Iran Bantah Tak Transparan Soal Jumlah Korban Corona

Iran berjanji akan bersikap transparan mengenai jumlah korban virus corona jenis COVID-19 dan membantah pemerintah berusaha menyembunyikan fakta.
Iran berjanji akan bersikap transparan mengenai jumlah korban virus corona jenis COVID-19. Hal itu disampaikan setelah adanya tuduhan pemerintah berusaha menyembunyikan fakta jumlah korban. (Foto: AFP|Arab News).

Taheran - Iran berjanji akan bersikap transparan mengenai jumlah korban virus corona jenis COVID-19. Hal itu disampaikan setelah adanya tuduhan pemerintah berusaha menyembunyikan fakta jumlah korban.

Pemerintah Iran juga menyangkal pernyataan anggota parlemen yang menyebutkan jumlah korban meninggal akibat virus yang mematikan itu mencapai 50 orang. Belakangan ini, pemerintah mendapat tekanan publik pasca jatuhnya pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang bulan lalu terkena tembakan rudal. Semula Iran menyangkal menembak jatuh pesawat itu, tapi belakangan mengakui dengan menyatakan tidak sengaja.

Sebelumnya pemerintah Iran mengumumkan jumlah kematian akiba virus corona melonjak menjadi 15 orang,sejauh ini tercatat merupakan yang tertinggi di luar China. Namun Ahmad Amirabadi Farahani, anggota parlemen dari kota suci Qom, selatan Taheran, menuduh pemerintah berbohong tentang data itu. "Sampai tadi malam, sekitar 50 orang telah meninggal terkena infeksi virus corona, itu di kota Qom saja," ucapnya kepada kantor berita ILNA, seperti dikutip dari Arab News, Selasa,25 Februari 2020.

Pemerintah membantah pernyataan Farahani itu. "Saya bertanya kepada saudara yang menyebutkan angka kematian 50 orang, untuk memberikan daftar nama korban kepada kami," kata Wakil Menteri Kesehatan, Iraj Harichi. Kata dia lagi,"Jika jumlah kematian di Qom mencapai setengah atau seperempat dari angka itu, saya akan mengundurkan diri."

IMF Soal Virus CoronaSeorang pelayanan Starbucks di Bejing memeriksa suhu tubuh pelanggan mengantisipasi infeksi virus corona. IMF mengingatkan dampak virus corona akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global yang sudah rapuh. (Foto: Reuters|Carlos Garcia Rawlins|Channel News Asia).

Banyak warga Iran yang tidak percaya dengan angka yang diumumkan pemerintah. Salah satunya ibu rumah tangga bernama Elahi Zarabi, 56 tahun. "Televisi pemerintah memberikan kita statistik, tetapi kalau kita pergi ke rumah sakit. Jumlah orang yang meninggal jauh lebih banyak," ucapnya.

Peningkatan jumlah korban virus corona, mendorong pemerintah Iran memerintahkan penutupan sekolah, universitas, dan pusat kebudayaan untuk mencegah penyebaran wabah. Seperti diberitakan dari aljazeera.com, Gubernur Provinsi Markazi, Ali Aghazadeh mengatakan hasil tes seorang pasien yang baru-baru ini meninggal di pusat kota Arak, dinyatakan positif terkena virus corona.

"Orang itu juga menderita masalah jantung," kata Aghazadeh kepada kantor berita Iran, IRNA. Kasus infeksi virus corona pertama kali terungkap pada Rabu lalu, dan merenggut nyawa dua orang tua di Qom. []

Baca Juga:


Berita terkait
Virus Corona Meluas, Harga Minyak Anjlok 5 Persen
Penyebaran virus corona yang semakin meluas memicu kehawatiran investor dampak buruk terhadap perekonomian, harga minyak juga ikut terimbas.
Kasus Virus Corona Pertama di Afghanistan
Menteri Kesehatan Afghanistan Ferozuddin Feroz mengatakan saat konferensi pers di Kabul bahwa satu dari tiga dugaan kasus virus corona.
Balita 4 Tahun di Korsel Terinfeksi Virus Corona
Seorang balita berusia empat tahun menjadi korban termuda yang terinfeksi virus corona di Korea Selatan.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)