Ini Kata Ferdinand Tentang Kepala BKPM Bahllil

Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa Kepala BKPM Bahlil lebih cocok jadi Menteri Koperasi dan UKm
Ferdinand Hutahaean sebut Bahlil Kepala BKPM kurang memiliki jaringan di sektro investasi. (Tagar/Tagar TV)

Jakarta – Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia lebih cocok menjadi Menteri Koperasi dan UKM, karena menurutnya Bhalil merupakan wirausahawan yang sukses.

“Sejak awal penempatan pak Bahlil di posisi itu menurut saya memang kurang tepat ya, karena pak Bahlil ini kan latar belakangnya adalah pembisnis besar ya,” kata Ferdinand pada Jumat 9 Oktober 2020.

Karena latar belakang itu ia merasa bahwa Bahlil lebih cocok menjadi Menteri Koperasi dan UKM. Meskipun begitu Ferdinand tetap menghormati keputusan Presiden Jokowi yang memilih Bahllil sebagai Kepala BKPM.

Saat ini sangat banyak kendala yang sedang kita hadapi, lalu kenapa sektor investasi tidak memenuhi target? Karena memang pak Bahlil kurang cocok di kursi BKPM. Pak Bahlil ini jaringan untuk ke investor-investor luar sangat kurang,

“Saat ini sangat banyak kendala yang sedang kita hadapi, lalu kenapa sektor investasi tidak memenuhi target? Karena memang pak Bahlil kurang cocok di kursi BKPM. Pak Bahlil ini jaringan untuk ke investor-investor luar sangat kurang,” jelasnya.

Alhasil kapitalis-kapitalis besar di luar negeri tidak melirik Indonesia. Menurutnya BKPM yang dibawahi oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, justru Luhut lah yang berperan dalam mengajak para investor untuk ke Indonesia.

“BKPM kan di bawah pak Luhut ya, justru pak Luhut yang lebih berperan dalam hal ini. Karena memang paka Luhut mempunyai jaringan-jaringan investor besar yang bisa menguntungkan negara kita,” ucapnya.

Namun tidak tercapainya target investasi, menurut Ferdinand tidak melulu tentang kesalahan-kesalahan Bahlil yang tidak mempunyai jaringan besar. Katanya, masalah ini juga didominasi dengan beberapa faktor.

“Pertama ada faktor regulasi, karena di negara lain regulasi untuk menanam investasi tidak sesulit di negara kita dan regulasi itu lah yang kurang diminati para investor. Contohnya seperti di Vietnam, para investor lebih nyaman dengan regulasi di sana,” ucapnya.

Lalu faktor kedua kata Ferdinand adalah masalah lahan, dalam hal ini seharusnya BPN bisa beperan dalam masalah lahan agar para investor tertarik untuk datang ke Indonesia. “Karena lahan ini sangat penting buat investor, jadi harga tanah jangan mendadak naik ketika ada informasi bahwa investor akan datang ke daerah tersebut,” katanya.

Dalam masalah lahan ia menganggap peran Bahlil sangat penting, dimana seharusnya Bahlil mampu untuk menjalin komunikasi kepada BPN terkait masalah tanah dan lahan.

“Negara kita iki masih sangat membutuhkan investor, jadi tolong permudahlah jalan investor untuk datang ke sini, faktor-faktor yang saya sebutkan tadi harus bisa jadi pertimbangan,” ujarnya. []

Baca juga:


Berita terkait
Luhut Endus Ada Kepentingan Pilpres 2024 dalam Demo Cipta Kerja
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menengarai ada yang berhasrat jadi RI-1 dalam demo UU Cipta Kerja.
PKS dan Demokrat Tak Suka Pengangguran Dapat Pekerjaan Layak
Protes terhadap Omnibus Law Cipta Kerja juga dilakukan PKS dan Demokrat. Dua partai ini memang tidak suka para pengangguran dapat pekerjaan layak.
Demokrat Ungkap Rekayasa Benny K Harman Setujui RUU Cipta Kerja
Politisi Demokrat Jansen Sitindaon meluruskan isu Benny K Harman setuju Omnibus Law RUU Cipta Kerja ada pemotongan video.