Jaga Pertumbuhan, Pemerintah Harus Dorong Konsumsi

Laju pertumbuhan yang mandek di kisaran 5 persen serta dampak virus corona membuat pemerintah harus mencari cara untuk menjaga momentum.
Deretan permukiman penduduk dan gedung bertingkat yang terlihat dari kawasan Tanah Abang, Jakarta, Jumat (8/2/2019). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen sepanjang 2018. (Foto: Antara/Aprillio Akbar)

Jakarta - Sejumlah tantangan ekonomi sudah menyelimuti Indonesia sejak awal tahun ini. Laju pertumbuhan yang mandek di kisaran 5 persen serta dampak penyebaran virus corona membuat pemerintah terus mencari cara untuk menjaga momentum pertumbuhan.

Pengamat ekonomi dari Binus University Ikhsan Modjo mengatakan salah satu langkah yang bisa dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mendorong tingkat konsumsi di dalam negeri. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat kinerja sektor ekspor cukup tertekan akibat situasi global yang tidak menentu.

"Solusinya adalah pemerintah harus melakukan ekspansi dan switching fiskal dengan belanja-belanja yang terukur serta memberikan insentif sektoral. Soalnya kalau barangnya sudah dibuat tetapi tidak ada yang beli kan kasian juga," kata Ikhsan kepada Tagar di Jakarta, Rabu, 12 Februari 2020.

Ikhsan menambahkan, upaya tersebut bukannya tidak membawa risiko. Salah satu konsekuensi yang mesti ditanggung pemerintah untuk mengerek daya beli adalah penambahan sektor pengeluaran negara. "Pertanyaannya, kalau anggaran belanja mau ditambah lagi duitnya dari mana? Mau tidak mau ya harus utang," ujarnya. Lebih lanjut, Ikhsan mengungkapkan bahwa penambahan utang negara bukanlah sebuah hal tabu apabila output yang dihasilkan dapat berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonomi.

Virus CoronaVirus Corona. (Foto: health.harvard.edu)

Selain itu, rasio utang yang saat ini tercatat sebesar 30 persen dari produk domestik bruto (PDB) masih jauh dari ambang batas yang telah ditentukan. Asumsi tersebut didasarkan pada UU Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Keuangan Negara yang menyebut angka rasio utang maksimal 60 persen dari PDB.

Ikhsan juga menyebut salah satu sektor yang ikut terpukul atas ketidakpastin global adalah industri pariwisata. Sektor ini dipercaya menjadi salah satu kontributor utama penyokong PDB dengan tingkat pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya.

"Apabila tekanan terus terjadi pada pariwisata maka akan berpengaruh sekitar 1 persen dari pembentukan PDB tahun ini. Belum lagi kalau ditambah dengan multiplier effect-nya dibanyak subsektor seperti perhotelan dan transportasi bisa lebih kencang pengaruhnya," ucap Ikhsan.

Berdasarkan data yang dilansir oleh Badan Pusat Statistik (BPS), pesimisme dunia usaha terlihat jelas pada capaian kuartal IV/2019. Menurut lembaga pimpinan Suhariyanto itu, Indeks Tendensi Bisnis (ITB) tercatat sebesar 104,82. Perolehan tersebut menurun dibandingkan dengan kuartal III/2019 yang tercatat 105.33. Hasil ini memberikan gembaran jelas mengenai cukup tertekannya laju produksi maupun ekspansi pelaku bisnis pada akhir tahun lalu.

Bahkan, BPS memproyeksi keadaan serupa tidak akan banyak berubah pada trimester I/2020. Dalam laporannya yang dirilis pada 5 Februari 2020, perkiraan ITB per Maret 2020 hanya akan berada pada level 102,90. Angka itu dibentuk dari rerata sektor order dalam negeri 106,82, order luar negeri 99,16, harga jual produk 104,46, dan order barang imput 101,16.

Penurunan tingkat optimisme pelaku usaha sejalan dengan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang diperkirakan hanya sebesar 103,23 pada kuartal I/2020. Prediksi tersebut lebih rendah dengan hasil ITK kuartal IV/2019 yang tercatat sebesar 107,86.

Sebagai informasi, prediksi tentang arah pertumbuhan ekonomi sangat dibutuhkan, baik oleh pemerintah maupun dunia usaha. Pemerintah menggunakan informasi ini untuk perencanaan dan penentuan kebijakan ekonomi ke depan. Sementara dunia usaha menggunakannya untuk memprediksi pangsa pasar.

Indikator ITB dan IKB sendiri saling melengkapi dalam memberikan informasi dini perkembangan ekonomi secara umum. ITB melihat kondisi ekonomi dari perspektif pengusaha. Sedangkan, ITK melihat kondisi ekonomi dari sisi konsumen. Informasi ekonomi yang dihasilkan dari kedua indikator ini adalah kondisi perekonomian triwulan berjalan dan prediksi triwulan mendatang.[]

Baca Juga:

Berita terkait
Berharap KUR Pondasi Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Komisi VI DPR sedang mengkaji agar KUR dapat jadi bagian dari program SDGs sehingga bisa dapat bantuan tambahan modal bagi kesejahteraan rakyat
Virus Corona Bisa Ganggu Pertumbuhan Ekonomi RI
China yang menjadi mitra dagang strategis Indonesia tengah bergelut dengan isu virus corona, sehingga bisa berpengaruh terhadap ekonomi Indonesia.
Kawasan Industri Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi adalah dengan mengembangkan kawasan industri.
0
FAO Apresiasi Capaian Kinerja Pertanian Indonesia
Kepala Perwakilan FAO, Rajendra Aryal mengapresiasi capaian kerja yang dilakukan jajaran Kementerian Pertanian selama tiga tahun terakhir.