TAGAR.id, Washington DC, AS - Presiden AS, Joe Biden, pada hari Rabu, 9 Agustus 2023, berencana untuk memberlakukan pembatasan investasi AS dalam beberapa industri teknologi tinggi di China.
Perintah eksekutif Presiden Biden yang diperkirakan dapat kembali meningkatkan ketegangan antara AS dan China setelah periode di mana para pemimpin kedua negara telah mengadakan beberapa diskusi yang bertujuan untuk menyuarakan perbedaan mereka dan mencari titik temu. Amerika merupakan ekonomi terbesar di dunia dan China berada di nomor 2 di dunia,
Pembatasan baru itu akan membatasi investasi AS di sektor teknologi tinggi di China seperti komputasi kuantum, kecerdasan buatan, dan semikonduktor canggih, tetapi tampaknya tidak dalam ekonomi China yang lebih luas, yang baru-baru ini berjuang untuk maju.
Dubes AS untuk China, Nicholas Burns (kedua dari kiri), dan Menkeu AS Janet Yellen (kedua dari kanan), hadiri diskusi tentang iklim di Kedutaan Besar AS di Beijing, China, 8 Juli 2023. (Foto: voaindonesia.com/Pedro Pardo/POOL/AFP)
Dalam perjalanan ke China pada bulan Juli, Menteri Keuangan Janet Yellen mengatakan kepada Perdana Menteri China, Li Qiang, “Amerika Serikat, dalam keadaan tertentu, perlu melakukan tindakan untuk melindungi keamanan nasionalnya, dan kita mungkin tidak setuju dalam hal ini.”
Dalam upaya untuk melindungi kepentingan keamanan Amerika sendiri di kawasan Indo-Pasifik dan di seluruh dunia, Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan pada bulan April bahwa AS telah menerapkan “pembatasan yang dirancang dengan cermat pada ekspor teknologi semikonduktor paling canggih” ke China.
“Pembatasan itu didasarkan pada masalah keamanan nasional yang langsung,” katanya. “Sekutu dan mitra utama telah mengikuti, konsisten dengan masalah keamanan mereka sendiri,” tambahnya.
Sullivan mengatakan pembatasan itu bukan, seperti yang diklaim Beijing, sebuah ‘blokade teknologi.’” (lt/jm)/voaindonesia.com. []