Isaac Asimov, Penulis Yang Tak Kenal Writer’s Block

Isaac Asimov dikenal sebagai seorang penulis yang produktif dan tidak mengenal writers block atau kondisi yang membuat penulis tidak bisa berpikir
Isaac Asimov (Foto: vocal.media)

Jakarta – Isaak Yudovic Osimov atau Isaac Asimov (2 Januari 1920 – 6 April 1992), dikenal sebagai salah satu penulis paling produktif sepanjang sejarah. Semasa hidupnya, pria yang lahir di Petrovichi, Smolensk Oblast, Rusia ini diketahui telah menulis dan menyunting sekitar 500 jilid dan 90.000 surat atau kartu pos tanpa mengalami writer’s block (kondisi yang dialami penulis ketika mereka tidak mampu memikirkan apa yang harus ditulis atau bagaimana melanjutkan tulisannya).

Kecintaannya pada dunia penulisan dimulai ketika orangtuanya memutuskan untuk berpindah dari Rusia ke Brooklyn, New York, Amerika Serikat. Saat itu, usianya baru menginjak tiga tahun. Demi melanjutkan hidup, orangtuanya membuka sebuah toko permen. Toko tersebut juga menyediakan majalah untuk para konsumennya.

Pada usia 9 tahun, Isaac mulai membantu usaha orangtuanya dengan bekerja secara part time di toko permen tersebut. Penasaran dengan majalah-majalah yang terpampang di tokonya, ia mulai membuka satu persatu dan membacanya. Pada saat itu, pria lulusan Columbia University ini mulai jatuh cinta dengan salah satu genre yang dibacanya, fiksi ilmiah.

Menginjak usia remaja, Isaac mulai rutin menulis cerita-cerita pendek untuk kemudian dijual ke sejumlah penerbit majalah-majalah fiksi ilmiah. Karya pertamanya berjudul Marooned Off Vest yang ditulis saat usianya 18 tahun.

 (1954),  (1957),  (1983),  (1985),  (1993)).Beberapa series fiksinya yang paling terkenal dan dianggap sebagai novel fiksi ilmiah paling berpengaruh di antaranya, series Foundation (Foundation (1951), Foundation and Empire (1952), Second Foundation (1953), Foundation’s Edge (1982), Foundation and Earth (1986), Prelude to Foundation (1988), Forward to Foundation (1993), series Galactic Empire (Pebble in the Sky (1950), The Stars, Like Dust (1951), The Currents of Space (1952), dan series Robot, The Caves of Steel (1954), The Naked Sun (1957), The Robots of Dawn (1983), Robots and Empire (1985), The Positronic Man (1993).

isaac2Isaac Asimov (Foto: thestar.com)

Selain itu, salah satu karya cerpennya, Nightfall, dinobatkan sebagai cerita pendek fiksi ilmiah terbaik oleh Science Fiction Writers of America (Perkumpulan Penulis Fiksi Ilmiah Amerika) pada 1964. Nightfall juga telah diadaptasi ke dalam film dengan judul yang sama yakni, Nightfall (1988) dan Nightfall (2000).

Isaac bersama 2 penulis fiksi lainnya, Robert A. Heinlein dan Arthur C. Clarke disebut-sebut sebagai “Tiga Besar” penulis fiksi ilmiah terbaik.

Dalam autobiografinya, It’s Been a Good Life (2002), yang merupakan ringkasan dari tiga buku autobiografi sebelumya In Memory Yet Green ( 1979), In Joy Still Felt (1980), dan I Asimov: A Memoir (1994)), pria penderita Acrophobia (fobia ketinggian) dan Aviophobia (fobia penerbangan) ini membocorkan beberapa rahasia menulisnya. Rahasia menulis produktif itu di antaranya, mengerjakan beberapa proyek sekaligus, terus menulis meski tidak sedang menulis, menikmati proses menulis, dan membaca karya penulis hebat lainnya.

Mengerjakan Beberapa Proyek Sekaligus

Isaac mengaku mengerjakan beberapa karya tulisnya dalam satu waktu sekaligus. Jadi, ketika dia sudah mulai bosan dengan satu tulisan yang sedang dikerjakan, pria keturunan Yahudi ini akan berpindah ke proyek tulisan lainnya untuk dia kerjakan.

Terus Menulis Meski Tidak Sedang Menulis

Isaac tidak pernah berhenti menulis. Setiap saat, meski tidak sedang berhadapan dengan mesin ketiknya, dia tetap memikirkan setiap bit cerita maupun dialog antar karakter di dalam kepalanya.

Menikmati Proses Menulis

Suami dari Janet Opal Jeppson ini sangat menikmati seluruh proses penulisan dari awal hingga akhir. Isaac juga tidak pernah meragukan kualitas tulisannya. Dia mengaku bisa membaca buku karyanya sendiri dan masuk ke dalam dunia cerita yang diciptakan tanpa pernah merasa bosan.

Membaca Karya Penulis Hebat Lainnya

Pria yang meninggal akibat penyakit terkait AIDS melalui transfusi darah saat menjalani operasi bypass jantung pada 1983 ini sering membaca karya tulis dari para penulis hebat lainnya. Menurutnya penulis-penulis tersebut mendapat pendidikan menulisnya dari membaca karya tulis penulis lain juga. 

Dari sanalah, seorang penulis, kata Isaac, perlu mencari tahu bagaiman cara penulis-penulis hebat tersebut melakukannya (belajar dari membaca karya penulis lain) secara efektif. []

Berita terkait
NH Dini, Penulis Favoritku Saat Remaja
Sastrawan besar Indonesia Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin populer NH Dini, menutup lembar terakhir hidupnya sore ini.
0
Panduan Pelaksanaan Salat Iduladha dan Ibadah Kurban 1443 Hijriah
Panduan bagi masyarakat selenggarakan salat Hari Raya Iduladha dengan memperhatikan protokol kesehatan dan melaksanakan ibadah kurban