Jamur Antraknosa Serang Cabai Rawit di Sleman

Jamur antraknosa menyerang tananam cabai di Sleman. Petani mengalami gagal panen. Biasanya panen 30 Kg, kini 5 Kg saja susah.
Petani cabai Kalasan saat memisahkan cabai yang utuh dan yang terserang jamur Antraknosa, Rabu, 19 Februari 2020.(Foto: Tagar/Evi Nur Afiah)

Sleman - Kelompok petani cabai di Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta terpaksa harus merugi di musim panen pertamanya pada 2020 ini. Tanaman pedas yang sudah dirawat sejak bibit terserang penyakit jamur antraknosa. Mereka mengalami gagal panen akibat hama tersebut.

Ketua Forum Petani Kalasan Janu Riyanto mengatakan, jamur antraknosa sebenarnya menyerang para petani cabai di Kalasan belum lama. Hal itu disebabkan karena faktor cuaca. Musim hujan sendiri banyak terjadi ledakan penyakit yang berkaitan dengan bakteri dan jamur.

"Gagal panen cabai karena terserang penyakit jamur antraknosa," kata Janu kepada wartawan di Dusun Karang Kalasan, Tirtomartani, Kalasan, Sleman, pada Rabu 19 Februari 2020.

Dia mengatakan setiap musim mempunyai tantangan tersendiri bagi para petani. Apalagi pada musim yang berubah-ubah. Dari panas lalu hujan dan kembali panas lagi. Musim seperti saat ini, mempengaruhi kelembapan udara yang tinggi. Hama jamur bisa berkembang sangat cepat, antraknosa salah satunya.

Gagal panen cabai karena terserang penyakit jamur antraknosa.

Menurut dia sebenarnya para petani sudah menghindari beragam penyakit tanaman. Petani berusaha menangani dengan obat-obatan hayati agar ramah lingkungan. Urusan jamur, para petani mengaku banyak yang merasa kewalahan dalam menghindari hama jamur itu.

Dia mengatakan banyak petani yang gagal panen dan merugi. Dinas pertanian sudah mendukungnya dengan pemberian pupuk dan obat-obatan. Namun tetap sulit mencegah hama itu. "Ini kan penyakit datang dari alam. Bagaimana kita melawan alam," katanya.

Sampai proses panen, para petani setidaknya harus menunggu 90 hari. Sekali panen mereka bisa memperoleh 30-40 kilogram sebanyak 5 kali pemetikan. "Sementara saat kondisi seperti saat ini, jangankan puluhan kilogram, lima kilogram saja sudah sulit," ujarnya.

Janu mengatakan luas lahan kelompok sekitar 3.000 meter persegi. Kalau tidak diserang hama, sekali panen bisa mendapatkan 30 sampai 40 kilogram. "Sekarang mah lima kilogram saja susah banyak yang busuk," ucapnya.

Banyak petani yang terpaksa membabat tanamannya. Mereka merugi karena sudah tidak bisa panen. Setelah panan ini, mereka akan menggnati dengan tanaman lain. []

Baca Juga:

Berita terkait
Harga Melambung, Cabai Busuk Diburu Warga Surabaya
Harga cabai naik 100 persen di Pasar Pabean Surabaya, masyarakat mulai beralih cabai busuk.
Kulon Progo Penyumbang Utama Kebutuhan Cabai DIY
Kabupaten Kulon Progo merupakan penyumbang utama cabai untuk provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Petani Kulon Progo Merugi, Harga Cabai Mulai Anjlok
Petani cabai di Kulon Progo terancam merugi setelah harga mengalami penurunan dalam dua hari terakhir
0
FAO Apresiasi Capaian Kinerja Pertanian Indonesia
Kepala Perwakilan FAO, Rajendra Aryal mengapresiasi capaian kerja yang dilakukan jajaran Kementerian Pertanian selama tiga tahun terakhir.