Ini Proyeksi BI Soal Pergerakan Rupiah Tahun Depan

Foreign Direct Investment (FDI) melalui beberapa proyek strategis nasional diharapkan sudah mulai normal kembali, atau bahkan lebih baik.
Ilustrasi. (Foto: Tagar/Ist)

Jakarta - Sesuai dengan yang sudah di proyeksikan, Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuan usai menggelar Rapat Dewan Gubernur (RDG), 19 November 2021.

Dalam hasil rapat tersebut, BI memutuskan untuk mempertahankan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 3,5%, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25%.

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengungkapkan, hasil tersebut sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebagai langkah BI menopang pemulihan ekonomi.

Alhasil, dampaknya juga relatif sedikit bagi pergerakan rupiah. Apalagi, pergerakan rupiah dalam beberapa waktu terakhir lebih dipengaruhi sentimen eksternal yang berupa kekhawatiran inflasi yang tinggi.

Sementara untuk ke depan, David Sumual selaku Kepala Ekonom BCA melihat, pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada dua hal. Pertama, perkembangan pandemi Covid-19 seperti apa. Karena pandemi ini sangat berpengaruh terhadap proses pemulihan global maupun dalam negeri.

Kedua, Foreign Direct Investment (FDI) melalui beberapa proyek strategis nasional diharapkan sudah mulai normal kembali, atau bahkan lebih baik.

“Kalau dari sisi inflasi, ke depannya mungkin cenderung akan ada tekanan karena apa yang terjadi di global akan juga dirasakan emerging market, hanya masalah waktu saja,” ucap David.

Menurutnya, dengan kenaikan harga komoditas, lalu ketika tahun depan demand secara agregat bergerak naik, maka para produsen akan menaikkan harga. Sebenarnya, ia melihat hal ini sudah mulai terlihat seiring dengan Producer Price Index (PPI) yang mulai merangkak naik. Hanya saja, sejauh ini Consumer Price Index (CPI) cenderung landai.


Tapi seharusnya rupiah tidak akan banyak terpengaruh karena pasar pasti sudah akan mengantisipasi. Kecuali, terjadi lagi outbreak pada tahun depan, rupiah baru akan bergerak volatile.


Jadi, ketika CPI mulai menaik pada tahun depan, likuiditas domestik diproyeksikan akan terpengaruhi dan mendorong angka inflasi naik. Hal ini pada akhirnya akan memicu terjadinya kenaikan suku bunga acuan.

David Sumual memproyeksikan, kenaikan suku bunga acuan baru akan terjadi pada paruh kedua tahun depan. Tetapi dengan catatan bahwa Federal Reserve (The Fed) sudah menaikkan suku bunga acuan.

“Tapi seharusnya rupiah tidak akan banyak terpengaruh karena pasar pasti sudah akan mengantisipasi. Kecuali, terjadi lagi outbreak pada tahun depan, rupiah baru akan bergerak volatile,” ucap David.

lalu, melihat dari kebijakan moneter maupun fiskal yang ada pada tahun ini, David melihat rupiah seharusnya bisa bergerak stabil pada tahun depan. Ia meyakini BI akan punya beragam cara mitigasi untuk hadapi potensi inflasi pada tahun depan.

David memperkirakan, pada tahun 2022 rupiah berpotensi bergerak pada kisaran Rp 14.500-Rp 14.600 per dolar AS. Hitungan David, kisaran tersebut sesuai dengan fundamental rupiah.[]


(Farhan Ramadhan)

Baca Juga:

Berita terkait
Ini Cara Buka Rekening Bank Syariah Indonesia (BSI) Online
Saat ini membuka rekening bank sudah bisa dilakukan dengan platform digital. Berikut cara membuka BSI online yang perlu kamu ketahui.
Tips Deposito Berjangka dan Perbandingan pada 4 Bank Indonesia
Deposito adalah jenis investasi dengan risiko yang rendah dan investor mendapat suku bunga hingga 4,5 persen per tahun.
Perbankan dan Pelaku Usaha Diajak Bangkitkan Ekonomi Indonesia
Jokowi ajak dunia perbankan dan pelaku usaha untuk ekspansi dan mengucurkan kredit agar ekonomi Indonesia bisa pulih dan bangkit kembali
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi