Iran dan Rusia Kembali Serang Pilpres Amerika Serikat

Badan-badan intelijen di Amerika Serikat (AS) tuduh Iran dan Rusia coba gunakan data pendaftaran pemilih sebar kekacauan
Ilustrasi: Seorang peretas. (Foto: voaindonesia.com/Courtesy)

Jakarta - Badan-badan intelijen Amerika Serikat (AS) menuduh Iran dan Rusia mencoba menggunakan data pendaftaran pemilih dalam "upaya yang sungguh-sungguh" untuk menyebar kekacauan dan kebingungan menjelang pemilihan presiden Amerika pada tanggal 3 November 2020.

Direktur Intelijen Nasional, John Ratcliffe, mengumumkan itu dalam konferensi pers yang dilakukan dengan tergesa-gesa pada Rabu, 21 Oktober 2020 malam waktu setempat. Ia berusaha meyakinkan orang Amerika dan berjanji akan memaksa negara manapun yang tertangkap ikut campur, untuk menanggung "biaya dan konsekuensi."

"Kami mengonfirmasi bahwa sebagian informasi pendaftaran pemilih telah diperoleh Iran, dan secara terpisah, oleh Rusia," katanya. Ia menambahkan kedua negara "telah mengambil tindakan khusus untuk memengaruhi opini publik terkait pilpres Amerika."

Ratcliffe tidak mengatakan bagaimana Rusia menggunakan informasi tersebut, tetapi menyalahkan aktor-aktor siber Iran yang berada di balik kegiatan itu dalam 24 jam sebelumnya. Ia mengatakan beberapa di antaranya tampaknya dirancang untuk merugikan Presiden Donald Trump.

Laporan voaindonesia.com, 5 Juni 2020, menyebutkan pejabat senior keamanan Google mengatakan bahwa peretas yang didukung negara dari China menyasar staf yang bekerja pada kampanye bakal calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden. Pejabat yang sama mengatakan peretas Iran belum lama ini menyasar akun email milik staf kampanye Presiden Donald Trump dari Partai Republik.

Pengumuman yang disampaikan di Twitter, 4 Juni 2020, oleh kepala Threat Analysis Group Google, Shane Huntley, itu adalah indikasi terbaru mata-mata digital yang rutin menyasar politisi terkemuka.

Kementerian luar negeri Iran, 21 Oktober 2020, menolak tuduhan Amerika itu dan menyebutnya "tidak berdasar." Mereka juga memanggil duta besar Swiss, yang mewakili kepentingan Amerika di Iran karena kedua negara tidak memiliki hubungan diplomatik.

Penyelidik melacak email-email, yang diduga berasal dari Proud Boys, kelompok sayap kanan yang mendukung presiden. Email-email itu dikirim ke pemilih di setidaknya empat negara bagian, mencakup Arizona, Alaska, Pennsylvania, dan Florida.

Para pemilih, umumnya terdaftar sebagai Demokrat, diberitahu untuk memilih Trump pada Hari Pemilihan. Kalau tidak, mereka akan "mengejar". Perwakilan dari Proud Boys membantah terlibat.

Selain email-email itu, Ratcliffe mengatakan Iran juga bertanggung jawab atas pendistribusian video yang menyiratkan bahwa sebagian pemilih mungkin memberikan surat suara yang dicurangi. (ka/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Jajak Pendapat Pilpres Amerika Serikat Joe Biden Unggul
Penantang dari Partai Demokrat, Joe Biden, dalam pilpres AS yang tinggal 15 hari lagi menunjukkan keunggulan Biden dalam jajak pendapat nasional
Siapkah Facebook Hadapi Pilpres Amerika Serikat
Facebook jadi alat untuk memanipulasi pilpres Amerika Serikat tahun 2016, banyak kalangan yang bertanya kesiapan Facebook pada Pilpres 2020