ujar Erekat.

Hingga saat ini, Erekat dan keluarga Palestina lainnya harus memperjuangkan kasus tersebut ke Mahkamah Agung Israel.  Proses ini telah melibatkan banyak sidang yang berlarut-larut selama bertahun-tahun. []

Berita terkait
Israel Resmikan Kedutaan Besar di Bahrain
Menlu Israel memulai kunjungan penting ke Bahrain di mana dia membuka kedutaan besar Israel di negera tersebut
Irak Tolak Permintaan Normalisasi Hubungan dengan Israel
PM Irak, Mustafa Khadhimi, menolak permintaan normalisasi hubungan dengan Israel yang diajukan oleh sebuah kelompok
DPR Amerika Setuju Dana 1 Miliar Dolar untuk Iron Dome Israel
DPR AS menyetujui dana 1 miliar dolar AS, 23 September 2021, untuk memasok sistem pertahanan rudal Iron Dome Israel