Jakarta – PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) memberikan dukungan penuh kepada pemerintah atas kebijakan penghentian ekspor perdagangan bahan-bahan mentah, termasuk bauksit. Rencana ini dianggap dapat memulihkan industri aluminium.
Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan HK Metals Utama Jodi Pujiyono menyatakan bahwa ia menyambut baik rencana pemerintah untuk menghentikan ekspor bauksit.
Kebijakan ini menjadi salah satu cara dari pemerintah dalam membantu pelaku industri manufaktur yang mengalami penekanan semenjak Covid-19.
HKMU juga merasakan dampak yang besar, oleh karena itu sejumlah langkah strategis melalui program transformasi harus kami lakukan untuk dapat bertahan
“Menyambut baik rencana Pemerintah untuk stop ekspor bauksit, ini merupakan salah satu bentuk dukungan nyata Pemerintah terhadap pelaku industri manufaktur khususnya aluminium yang kondisinya cukup terpukul semenjak Covid-19,” ujar Jodi dilansir dari IDX Channel pada Selasa, 30 November 2021.
Bauksit yang merupakan bahan dasar dari pembuatan aluminium memang memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap proses bisnis yang dijalankan oleh HKMU melalui anak usahanya, yakni PT Handal Aluminium Sukses (HAS) yang bergerak di bidang manufaktur aluminium ekstrusi.
- Baca Juga: Ekspor Indonesia Meningkat 53,35 % pada Oktober 2021
- Baca Juga: Sambut Apkasi Otonomi Expo 2021, Jokowi: Tingkatkan Ekspor
“Dengan dihentikannya ekspor bauksit, serta pengolahan bahan mentah menjadi bahan setengah jadi (aluminium) di dalam negeri akan memberikan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, termasuk memberikan dampak positif terhadap pelaku industri aluminium,” tambahnya.
Industri aluminium sendiri telah mengalami tekanan dari berbagai hal selama dua tahun terakhir, salah satunya kenaikan harga bahan baku aluminium ingot.
Sejak awal kuartal II 2020, harga di bursa berjangka London Metal Exchange (LME) berkisar 1.400 US dolar per Ton Metrik dan terus menanjak hingga menyentuh 3.000 US dolar per Ton Metrik di kuartal III 2021.
“HKMU juga merasakan dampak yang besar, oleh karena itu sejumlah langkah strategis melalui program transformasi harus kami lakukan untuk dapat bertahan, dan kami bersyukur bisa melewati masa sulit ini serta menumbuhkan optimisme untuk menghadapi tantangan di tahun mendatang,” ujar Jodi.
- Baca Juga: Impor China Bulan Oktober 2021 Jauh dari Perkiraan
- Baca Juga: Penguatan Ekspor dan Impor Lanjutkan Tren Pemulihan Ekonomi
Penjelasan Jodi ini sejalan dengan kinerja HAS yang menunjukkan hasil cukup baik dengan total produksi HAS telah mencapai 5.314 ton di tahun 2019. Berikutnya, di tahun awal pandemi melanda yaitu 2020, HAS mampu mencatatkan angka produksi yang meningkat hingga mencapai 6.150 ton.
Meskipun tahun 2021 sempat terjadi penurunan, hal ini menjadi bagian dari strategi fix the basic yang disampaikan oleh Jodi untuk memperbaiki fundamental pasar dan struktur margin perseroan yang sudah menunjukkan hasil sesuai dengan harapan manajemen.
(Rana Maheswari Ummairah)