Intimidasi Barbar di Ruang Publik

Jakarta jadi saksi, demokrasi dilukai lagi. Dan itu dipertontonkan oleh mereka yang sering teriak sesumbar, berbeda pilihan adalah bentuk demokrasi termasuk mengganti presiden yang tak disukainya dengan berbagai cara, di berbagai tempat, sering pula dengan klaim sesuai syariat agamanya.
Tak cukup sampai situ, seorang ibu dan anaknya yang berkaus putih pendukung Presiden Jokowi, pun menjadi sasaran kelompok hitam itu. Bisa dibayangkan suasana batin korban puluhan kelompok hitam yang mengintimidasi kelompok putih pagi ini?

Jakarta, (Tagar 29/4/2018) – Ruang publik sepanjang jalan Sudirman-Thamrin Jakarta hari ini, Minggu (29/4) menjadi saksi piciknya sekelompok orang dalam bersikap dan menyikapi perbedaan pandangan, pendapat, atau pilihan. Ruas jalan yang sesungguhnya disediakan untuk suka cita bagi masyarakat dan ditutup dari hiruk pikuk kendaraan yang membuang racun dari kenalpotnya sehari-hari, kembali jadi area pemaksaan kehendak satu kelompok manusia yang tak mampu berpikir cerdas dan sehat.

Pagi ini, kawasan yang semestinya bebas dari kegiatan politik, tercoreng akibat ditingkahi perilaku memuakkan warganya sendiri. Dua pihak yang saling berseberangan sikap dalam politik, sama-sama melangkahi aturan tadi, car free day (hari bebas kendaraan bermotor) pun jadi ajang menunjukan otot satu pihak terhadap pihak lainnya.

Konyolnya, tindak tak beradab itu terjadi di depan 2 kompi polisi dari Polres Metro Jakarta Pusat, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tindakan menakut-nakuti, terutama untuk memaksa orang atau pihak lain berbuat sesuatu -atau tidak berbuat sesuatu- lewat gertakan atau ancaman, disebut intimidasi.

Perilaku intimidasi dan kemudian berubah menjadi teror biasa dilakukan oleh bangsa yang belum beradab, yang sifatnya kasar dan kejam. Dalam KBBI, bangsa yang belum beradab itu disebut bangsa barbar.

Dan kelakuan barbar itu dipertunjukan dengan pongahnya oleh mereka yang menggunakan kaus dominan hitam bertuliskan #2019GantiPresiden, sekelompok orang yang bernafsu mengganti presiden saat ini dan diinisiasi politisi PKS, Mardani Ali Sera. Jelasnya, mereka adalah lawan politik Presiden Joko Widodo. Dalam bahasa lugas, mereka biasa digolongkan haters atau kaum pembenci presiden.

Sasaran intimidasi tindak barbarian itu jelas kelompok pendukung Presiden Jokowi, yang pagi ini mengenakan kaus putih bertuliskan #DiaSibukKerja, yang sesungguhnya pula, dari pengamatan kasat mata, jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan kelompok yang bernafsu mengganti presiden walau mereka tak punya calon definitif saat ini.

Dalam video viral dan ratusan foto yang berseliweran di media sosial, kelompok  berkaus hitam #2019GantiPresiden, terlihat mengintimidasi seorang pria setengah baya yang berjalan sendirian. Ia dihalangi, dilecehkan dengan lembaran kertas uang dan diteriaki di telinganya. Pria itu jelas terlihat ketakutan dan mencoba berkelit dari kepungan kelompok hitam.

Tak cukup sampai situ, seorang ibu dan anaknya yang berkaus putih pendukung Presiden Jokowi, pun menjadi sasaran kelompok hitam itu. Bisa dibayangkan suasana batin korban puluhan kelompok hitam yang mengintimidasi kelompok putih pagi ini?

Jakarta jadi saksi, demokrasi dilukai lagi. Dan itu dipertontonkan oleh mereka yang sering teriak sesumbar, berbeda pilihan adalah bentuk demokrasi termasuk mengganti presiden yang tak disukainya dengan berbagai cara, di berbagai tempat, sering pula dengan klaim sesuai syariat agamanya.

Demokrasi, dan intimidasi penuh caci maki itu sesungguhnya jauh panggang dari api dengan ajaran agama Ilahi. (rif)

Berita terkait
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu