Inggris Rekrut Dokter Pengungsi Perangi Pandemi Covid-19

Lima puluh dokter internasional, sebagian besar adalah pengungsi, telah direkrut di Inggris untuk bekerja di unit perawatan intensif
Dokter Mohammad Saoud dan dokter Ahlam Mutahar Muthanna, keduanya pengungsi, saat diwawancarai Sky News tentang pengalaman mereka bekerja Royal London Hospital, Inggris (Foto: voaindonesia.com - Facebook/BartsHealth)

Jakarta – Lima puluh dokter internasional, sebagian besar adalah pengungsi, telah direkrut oleh Royal London Hospital, Inggris, untuk bekerja di unit perawatan intensif. Mereka direkrut berdasarkan skema Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) di tengah-tengah memuncaknya gelombang kedua pandemi Covid-19.

Mohammad Saoud mendapat pendidikan sebagai dokter di Suriah sebelum ia datang ke Inggris. Sekarang ini, berkat skema Layanan Kesehatan Nasional Inggris bernilai 20,83 juta dolar, ia menjadi pekerja pendukung medis (MSW) di Royal London Hospital. Proyek ini membantu sarjana kedokteran asing yang tinggal di Inggris untuk lulus ujian yang diperlukan agar terdaftar di Dewan Kesehatan Umum.

Sekarang ini diperkirakan ada lebih dari 1.000 pengungsi dalam skema itu di rumah sakit dan institusi lainnya di berbagai penjuru Inggris.

pekerja medisPekerja medis memindahkan pasien antara ambulans di luar Rumah Sakit Royal London, Inggris, di tengah pandemi Covid-19 di London, Inggris (Foto: voaindonesia.com/Reuters)

Ahlam Mutahar Muthanna mendapatkan pendidikan dokternya di Yaman dan mulai bekerja di bidang kemanusiaan, membantu orang-orang yang terperangkap dalam perang dan konflik.

Sekarang ini, seperti halnya Saoud, ia adalah MSW di Royal London Hospital. Ia menyatakan ini membantunya melanjutkan karier kedokterannya, setelah perang yang membuat ia khawatir kariernya akan berakhir.

Muthanna mengatakan, "Bagi saya, saya sampai bertanya-tanya, bahkan mengatakan ini kepada kolega saya, apakah ini akhir jalan saya sebagai dokter? Begitu selesai dan lulus dari fakultas kedokteran, semua ambisi kita, kita benar-benar tak dapat mencapai apa pun. Jadi, ini akhir atau awal perjalanan karier kita?.”

Pada puncak gelombang kedua wabah virus corona, unit spesialis Covid-19 di Royal London Hospital merawat 160 pasien pada satu waktu sekaligus dan unit ini merupakan ICU terbesar di Eropa.

Dr Heike Bojhar bertanggung jawab mengorganisasikan staf medis. Ia mengatakan skema semacam ini merupakan cara cepat dan efisien untuk mendapatkan lebih banyak lagi profesional medis.

pekerja nhsPara pekerja NHS di Rumah Sakit Royal London di tengah pandemi COVID-19 di London, Inggris, 28 Mei 2020 (Foto: voaindonesia.com/REUTERS)

Dr Bojhar mengatakan, "Sejak memutuskan bahwa kita memerlukan dokter-dokter spesialis baru, minimum perlu waktu 10 tahun, kadang-kadang 15 tahun untuk benar-benar melatih mereka. Dari nilai moneternya, para dokter yang datang dalam keadaan telah terlatih ini, sangat murah.”

Ahli radiologi intervensi di Royal London Hospital, Dr Mohammed Rashid Akhtar, mengatakan, skema ini menghemat waktu dan uang NHS dalam melatih para dokter.

Dr Akhtar mengemukakan, "Ada kekurangan lebih dari 1.000 ahli radiologi dan Mohammed telah mendapatkan pelatihan penuh di Suriah. Ia menghemat dana NHS dengan tidak perlu lagi melatihnya dan ia bermanfaat bagi pasien di sini karena kami memang kekurangan dokter.”

Dengan melakukan tugas-tugas seperti pemeriksaan kanker dan USG, para profesional medis ini membantu mengurangi antrean panjang perawatan yang disebabkan oleh pandemi sekaligus mengisi kekurangan besar jumlah staf di sana (uh/ab)/Associated Press/voaindonesia.com. []

Berita terkait
Rp 100 Juta Denda ke Luar Inggris di Masa Pandemi
Inggris terapkan denda sebesar 5.000 pound sterling, setara Rp 99,8 juta, bagi warganya coba bepergian ke luar negeri tanpa alasan yang kuat
Inggris Janjikan Dana Bantuan Siswa Akibat Pandemi
Untuk mengatasi dampak penutupan sekolah, Inggris janjikan dana bantuan siswa untuk mengatasi ketertinggalan dalam pembelajaran