Informasi yang Salah dan Rumor Perburuk Pandemi di India

Berita yang salah, informasi yang tidak diverifikasi, dan teori konspirasi yang beredar di media sosial bikin ketidakpastian dan kecemasan
Seorang wanita membawa patung dewa Hindu, Ganesh, pada 22 Agustus 2020 di awal festival keagamaan selama 10 hari di tengah-tengah pandemi Covid-19 di Mumbai, India (Foto: france24.com - REUTERS/HEMANSHI KAMANI)

Jakarta - Berita yang salah, informasi yang tidak diverifikasi, dan teori konspirasi yang beredar di media sosial telah menyebabkan ketidakpastian dan kecemasan, sekaligus jadi rintangan penanganan efektif pandemi di India. Murali Krishnan (New Delhi) melaporkannya untuk dw.com/id.

Selama 12 hari berturut-turut India melaporkan lebih dari 300 ribu kasus baru Covid-19 yang membuat total kasus di India tembus 20 juta kasus pada Selasa, 4 Mei 2021.

Menurut data Kementerian Kesehatan India, dengan tambahan sedikitnya 368.147 kasus baru dalam 24 jam terakhir, total infeksi di India mencapai 19,93 juta. Sementara itu, kasus kematian bertambah 3.417 kasus menjadi sedikitnya 218.959 kasus.

Para ahli meragukan angka tersebut dan memperkirakan angka sebenarnya di seluruh negeri mungkin lima hingga sepuluh kali lebih tinggi dari penghitungan resmi.

India pun kian menghadapi kesulitan ketika persediaan medis seperti oksigen, obat-obatan penting, dan kapasitas tempat tidur rumah sakit habis.

antre oksigen di new delhiWarga di New Delhi tengah antre untuk mengisi tabung oksigen, 2 Mei 2021 (Foto: dw.com/id)

Pemerintah berjuang untuk menemukan strategi yang efektif untuk mengekang penyebaran virus. Namun, upaya mereka menjadi semakin berat karena menghadapi pemberitaan yang tidak benar, teori konspirasi, dan informasi yang tidak diverifikasi yang beredar di media sosial.

Informasi salah yang beredar tersebut berkisar tentang asal gelombang kedua di India, tingkat kemanjuran vaksin, hingga saran untuk meningkatkan kekebalan tubuh dengan menggunakan pengobatan rumahan.

"Terkait ini, informasi yang salah tentang kesehatan lebih umum dan beragam, diikuti oleh informasi yang salah terkait agama," kata Syed Nazakat, pendiri Health Analytics Asia, sebuah platform pengecekan fakta, kepada DW.

"Sebagian besar informasi kesehatan yang salah berkaitan dengan pandemi dan juga itu, ketika negara ini juga berada di tengah-tengah upaya vaksinasi besar-besaran," katanya.

1. 'Kurang Rasa Hormat Terhadap Sains'

Pengamat dan aktivis mengatakan pihak berwenang belum mengambil tindakan yang cukup untuk menghentikan informasi yang salah ini. Faktanya, beberapa tokoh masyarakat dan pejabat senior sendiri bertanggung jawab atas penyebarannya.

Warga berkerumun di pantai Juhu MumbaiWarga berkerumun di pantai Juhu di tengah-tengah pandemi Covid-19 di Mumbai, India, pada 4 April 2021(Foto: arabnews.com/AFP)

Pada pertengahan April 2021 lalu, ketika jumlah kasus Covid-19 mulai meroket, V K Paul, seorang pejabat senior pemerintah yang merupakan penasihat virus corona bagi PM India, Narendra Modi, menyarankan agar orang-orang berkonsultasi dengan praktisi terapi alternatif jika mereka memiliki gejala ringan atau tanpa gejala.

Dia juga menyarankan orang untuk mengonsumsi "chyawanprash" (suplemen makanan) dan "kadha" (minuman herbal dan rempah-rempah) untuk meningkatkan kekebalan mereka.

Pernyataannya memicu kritik dari para dokter yang menyebut rekomendasi tersebut dapat mendorong orang untuk mencoba terapi yang belum teruji dan menunggu terlalu lama untuk mencari pertolongan medis.

"Ini mengherankan dan menyesatkan. Ini akan mendorong orang untuk duduk di rumah, meminum ramuan tersebut dan pada saat mereka sampai di rumah sakit, semuanya akan terlambat," kata Rajan Sharma, mantan presiden nasional Asosiasi Medis India, kepada DW.

Apar Gupta, Direktur Eksekutif Internet Freedom Foundation, juga memiliki pandangan serupa. "Ketika Anda memiliki pejabat publik yang mendukung hal itu, jelas ada kurangnya rasa hormat terhadap sains. Menurut Anda, apa efek yang didapatkan terhadap mereka yang mengonsumsi media sosial?" papar Gupta kepada DW.

2. Penggunaan Media Sosial yang Tinggi

Para ahli meyakini bahwa tingkat kepercayaan masyarakat yang rendah kepada media berita dan media layanan publik yang kurang berkualitas, ditambah dengan masyarakat yang terfragmentasi dan tingginya penggunaan media sosial, telah menyebabkan penyebaran informasi yang salah secara cepat dan luas.

di tengah lonjakanDi tengah lonjakan kematian, prosesi kremasi korban Covid-19 di India berlangsung dari pagi hingga malam (Foto: bbc.com/indonesia – Reuters)

Konsumsi konten media sosial telah meningkat pesat sejak pemerintah India memberlakukan penguncian nasional yang ketat pada Maret tahun lalu untuk mengendalikan penyebaran virus.

Aplikasi WhatsApp, yang memiliki lebih dari 500 juta pengguna di negara tersebut, menjadi platform di mana sebagian besar informasi yang salah tersebar.

"Meningkatnya jangkauan media sosial semakin mengintensifkan krisis informasi yang salah,” tutur Gupta.

3. Mengungkap Rumor dan Kebohongan

Dengan kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh negeri, banyak orang yang semakin mudah tertipu dan menjadi mangsa gelombang peningkatan berita yang menyesatkan dan palsu. Desas-desus tentang efek buruk vaksin juga memengaruhi upaya vaksinasi massal di sana.

india1Kerumunan yang tidak dapat terhindarkan (Foto: dw.com/id)

Selain itu, ada rumor tentang penggunaan nebulizer sebagai pengganti tangki oksigen medis yang saat ini sangat langka di negara tersebut. Lebih jauh, tersebar juga rumor yang mendorong konsumsi bawang putih, kayu manis, dan akar manis, sebagai tindakan pencegahan atau pengobatan Covid-19.

Ada juga rumor lain yang tengah beredar di media sosial, mengatakan bahwa orang India memiliki kekebalan yang lebih tinggi terhadap virus corona.

"Tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim absurd ini. Kami harus membantah klaim ini untuk membuat orang mengerti bahwa orang India tidak memiliki perlindungan genetik khusus terhadap virus," ujar seorang peneliti dari Alt News, sebuah platform pengecekan fakta nirlaba, kepada DW (rap/hp)/dw.com/id. []

Berita terkait
Hindari Corona Permintaan Pesawat Jet Pribadi Naik di India
Banyak warga India dari komunitas ekspatriat di UEA incar penerbangan bisnis swasta dan jet pribadi untuk hindari infeksi virus corona
Tiap 1 Menit 4 Nyawa di India Direnggut Virus Corona
PM India, Narendra Modi, berusaha membungkam kritik yang muncul di media sosial terkait dengan penanganan pandemi corona
Jumlah Kasus Virus Corona di India Tembus Angka 10 Juta
Jumlah kasus konfirmasi positif virus corona di India sampai tanggal 19 Desember 2020 pada pukul 03.01 WIB tembus 10 juta yaitu sebanyak 10.004.825
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.